COP29 Harus Dorong Pinjaman Bank untuk Energi Terbarukan

Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Energi

Selasa, 12 November 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID - Pada Konferensi Para Pihak ke-29 (COP29) di Baku, Azerbaijan, yang disebut sebagai "COP pendanaan iklim", perwakilan dari berbagai negara harus membuat keputusan-keputusan penting untuk merancang kebijakan dan peraturan serta menawarkan dukungan institusional yang mendorong bank-bank untuk meminjamkan lebih banyak uang kepada sektor energi terbarukan. Demikian menurut sebuah catatan pengarahan terbaru dari Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA).

Catatan ini menganalisis tren investasi energi terbarukan global dan kesenjangan yang diproyeksikan untuk memenuhi target peningkatan kapasitas energi terbarukan sebesar tiga kali lipat pada 2030 dari 2023. Laporan ini menyatakan bahwa dengan melakukan reorientasi modal dari sektor bahan bakar fosil ke energi terbarukan, bank-bank dapat menjembatani kesenjangan investasi tahunan yang diproyeksikan oleh Badan Energi Internasional sebesar US$400 miliar dari 2024 sampai 2030.

Direktur IEEFA Asia Selatan, Vibhuti Garg, mengatakan dengan hanya enam tahun yang tersisa, target 2030 untuk energi terbarukan tampaknya terlalu jauh, tetapi peningkatan kerja sama antara negara maju dan negara berkembang serta kebijakan-kebijakan lokal yang kondusif dapat menjembatani kesenjangan tersebut.

"Para negosiator di COP29 di Baku harus mendukung ambisi mereka untuk melipatgandakan energi terbarukan dengan konsensus mengenai pendanaan iklim tambahan, yang didukung oleh negara-negara maju, untuk mengisi kesenjangan dana katalisator di negara-negara berkembang dan negara yang paling tidak berkembang," kata Vibhuti Garg, yang juga salah seorang penulis laporan ini, dalam sebuah rilis, 8 November 2024.

PLTS terapung Cirata di Purwakarta, Bandung Barat. Dok BKPM

Catatan ini menemukan bahwa di bawah estimasi yang berbeda, investasi global di bidang energi terbarukan telah meningkat, yang menyoroti daya tarik energi terbarukan di antara para investor. Investasi tersebut meningkat dari kisaran US$329 miliar-US$424 miliar pada 2019 menjadi US$570 miliar-US$735 miliar pada 2023, mengimplikasikan lonjakan sebesar 73%-78% selama periode ini.

Namun, rata-rata investasi tahunan untuk mencapai tujuan melipatgandakan energi terbarukan akan membutuhkan antara US$1 triliun dan US$1,5 triliun dari 2024 hingga 2030. Dengan demikian, kesenjangan pendanaan rata-rata antara 2024 dan 2030 akan mencapai US$400 miliar per tahun.

"Meskipun aliran kredit bank ke sektor bahan bakar fosil menurun, jumlahnya masih mencapai US$967 miliar pada 2022. Di sisi lain, proyek-proyek pembangunan rendah karbon, termasuk energi terbarukan, menerima US$708 miliar pada tahun yang sama. Dengan mengarahkan lebih banyak modal ke sektor energi terbarukan, bank-bank dapat menjembatani kesenjangan investasi yang diproyeksikan," ujar salah satu penulis laporan ini, Shafiqul Alam, Analis Utama-Bangladesh Energy, IEEFA.

Catatan tersebut menyoroti beberapa cara untuk mendorong bank untuk berubah, seperti memprioritaskan pinjaman untuk energi terbarukan, menawarkan dukungan peningkatan kredit kepada bank, mengintegrasikan perubahan iklim ke dalam kebijakan bank, interoperabilitas taksonomi hijau, mewajibkan pengungkapan emisi yang didanai, serta alat kebijakan moneter.

"Pemerintah dapat membuat instrumen penjaminan risiko kredit parsial untuk mengurangi risiko kredit, sehingga mendorong bank untuk mempercepat aliran kredit ke sektor ini. Bank Pembangunan Multilateral (MDB) dan lembaga keuangan bilateral, dengan dukungan dari pemerintah daerah, dapat memberikan modal yang berisiko dan lunak kepada bank-bank lokal dan membantu menciptakan instrumen penjaminan risiko parsial," kata salah satu penulis laporan ini, Labanya Prakash Jena, Konsultan-Keuangan Berkelanjutan, IEEFA.

Selain itu, bank sentral dapat menggunakan bujukan moral untuk mendorong bank-bank komersial untuk meningkatkan aliran modal ke sektor energi bersih dan beralih dari pembangkit listrik tenaga panas.