Ketebalan Es di Puncak Sudirman Tersisa 4 Meter

Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Perubahan Iklim

Kamis, 05 Desember 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID - Luasan dan ketebalan es ‘salju abadi’ di Puncak Sudirman, Pegunungan Jayawijaya, Papua, turun signifikan. Ketebalan es diperkirakan hanya tersisa sekitar 4 meter saja.

Temuan tersebut dihasilkan dari monitoring gletser yang dilakukan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada 11-15 November 2024. Penyusutan es Puncak Sudirman tersebut terjadi akibat perubahan iklim.

Koordinator Bidang Standardisasi Instrumen Klimatologi BMKG, Donaldi Sukma Permana, menjelaskan luasan tutupan es pada 2024 menyusut 0,11-0,16 kilometer persegi dari 0,23 kilometer persegi pada 2022. Hal ini menjadi sinyal buruk bagi Indonesia karena salju abadi di Pegunungan Jayawijaya akan punah dalam beberapa tahun mendatang.

"Tahun ini kita lakukan survei lagi yang pada intinya melihat penurunan tebal es dari tahun ke tahun. Hasilnya terjadi penurunan luas permukaan es yang sangat signifikan dan kita berusaha mendokumentasikan kepunahan es di Papua karena kita sudah dalam tahap sulit mempertahankannya lagi," kata Donaldi, dalam sebuah rilis, Senin (2/12/2024).

Tampak dari ketinggian es ‘salju abadi’ di Puncak Sudirman, Pegunungan Jayawijaya, Papua. Foto: BMKG.

Penyebab utama pencairan es di Pegunungan Jayawijaya ini, menurut BMKG, disebabkan oleh laju perubahan iklim yang kian tidak terkendali. Selain itu, fenomena El Nino juga turut mempercepat kepunahan tutupan es.

Indonesia menjadi salah satu lokasi unik di wilayah tropis karena memiliki salju abadi. Salju abadi di Pegunungan Jayawijaya adalah sebuah keajaiban alam yang menarik banyak perhatian kalangan ilmuwan, peneliti, serta pecinta alam. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, dilaporkan terjadi penurunan drastis luas area salju abadi tersebut.

Staf Bidang Standardisasi Instrumen Meteorologi BMKG, Najib Habibie, menjelaskan, hasil monitoring tahun ini menunjukkan ketebalan es di Puncak Sudirman hanya tinggal empat meter saja. Data ini didapatkan setelah pada 2023 sebanyak 14 stake (alat pengukur ketebalan es) sudah tersingkap.

"Ketebalan es sudah menyusut signifikan dari hasil pengukuran BMKG sebelumnya, yaitu 32 meter pada tahun 2010, dan 5,6 meter saat November 2015 - Mei 2016." kata Najib.

Upaya monitoring gletser di Papua ini sudah dilakukan sejak 2010 bekerja sama dengan PT Freeport Indonesia, yakni dengan memasang stake berupa beberapa potongan pipa yang disambungkan dengan tali, dan kemudian  dimonitor secara berkala.

Berapa potongan pipa yang sudah terekspos ke permukaan untuk menandakan luasan dan ketebalan es yang sudah menghilang. Pada 2010 hingga 2017 monitoring dilakukan secara langsung hingga Puncak Sudirman. Namun setelah 2017 monitoring dilakukan secara visual melalui udara dengan flyover dikarenakan akses untuk sampai ke puncak sudah tidak memungkinkan.

Dengan monitoring ini, BMKG menunjukkan bukti nyata pemanasan global telah terjadi dan berpotensi mengancam ikon berharga milik Indonesia yaitu 'salju abadi'. Oleh karenanya, BMKG akan terus mengawal dan mendokumentasikan kepunahan salju abadi tersebut.