20 Tahun Tragedi Sampah Leuwigajah, Saatnya Bertindak Nyata!
Penulis : Yustinus Ade Stirman, Pegiat Lingkungan PERISAI BUMI
OPINI
Kamis, 27 Februari 2025
Editor : Yosep Suprayogi
HARI Peduli Sampah Nasional (HPSN) diperingati setiap tanggal 21 Februari. Tahun ini tema yang diusung yaitu “Kolaborasi untuk Indonesia Bersih". HPSN 2025 menandai 20 tahun sejak peristiwa tragis tersebut, menjadi momentum refleksi dan aksi nyata dalam mewujudkan Indonesia yang bersih melalui kolaborasi semua pihak.
Peringatan HPSN bermula dari tragedi yang terjadi pada 21 Februari 2005 di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat. Pada hari itu, longsoran tumpukan sampah akibat curah hujan tinggi dan ledakan gas metana menelan 157 korban jiwa dan menghilangkan dua kampung, yaitu Cilimus dan Pojok.
HPSN menjadi momentum untuk mengubah cara pandang kita terhadap sampah—bukan sekadar sebagai limbah, tetapi sebagai tanggung jawab bersama. Saat ini, Indonesia menghadapi krisis sampah yang semakin mengkhawatirkan, dengan lebih dari 68 juta ton sampah per tahun (KLHK, 2023), di mana sekitar 18% di antaranya adalah plastik yang sulit terurai. Jika tidak ditangani dengan baik, masalah ini akan menjadi bom waktu bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Namun, di tengah situasi ini, gerakan masyarakat mulai muncul sebagai solusi nyata. Tidak hanya pemerintah, tetapi komunitas, industri, dan individu juga harus mengambil peran aktif dalam mengelola sampah dengan lebih bijak. Sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah—ini adalah urusan kita semua.
Kesadaran Kolektif

Kesadaran tanpa aksi adalah omong kosong. Kampanye peduli lingkungan memang gencar dilakukan, tetapi perubahan perilaku masyarakat masih menjadi tantangan besar. Salah satu pendekatan yang berhasil adalah edukasi berbasis komunitas, seperti yang dilakukan oleh gerakan Zero Waste Indonesia, yang mengajak masyarakat untuk mengurangi sampah dari sumbernya melalui pola hidup minim sampah.
Di banyak daerah, bank sampah berbasis komunitas menjadi solusi konkret dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Masyarakat dapat menukar sampah yang dipilah dengan tabungan atau kebutuhan pokok. Konsep sederhana ini tidak hanya membantu mengurangi timbunan sampah, tetapi juga mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam mengelola limbahnya sendiri.
Peluang Ekonomi
Di balik tumpukan sampah, ada peluang besar yang bisa dimanfaatkan. Pendekatan ekonomi sirkular menawarkan cara pandang baru: sampah bukan akhir dari sebuah produk, melainkan awal dari siklus ekonomi baru.
Misalnya, startup seperti Robries dan Plastik Kembali telah membuktikan bahwa limbah plastik dapat diubah menjadi produk bernilai tinggi, seperti furnitur dan aksesori. Daur ulang bukan hanya solusi lingkungan, tetapi juga membuka peluang bisnis dan lapangan kerja.
Di beberapa daerah, kelompok ibu rumah tangga telah sukses mengelola bank sampah menjadi usaha produktif, mengolah sampah organik menjadi pupuk dan sampah anorganik menjadi produk kerajinan. Inilah bukti bahwa pengelolaan sampah tidak hanya mengurangi dampak lingkungan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Peran Pemerintah dan Industri
Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mengatasi masalah sampah, seperti Peraturan Presiden No. 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah, yang menargetkan pengurangan sampah hingga 30% dan pengelolaan 70% pada tahun 2025.
Namun, regulasi ini perlu didukung oleh implementasi yang lebih tegas, termasuk penerapan Extended Producer Responsibility (EPR)—kebijakan yang mewajibkan produsen bertanggung jawab atas limbah produk mereka. Jika perusahaan terus memproduksi plastik tanpa solusi daur ulang yang jelas, maka beban sampah akan terus bertambah.
Industri juga harus mengambil peran lebih besar dalam inovasi kemasan ramah lingkungan. Tanpa keterlibatan sektor swasta, upaya pengurangan sampah akan sulit mencapai hasil yang signifikan.
HPSN 2025 sebagai Titik Balik
Hari Peduli Sampah Nasional bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan ajakan untuk bertindak. Kita tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah atau segelintir aktivis lingkungan untuk menyelesaikan masalah ini. Diperlukan gerakan bersama yang melibatkan semua lapisan masyarakat.
Lantas, apa yang bisa kita lakukan? Beberapa langkah atau tidandakan kecil yang dapat kita lakukan yang berdampak besar seperti, Mulai memilah sampah dari rumah, mendukung produk dan bisnis berbasis daur ulang. Selain itu, ikut berpartisipasi dalam program bank sampah atau komunitas peduli lingkungan dan mendesak kebijakan yang lebih ketat untuk industri dalam pengurangan sampah plastik.
Jika setiap individu mengambil peran kecil dalam pengelolaan sampah, dampaknya akan sangat besar. Karena menjaga lingkungan bukan hanya untuk hari ini, tetapi juga untuk masa depan generasi mendatang.