Mayoritas Negara Telat Setor Target Iklim Terbaru ke PBB 

Penulis : Kennial Laia

Krisis Iklim

Rabu, 12 Februari 2025

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Negara-negara penghasil polusi terbesar di dunia melewatkan tenggat waktu PBB untuk menetapkan target iklim baru akibat tekanan setelah terpilihnya Presiden AS Donald Trump. 

Hampir 200 negara yang menandatangani Perjanjian Paris menghadapi tenggat waktu pada Senin, 10 Februari 2025, untuk menyerahkan rencana iklim nasional yang baru kepada PBB, yang menjelaskan rencana mereka untuk mengurangi emisi pada 2035. Di sisi lain, AS telah memulai proses pengunduran diri dari Perjanjian Paris setelah Trump menandatangani perintah eksekutif Januari lalu. 

Tercatat hanya enam negara yang telah menyerahkan target iklim baru pada 2035 tepat sebelum batas waktu Perjanjian Paris yang ditetapkan pada 10 Februari 2024. Mereka adalah Uni Emirat Arab, Brasil, AS, Swiss, Inggris, dan Selandia Baru. Dari nama tersebut, hanya Inggris yang mengusulkan tindakan di dalam negeri yang mencapai target 1.5C, menurut analisis terbaru oleh Climate Action Tracker (CAT). 

Hingga Senin pagi, banyak negara penghasil polusi terbesar di dunia – termasuk Tiongkok, India, dan Uni Eropa – belum melakukan tindakan serupa. Sementara itu CAT memberikan rekomendasi mengenai tingkat ambisi yang diperlukan pada 2030 dan 2035 untuk tujuh negara penghasil emisi besar, yaitu Tiongkok, AS, India, Uni Eropa, Indonesia, Jepang, dan Australia, serta negara-negara Tropika COP (Uni Emirat Arab, Azerbaijan, dan Brasil) yang secara total mewakili lebih dari 60% emisi global. 

Asap dan uap mengepul dari Pembangkit Listrik Belchatow, pembangkit listrik berbahan bakar batu bara terbesar di Eropa, yang dioperasikan oleh PGE Group, pada malam hari dekat Belchatow, Polandia 5 Desember 2018./Foto: REUTERS/Kacper Pempel

“Masyarakat berhak mengharapkan reaksi keras dari pemerintah mereka terhadap fakta bahwa pemanasan global kini telah mencapai 1,5° selama satu tahun penuh, namun kita belum melihat apa pun yang nyata,” kata CEO Climate Analytics Bill Hare, sebuah organisasi mitra CAT, Senin, 11 Februari 2025. 

“Sejauh ini, pemerintah belum memenuhi janji yang mereka buat sepuluh tahun yang lalu – untuk membawa dunia lebih dekat ke jalur yang konsisten dengan membatasi pemanasan hingga 1,5°C pada kecepatan yang diperlukan,” katanya. 

Semua perhatian kini tertuju pada negara-negara penghasil emisi besar seperti UE, Tiongkok, dan India yang belum menyerahkan dokumen kontribusi yang ditentukan secara nasional (NDC) 2035.

Komitmen iklim berikutnya penting karena akan menentukan kemampuan pemerintah untuk mematuhi Perjanjian Paris. Dalam panduannya menuju NDC 2035 yang baik, CAT menyoroti empat elemen penting yang diperlukan untuk putaran NDC ini: ambisius, adil, kredibel, dan transparan. 

Urgensi tindakan iklim yang ambisius terlihat dari semakin besarnya kerusakan yang diakibatkan oleh bencana-bencana yang dipicu oleh perubahan iklim di seluruh dunia. Dari gelombang panas yang memecahkan rekor hingga bencana banjir dan kebakaran hutan yang semakin parah, dampak perubahan iklim semakin meningkat dan berdampak pada jutaan orang di seluruh dunia.

“Banyak negara yang belum mengajukan target 2035 telah mengalami bencana iklim dalam beberapa bulan terakhir. Kami percaya bahwa mereka akan bekerja keras untuk mengembangkan target iklim yang kuat yang sepadan dengan ancaman yang mereka hadapi,” kata Niklas Höhne dari organisasi mitra CAT, NewClimate Institute.