Kantong Plastik Ditemukan dalam Otak Manusia: Studi

Penulis : Kennial Laia

Lingkungan

Rabu, 05 Februari 2025

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Peningkatan eksponensial polusi mikroplastik selama 50 tahun terakhir kemungkinan tercermin dari meningkatnya kontaminasi di otak manusia, menurut sebuah studi terbaru.

Para ilmuwan menemukan tren peningkatan mikro dan nanoplastik di jaringan otak dari puluhan postmortem yang dilakukan antara 1997 dan 2024. Para peneliti juga menemukan partikel kecil dalam sampel hati dan ginjal.

Tubuh manusia banyak terkontaminasi oleh mikroplastik. Penelitian sebelumnya juga menemukan materi ini dalam darah, ASI, plasenta dan sumsum tulang. Dampaknya terhadap kesehatan manusia sebagian besar tidak diketahui, namun telah dikaitkan dengan stroke dan serangan jantung.

Para ilmuwan juga menemukan bahwa konsentrasi mikroplastik sekitar enam kali lebih tinggi pada sampel otak penderita demensia. Namun, kerusakan yang disebabkan oleh demensia di otak diperkirakan meningkatkan konsentrasi, kata para peneliti, yang mengindikasikan absennya hubungan sebab-akibat. 

Mikroplastik dalam berbagai ukuran. Foto: oceanbites

“Mengingat kehadiran mikro dan nanoplastik di lingkungan yang meningkat secara eksponensial, data ini memaksa upaya yang lebih besar untuk memahami apakah mereka mempunyai peran dalam gangguan neurologis atau dampak kesehatan manusia lainnya,” kata para peneliti, yang dipimpin oleh Matthew Campen di Universitas New Mexico AS, Senin, 3 Februari 2025. 

Mikroplastik terurai dari sampah plastik dan telah mencemari seluruh planet, mulai dari puncak Gunung Everest hingga lautan terdalam. Manusia pun mengonsumsi partikel kecil melalui makanan, air, dan menghirupnya melalui udara. 

Penelitian ini, yang diterbitkan dalam jurnal Nature Medicine, menganalisis sampel jaringan otak, hati, dan ginjal dari 28 orang yang meninggal pada 2016 dan 24 orang yang meninggal pada 2024 di New Mexico. Mereka menemukan, konsentrasi mikroplastik jauh lebih tinggi di jaringan otak. Jumlah tersebut juga lebih tinggi pada sampel otak dan hati pada 2024, dibandingkan dengan sampel pada 2016.

Para ilmuwan memperluas analisisnya dengan sampel jaringan otak dari orang yang meninggal antara 1997 dan 2013 di pantai timur AS. Data menunjukkan tren peningkatan kontaminasi mikroplastik pada otak dari 1997 hingga 2024.

Plastik yang paling umum ditemukan adalah polietilen, yang digunakan dalam kantong plastik dan kemasan makanan dan minuman. Rata-rata jumlahnya mencapai 75% dari total plastik. Partikel-partikel di otak sebagian besar berupa pecahan berskala nano dan serpihan plastik. Konsentrasi plastik di organ tubuh tidak dipengaruhi oleh usia orang yang meninggal, atau penyebab kematian, jenis kelamin, atau etnis mereka.

Para ilmuwan mencatat bahwa hanya satu sampel dari setiap organ yang dianalisis, yang berarti variabilitas di dalam organ masih belum diketahui, dan bahwa beberapa variasi dalam sampel otak mungkin disebabkan oleh perbedaan geografis antara New Mexico dan pantai timur AS.

“Hasil ini menyoroti kebutuhan penting untuk lebih memahami rute paparan, penyerapan dan jalur pembersihan serta potensi dampak kesehatan dari plastik pada jaringan manusia, khususnya di otak,” kata para peneliti.

Oliver Jones, profesor di RMIT University di Australia, mengatakan penelitian baru ini menarik, namun rendahnya jumlah sampel dan kesulitan menganalisis partikel plastik kecil tanpa kontaminasi berarti harus berhati-hati saat menafsirkan hasilnya.