Tahun 2024: Yang Terpanas, Pertama di Atas 1,5 C
Penulis : Kennial Laia
Perubahan Iklim
Selasa, 10 Desember 2024
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Tahun ini hampir pasti menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat, menurut data yang dikeluarkan lembaga ilmiah Uni Eropa. Tahun ini juga menjadi yang pertama dengan suhu rata-rata lebih dari 1,5 derajat Celcius di atas suhu pra-industri, sehingga menandai semakin meningkatnya krisis iklim.
Data bulan November dari Copernicus Climate Change Service (C3S) Uni Eropa menemukan rata-rata suhu permukaan global pada bulan tersebut adalah 1,62C di atas suhu sebelum pembakaran massal bahan bakar fosil yang memicu pemanasan global. Dengan tersedianya data selama 11 bulan pada 2024, para ilmuwan mengatakan suhu rata-rata untuk tahun ini diperkirakan mencapai 1,60C, melebihi rekor yang ditetapkan pada 2023 sebesar 1,48C.
Menurut Wakil Direktur C3S, Samantha Burgess, pihaknya telah memastikan bahwa 2024 akan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat dan tahun kalender pertama di atas 1,5C. “Hal ini tidak berarti bahwa perjanjian Paris telah dilanggar, namun hal ini berarti tindakan ambisius terhadap perubahan iklim menjadi lebih mendesak dari sebelumnya,” katanya, Senin, 9 Desember 2024.
Perjanjian iklim Paris mengikat 196 negara penandatangan untuk menjaga pemanasan global di bawah 1,5C untuk membatasi dampak bencana iklim. Namun hal ini diukur dalam satu atau dua dekade, bukan satu tahun.
Meski demikian, kemungkinan untuk tetap berada di bawah batas 1,5C bahkan dalam jangka panjang tampaknya semakin kecil. Emisi CO2 yang memanaskan bumi diperkirakan akan terus meningkat pada 2024, meskipun ada janji global yang dibuat pada akhir 2023 untuk “beralih dari bahan bakar fosil”.
Emisi bahan bakar fosil harus turun sebesar 45% pada 2030 agar mempunyai peluang membatasi pemanasan hingga 1,5C. KTT iklim COP29 baru-baru ini gagal mencapai kesepakatan mengenai cara mendorong transisi dari batu bara, minyak, dan gas. Data C3S menunjukkan November 2024 merupakan bulan ke-16 dalam kurun waktu 17 bulan yang rata-rata suhunya melebihi 1,5C.
Kebakaran hutan yang sangat hebat terjadi di Amerika Utara dan Selatan pada 2024, menurut laporan Copernicus Atmospheric Monitoring Service (Cams) Uni Eropa pekan lalu. Kebakaran yang dipicu oleh kekeringan parah ini berdampak ke wilayah Amerika Serikat bagian barat, Kanada, hutan Amazon, dan khususnya lahan basah Pantanal.
Ilmuwan senior di Cams, Mark Parrington, mengatakan: "Skala beberapa kebakaran pada tahun 2024 berada pada tingkat yang bersejarah, terutama di Bolivia, Pantanal, dan sebagian Amazon. Kebakaran hutan di Kanada kembali terjadi secara ekstrem meskipun tidak mencapai rekor tertinggi pada tahun 2023.” Kebakaran ini menyebabkan tingkat polusi udara yang tinggi di seluruh benua selama berminggu-minggu, katanya.
Kerusakan ekonomi yang disebabkan oleh cuaca ekstrem pun semakin meningkat, menurut lembaga penelitian perusahaan asuransi Swiss Re. Data menunjukkan bahwa perkiraan kerugian ekonomi pada tahun 2024 meningkat sebesar 6% menjadi $320 miliar, 25% lebih tinggi dari rata-rata 10 tahun sebelumnya.
“Kerugian kemungkinan besar akan meningkat seiring dengan semakin intensifnya kejadian cuaca ekstrem akibat perubahan iklim, sementara nilai aset meningkat di wilayah berisiko tinggi akibat perluasan wilayah perkotaan. Oleh karena itu, adaptasi adalah kuncinya, dan langkah-langkah perlindungan, seperti tanggul, bendungan, dan pintu air, 10 kali lebih hemat biaya dibandingkan pembangunan kembali,” kata Swiss Re.