Tambang Nikel di Torobulu kian Meresahkan Warga
Penulis : Raden Ariyo Wicaksono
Tambang
Rabu, 19 Februari 2025
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Aktivitas tambang nikel di Desa Torobulu, Kecamatan Laeya, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara (Sultra) kian meresahkan warga. Sebab aktivitas pertambangan dilakukan sangat dekat dengan Sekolah Dasar Negeri (SDN) 12 Laeya dan tempat tinggal warga.
Kegiatan tambang yang dilakukan oleh PT WIN tersebut mendapatkan pertentangan dari warga setempat. Pada Selasa (11/2/2025), sekelompok warga yang terhimpun dalam Aliansi Pejuang Lingkungan dan HAM (Apel HAM) Torobulu menggelar aksi demonstrasi di samping gedung SDN 12 Laeya, menyuarakan penolakan aktivitas tambang perusahaan.
Dalam sebuah rilis, salah satu anggota Aliansi, Hermina mengatakan, kegiatan pengerukan ore nikel yang dilakukan PT WIN tidak memperhatikan lingkungan, khususnya yang dilakukan dekat dengan SDN 12 Laeya. Sebab ada puluhan jiwa generasi penerus bangsa yang seharusnya dijauhkan dari aktivitas pertambangan yang bisa berdampak pada mereka.
“Selain itu aksi kami hari ini untuk menunjukkan bahwa aktivitas PT WIN telah keluar dari koridor yang telah tertuang dalam regulasi. Saya juga menyayangkan betapa lemahnya pengawasan lembaga-lembaga terkait untuk mengevaluasi aktivitas PT WIN yang beroperasi di Torobulu,” kata Hermina, 13 Februari 2025.

Aliansi menyebut PT WIN adalah salah satu perusahaan yang beroperasi di Desa Torobulu sejak 2017. Pada 2019, PT WIN mulai meresahkan warga karena menambang di pemukiman dan sekolah dasar dan memicu konflik sosial, seperti hubungan antar-saudara jadi renggang, sesama tetangga tak lagi guyub, hubungan suami istri tak lagi harmonis gara-gara beda pendapat soal tambang tersebut.
Menurut Aliansi, pada 19 Januari 2025, PT WIN kembali melakukan penggalian lahan di samping SDN 12 Laeya yang hanya dibatasi pagar dan berjarak 5 meter saja dari dapur rumah warga. Aksi yang dilakukan oleh Aliansi itu bertujuan mempertanyakan aktivitas PTWIN di samping gedung sekolah.
Namun, hingga aksi selesai, tak seorang pun dari pihak PT WIN dijumpai. Bahkan alat berat seperti excavator juga tak ada di lokasi penambangan, hanya terlihat tumpukan ore nikel yang siap diangkut.
Warga kemudian membentangkan spanduk bertuliskan “Kami sudah lelah dengan kerusakan, PT WIN harus berhenti beroperasi di pemukiman” dan beberapa bentangan spanduk lain yang berisi seruan menjaga lingkungan.
Berangkat dari rasa khawatir, sejumlah perempuan ikut menyuarakan kesedihannya jika penambangan PT WIN terus dibiarkan. Karena lingkungan yang sehat untuk anak-anak hanya akan menjadi angan-angan dan penyesalan di kemudian hari.
Koordinator lapangan aksi demonstrasi, Rasman, mengungkapkan bahwa jarak penggalian yang kurang dari dua meter dari pagar sekolah menunjukkan ketidakpedulian perusahaan terhadap keselamatan anak-anak dan komunitas sekitar. Kondisi ini tidak hanya mengancam keselamatan bangunan sekolah yang rentan longsor, tetapi juga menciptakan lingkungan yang tidak aman bagi anak-anak yang sedang menuntut ilmu.
“Situasi ini memperlihatkan abainya pihak perusahaan terhadap standar keselamatan dan tata kelola pertambangan yang seharusnya melindungi kepentingan publik. Pertanyaannya, sampai kapan keamanan dan hak-hak dasar warga, terutama anak-anak, diabaikan demi kepentingan eksploitasi sumber daya?” kata Rasman.
Darniati, perempuan Torobulu yang ikut melakukan aksi tersebut berharap penambangan di Desa Torobulu dihentikan, dan ia ingin IUP PT WIN dicabut. Karena menurutnya, perusahaan tersebut sudah melanggar aturan penambangan.
“Saya berjuang sampai saat ini karena perusahaan semakin menyerobot lahan-lahan yang ada di pemukiman dan kalau bukan kita yang berjuang menyelamatkan desa siapa lagi?” katanya.
Dalam rilis tersebut Aliansi Pejuang Lingkungan dan HAM Torobulu meminta PT WIN menghentikan segala aktivitas penambangan di Desa Torobulu, khususnya samping SDN 12 Laeya dan area pemukiman warga. Mereka juga mendesak PT WIN menunjukkan serta mensosialisasikan dokumen lingkungan hidup (Amdal) sebagai dasar aktivitas penambangannya.
Selanjutnya, Aliansi meminta segala bentuk intimidasi kepada warga Desa Torobulu yang memperjuangkan lingkungan hidup dihentikan, dan meminta aparat penegak hukum dan pemerintah seperti, kejaksaan, kepolisian, penegak hukum kementerian kehutanan dan kementerian lingkungan hidup, inspektur tambang dan dinas lingkungan hidup melakukan evaluasi, monitoring, dan penegakan hukum atas dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh PT WIN.