Perkenalkan, Obat Antijerawat Warisan Orang Utan

Penulis : Kennial Laia

Biodiversitas

Minggu, 15 Desember 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Ketika manusia melestarikan hutan, alam selalu menemukan caranya untuk memberi kembali. Di Kalimantan Timur, sebuah program yang melibatkan pelestarian habitat orang utan di Bentang Alam Wehea-Kelay telah berkontribusi pada perekonomian masyarakat desa dan penemuan flora yang memiliki potensi untuk pengembangan etnofarmakologi.  

Bentang Alam Wehea-Kelay memiliki luas sekitar 2% dari hutan di Kalimantan. Berdasarkan survei Forum Kolaborasi Bentang Alam Wehea-Kelay, lebih dari 1.400 jenis satwa liar mendiami kawasan berhutan ini. Spesies kunci di kawasan ini juga merupakan satwa kritis dalam dalam daftar merah IUCN, yakni orang utan kalimantan (Pongo pygmaeus morio), sebanyak 1.200 individu. 

Kegiatan konservasi di Wehea-Kelay menjadikan orang utan sebagai spesies payung dan telah berjalan hampir satu dasawarsa. Pemerintah daerah, sektor swasta, akademisi, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat berkolaborasi mengelola kawasan seluas 532.143 hektare di kawasan tersebut. 

Penelitian gabungan antara Fakultas Kehutanan Universiats Mulawarman, Samarinda, dan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) mengidentifikasi 227 jenis pakan orang utan di Wehea-Kelay sepanjang 2023. Di antaranya sekitar 30 jenis tumbuhan yang memiliki informasi etnofarmakologi (bioaktivitas dan nutrisi), yang kemudian dikerucutkan peneliti menjadi 11 jenis pakan berdasarkan kandungannya. 

Orang utan kalimantan (Pongo pygmaeus morio) di Bentang Alam Wehea-Kelay, Kalimantan Timur. Dok. YKAN

Dekan Universitas Mulawarman, Irawan Wijaya Kusuma mengatakan, penelitian tersebut menemukan jenis Macaranga conifera. “(Tanaman) ini memiliki potensi anti-kanker dan anti-diabetes, serta mengandung antioksidan yang bisa diturunkan untuk produk perawatan kulit,” kata Irawan, pada acara Ekspose Hasil Kolaborasi Pengelolaan Sumber Daya Alam Berkelanjutan Skala Bentang-Alam di Wehea-Kelay di Samarinda, Selasa, 10 Desember 2024. 

Dari pakan orang utan ini, tim peneliti membuat purwarupa yang berkhasiat untuk anti-penuaan dini, anti-jerawat, dan pencerah wajah. “Tiga produk tersebut dipilih sesuai dengan kondisi pasar saat ini,” kata Irawan sembari menunjukkan sampel produk perawatan kulit dengan nama dagang WEMACA. Ia mengatakan akan lebih banyak produk turunan, lantaran masih banyak jenis pakan lain yang belum dioptimalkan khasiatnya. 

Sekretaris Daerah Kalimantan Timur Sri Wahyuni mengatakan, kajian tersebut membuka jendela baru atas manfaat orang utan kalimantan dan habitatnya. “Tidak hanya akan bermanfaat bagi kesehatan manusia, namun juga pengembangan ekonomi masyarakat berbasis bioprospeksi,” tambahnya.

Ketua Forum Kolaborasi Bentang Alam Wehea-Kelay Anwar Sanusi mengatakan, kontribusi keanekaragaman hayati dari kawasan ini tidak diragukan lagi. Menurutnya, dari data Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Kalimantan (2023), bentang alam ini menyumbang sekitar 35% pencapaian Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL). “Indeks ini menggambarkan kualitas tutupan lahan yang dihitung dari kondisi tutupan hutan dan tutupan vegetasi nonhutan, “ ujar Anwar.

Produk perawatan kulit dari pakan orang utan kalimantan, yang dikembangkan peneliti di Universitas Mulawarman. Dok. YKAN 

Setidaknya ada sekitar 30 ribu jiwa yang menggantungkan sumber air dari ekosistem ini. Anwar mengatakan menjadikan perlindungan habitat orang utan sebagai kunci kolaborasi membukakan banyak manfaat bagi masyarakat sekitar. “Memang banyak pelajaran dan kebijaksanaan dari orang utan untuk kemaslahatan,” kata Anwar. 

Yuliana Wetuq, perwakilan Lembaga Adat Dayak Wehea, yang terlibat dalam mengelola bentang alam Wehea-Kelay mengatakan, kolaborasi ini mendukung upaya mereka menjaga hutan terakhir masyarakat adat. “Kami mendapatkan kawan untuk patroli, survei dan menjaga hutan lindung Wehea,” katanya. 

Kemitraan tersebut juga melibatkan sektor swasta. Menurut Totok Suripto, Direktur Utama PT Gunung Gajah Abadi, pemegang Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan-Hutan Alam (PBPH-HA), kemitraan ini telah membantu perusahaan dalam menerapkan praktik pengelolaan konsesi yang berkelanjutan. Dia mengklaim, sebelum ada kolaborasi, pihaknya telah menerapkan aturan-aturan berkelanjutan, tapi berjalan sendiri-sendiri. “Padahal isu yang dijaga bergerak lintas batas dan dampak pengelolaan di tiap perusahaan juga pasti lintas batas,” kata Totok.