Ilmuwan Warga Ungkap Dampak Iklim terhadap Bunga Cowslip

Penulis : Aryo Bhawono

Spesies

Rabu, 29 Januari 2025

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Pelibatan ilmuwan warga (citizen scientist) berhasil mengungkap dampak perubahan iklim dan perubahan penggunaan lahan terhadap perubahan bentuk (morf) bunga cowslip (Primula veris) di seantero Eropa. Studi ini mengonfirmasi gangguan keseimbangan morfologi bunga di seluruh Eropa. 

Pengamatan tanaman bunga cowslip dilakukan dengan bantuan ilmuwan warga dari 32 negara di lebih dari 5.200 lokasi. Para peneliti ini berhasil memberikan gambaran dampak kondisi iklim dan perubahan penggunaan lahan terhadap kesejahteraan tanaman yang diserbuki oleh serangga.

Studi yang diterbitkan dalam Journal of Ecology berjudul “A pan-European citizen science study shows population size, climate and land use are related to biased morph ratios in the heterostylous plant Primula veris” mengungkapkan beberapa hasil yang mengejutkan.

Bunga cowslip menjadi spesies model untuk mempelajari tanaman yang diserbuki oleh serangga. Cowslip dapat memiliki dua jenis bunga: berkelopak panjang (L-morf) dan berkelopak pendek (S-morf). Pada bunga L-morph, benang sari berada di dasar korola, dan tangkai putik tinggi, sehingga penyerbukan sendiri menjadi sulit.

Seekor kupu-kupu menghinggapi bunga cowslip. Sumber: Plantlife

Sedangkan bunga kelopak pendek memiliki antera--bagian yang menghasilkan/menampung serbuk sari--tinggi, sehingga penyerbukan sendiri lebih mudah. 

Berbagai morfologi bunga telah berevolusi pada banyak spesies tumbuhan untuk mencegah penyerbukan sendiri dan memfasilitasi penyerbukan silang oleh serangga. Umumnya, proporsi S-morf dan L-morf harus cukup seimbang dalam populasi tanaman yang layak.

Namun, dalam banyak populasi cowslip yang diamati di seluruh Eropa, terdapat ketidakseimbangan yang signifikan dan dominasi yang mencolok dari bunga S-morf. Cowslip S morf lebih banyak sekitar 9 persen dibandingkan L-morf.

Pada populasi yang lebih kecil, ketidakseimbangan dalam jenis bunga lebih sering terjadi, terlepas dari morfologi bunga. 

Analisis lebih lanjut terhadap data iklim dan penggunaan lahan mengungkapkan bahwa prevalensi perubahan yang lebih tinggi ke S-morf terkait dengan curah hujan musim panas yang lebih besar dan penggunaan lahan yang lebih intensif.

Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa proporsi jenis bunga yang tidak seimbang adalah salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan kepunahan spesies.

Penulis utama studi ini, Profesor Madya dalam Makroekologi di Universitas Tartu di Estonia, Tsipe Aavik, menyebutkan hasil ini sangat mengejutkan dan menawarkan banyak bahan untuk penelitian lebih lanjut. 

Jangkauan ilmuwan warga dalam penelitian cowslip (Primula veris) pada tahun 2021 dan 2022. Sumber: J

Hasil serupa diperoleh beberapa tahun yang lalu dari pengamatan yang dilakukan sebagai bagian dari inisiatif sainstis warga di Estonia. Tetapi saat itu perubahan populasi dua morfologi dikaitkan dengan Estonia yang berada di tepi utara dari jangkauan distribusi cowslip.

"Studi ini mengkonfirmasi bahwa keseimbangan morf bunga memang terganggu di seluruh Eropa, jadi perubahan ini jauh lebih berarti," kata Aavik seperti dikutip dari Phys.

Para peneliti berspekulasi temuan ini menunjukkan langkah dalam jalur evolusi untuk membantu tanaman mengatasi berbagai perubahan lingkungan, seperti hilangnya dan terfragmentasinya habitat yang sesuai, perubahan dalam keragaman dan komposisi penyerbuk, serta iklim yang lebih hangat dan lebih lembab. 

Menurut Aavik, pengamatan bunga cowslip di seluruh Eropa hanyalah langkah pertama dalam menguji hipotesis ini.

Selama kampanye internasional cowslip, para peneliti Universitas Tartu mengundang orang-orang di seluruh Eropa untuk mengamati cowslip dan membagikan data pengamatan mereka pada musim semi tahun 2021 dan 2022.

Selama proyek sains warga yang dimulai di Estonia pada tahun 2019, pengamatan dilakukan di lebih dari 8.000 lokasi di seluruh Eropa, dan hampir 900.000 cowslip diperiksa selama empat tahun.