Davis Diantar Serangga ke Udayana
Penulis : Aryo Bhawono
Biodiversity Warriors
Selasa, 24 Desember 2024
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Davis Marthin Damaledo merasa lega sekaligus bangga ketika menjejakkan kaki pertama kali di Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Bali, pada pertengahan 2024 lalu. Ia tak menyangka serangga daun yang pernah hinggap di tangannya beberapa tahun lalu turut mengantarnya ke bangku perguruan tinggi negeri.
Pada pertengahan 2024 lalu Davis mendaftar ke Fakultas Pertanian Universitas Udayana untuk mendaftar sebagai mahasiswa baru secara online. Di bawah berkas ia lampirkan selembar file piagam penghargaan dari Penjabat Gubernur NTT, Ayodhia G. L. Kalake, sebagai penemu penemu spesies serangga baru, Nesiophasma sobesonbaii.
Penghargaan itu ia dapat setelah terlibat dalam penulisan jurnal publikasi spesies baru serangga tersebut berjudul ‘Nesiophasma sobesonbaii n. sp. – a new giant stick insect from the island of Timor, Indonesia (Insecta: Phasmatodea)’. Nama Davis tercantum sebagai satu dari lima penyusun publikasi spesies serangga ranting baru bernama Nesiophasma sobesonbaii itu.
Tak lama berselang, ketika hari pengumuman penerimaan mahasiswa baru, namanya tercantum sebagai calon mahasiswa yang diterima di Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Prestasinya terlibat dalam penyusunan jurnal spesies baru memuluskam jalannya meraih pendidikan tingkat tinggi.
Sertifikat penghargaan penemuan serangga kepada Davis Marthin Damaledo. Foto: Dokumen Pribadi
“Waktu itu aku diterima lewat jalur prestasi. memang sertifikat dan jurnal ini saya lampirkan. Tapi saya tidak tahu apakah penghargaan itu atau karena nilai saya yang membuat lolos. Pastinya saya senang sekali bisa lolos dan mendalami serangga melalui jalur akademis. Kan memang selama ini studi serangga masuknya di Fakultas Pertanian,” ucapnya melalui sambungan telepon pada Jumat (29/11/2024).
Serangga itu ditemukan Davis pada medio Maret 2021. Kala itu ia sudah lama tak menggeluti hobinya berburu serangga karena persiapan masuk ke SMA. Namun pada suatu sore, ia bersepakat dengan bapaknya untuk bertandang ke perkebunan jambu air di di Desa Oemasi Kecamatan Nekamese, Kupang, Nusa Tenggara Timur. Lokasi itu jaraknya puluhan kilometer dari rumahnya di Fatululi, Kota Kupang.
Di sebuah pohon, ia mengambil seekor serangga menyerupai ranting kecil berukuran sekitar 20 sentimeter. Seingatnya serangga macam itu tak biasanya berada di pohon jambu air, melainkan jambu biji.
Spesies baru serangga ranting Nesiophasma sobesonbaaii yang diidentifikasi oleh Davis Marthin Damale
Ia pun membawa pulang serangga itu untuk diidentifikasi lebih lanjut. Davis masih memiliki keterbatasan untuk identifikasi kala itu. Rekannya di jejaring penghobi serangga yang lebih berpengalaman membantu identifikasi, Garda Bagus Damastra. Saat itu hanya diketahui genusnya adalah Nesiophasma.
Komunikasi dengan Garda yang tinggal di Bali berlanjut. Davis disambungkan dengan peneliti serangga asal Kanada, Frank H. Hennemann.
Mereka pun bersepakat untuk melakukan identifikasi lebih jauh. Serangga itu dibiarkan menetas di rumah Davis, lalu induknya yang sudah mati dikirim untuk diteliti lebih lanjut. Hasilnya, serangga ranting yang ditemukan Davis itu merupakan spesies baru.
“Yang paling saya perhatikan adalah adanya garis merah di sepanjang toraks. Ini ciri khasnya,” ucapnya.
Davis dan Garda pun terlibat dalam penelitian dan menjadi penulis publikasi spesies baru yang dinamakan, Nesiophasma sobesonbaii. Publikasi itu berjudul ‘Nesiophasma sobesonbaii n. sp. – a new giant stick insect from the island of Timor, Indonesia (Insecta: Phasmatodea)’ pun terbit pada Maret 2023, dua tahun setelah Davis membawanya dari kebun jambu biji. Pada saat ini Davis masih duduk di kelas 3 SMA 5 Kupang.
Sedangkan tiga peneliti dari luar yang terlibat penelitian ini adalah Hennemann, Royce T. Cumming, dan Stéphane Le Tirant. Nama Sobesonbaii sendiri diambil dari pahlawan nasional asal NTT, Sobe Sonbai III.
Penghobi Serangga dari NTT, Davis Marthin Damaledo, ia terlibat dalam penulisan publikasi spesies ba
Nesiophasma sobesonbaii merupakan serangga endemik Pulau Timor. Persebaran satwa ini berada di dua lokasi, yakni Desa Oemasi tempat Davis menemukannya dan di Distrik Lautem, Malahara Mainina, Timor Leste.
Keterlibatan dalam penulisan publikasi ini kian membuka mata Davis akan keanekaragaman hayati, terutama serangga, di tempat tinggalnya. Selama ini dokumentasi serangga di sekitar kepulauan bagian selatan garis pembatas satwa Wallacea sangat sedikit.
Beberapa penelitian terbaru mengenai phasmatodea membahas taksa kepulauan Maluku, kepulauan Sulawesi, Peleng, dan kepulauan Sula, atau Pulau Morotai di utara Halmahera. Dokumentasi serangga ranting di Pulau Timor hanya menyebutkan satu spesies saja, yakni Eurycnema versirubra.
koleksi serangga milik Davis Marthin Damaledo. Foto: Dokumnetasi Davis Marthin Damaledo
Spesies itu biasa disebut lalat kujawas dan hidup tumbuh di tanaman inang yang sama dengan Nesiophasma sobesonbaaii, pohon jambu. Namun masyarakat sekitar percaya bahwa serangga ini beracun dan dapat menyebabkan kematian. Banyak orang yang menemui lalat kujawas justru membunuhnya.
“Padahal sebenarnya dia tidak beracun, kalaupun disebut hama saya rasa tidak juga karena jumlahnya sedikit. Mungkin karena bentuknya yang besar maka orang takut,” ucap dia.
Keterlibatannya terlibat dalam penyusunan dan penulisan jurnal spesies baru membuat Davis kian bertekad mendalami serangga. Toh, spesies serangga temuannya sudah turut mengantarnya masuk ke perguruan tinggi negeri di seberang pulau.
Pilihan memilih jurusan dan perguruan tinggi juga tak lepas dari informasi dan saran Garda. Tak hanya serangga saja yang membuatnya bertekad melakukan studi, tapi juga jejaring penghobi dan peneliti.*/**
Liputan ini merupakan kolaborasi Program Biodiversity Warrior KEHATI dengan Betahita.id