Gula Aren Organik dari Dapur Bersama Cibarengkok
Penulis : Tim Kolaboraksi Betahita - Kehati
Hutan
Jumat, 11 April 2025
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Asap mengepul di ruangan sederhana berukuran 6x12 meter itu. Sumbernya berasal dari kuali besi di atas tungku api, yang menguarkan aroma manis. Seorang pria–mengenakan sarung dan peci–berjongkok di hadapan kuali dan sesekali mengadok adonan nira tersebut. “Nanti ini jadi gula aren,” kata petani yang disapa Urdi tersebut.
Hari itu memang jadwal Urdi untuk mengolah nira dari kebunnya di dapur komunal bernama Dapur Bersama Mahorahora, terletak di desa Cibarengkok, Panggarangan, Lebak, Banten. Menurut Urdi, dapur itu diresmikan pada 10 November 2024, setelah sejumlah petani di desa bersepakat membentuk kelembagaan bernama Kelompok Tani Aren Jaya 1, beranggotakan 38 individu.
“Saat itu para petani menghadapi masalah dalam mengolah gula aren,” kata Urdi, yang juga merupakan ketua Kelompok Tani Aren Jaya 1. Tantangan itu beragam, mulai dari kesulitan budi daya dan pengolahan efisien dan berkualitas, produksi rendah, harga jual yang tidak kompetitif, hingga akses pasar. Di satu sisi gula aren sendiri merupakan potensi lokal yang menjanjikan.
Setelah kelompok dibentuk, para pengurus bergerak cepat dan menggagas dapur komunal. “Dapur ini untuk dikelola bersama, untuk mengolah nira dan wadah bertukar pikiran. Dapur juga dibangun atas inisiatif dan gotong-royong anggota kelompok, termasuk menentukan lokasi dan mengumpulkan bahan bangunan,” kata Urdi.

Dapur bersama itu dilengkapi tujuh tungku, namun belum semuanya beroperasi. Para petani baru menggunakan tiga tungku, dengan kapasitas produksi 1,2 ton per bulan. Angka ini bisa mencapai 6,5 ton jika kapasitas maksimum berjalan di masa depan.
Urdi mengatakan para tidak sendiri dalam proses tersebut. Mereka mendapatkan dukungan dan pendampingan dari organisasi nonprofit seperti Absolute Indonesia, Yayasan Kehati, dan Akar Pohon.
Direktur Eksekutif Absolute Indonesia, Muhamad Kosar mengatakan, dapur komunal dibangun untuk memfasilitasi masyarakat untuk menyuplai sesuai kebutuhan dan standar perusahaan. Dus program itu menggaet PT Mahorahora, perusahaan gula aren organik di Jakarta, yang telah lebih dulu menjalin program dengan petani di Cibarengkok. Hal ini penting, karena gula aren yang diproduksi dari dapur bersama itu langsung memiliki akses ke pasar.
Anggota Kelompok Tani Aren Jaya 1 di Cibarengkok, Lebak, Banten. Dok. Absolute Indonesia
Jika dulu para petani memproduksi nira secara sporadis dengan kualitas seadanya, kini lewat dapur bersama, mereka mampu menghasilkan gula aren sesuai standar perusahaan. Petani tak perlu lagi menjual ke tengkulak setempat. Karena sudah meningkatkan kualitas, para petani memiliki daya tawar untuk menegosiasikan harga dengan perusahaan penampung.
Menurut Kosar, dapur bersama juga memberikan para petani keleluasaan untuk melakukan aktivitas lainnya. “Dengan pengolahan yang sudah ditentukan jadwalnya, para petani sudah memiliki jadwal tetap. Jadi sambil menunggu giliran, petani bisa punya keleluasaan lain seperti merawat dan membersihkan nira yang belum disadap, ke sawah, dan aktivitas lainnya,” kata Kosar.
Dapur bersama juga mengolah nira para petani yang tidak punya waktu untuk mengurus niranya. Kelompok Tani Aren Jaya 1 pun bisa membeli nira atau pohon aren jaya, serta memberdayakan warga tanpa kebun untuk membantu sebagai pengolah nira (cooker), penyedia kayu bakar, dan administrasi.
Pengukuran suhu nira yang sedang dipanaskan di dapur bersama, Cibarengkok, Lebak, Banten. Dok. Absolute Indonesia
Tantangan yang dihadapi saat ini adalah produktivitas yang masih naik-turun. Menurut Urdi, ini disebabkan oleh bahan baku yang belum mencukupi. Lokasi kebun petani di Cibarengkok pun tersebar sehingga tidak semua bisa terlibat dalam dapur bersama. Namun Urdi mengatakan pihaknya tetap menerima hasil panen di luar kelompoknya.
Untuk mengatasi hal ini, tahun lalu petani di Cibarengkok juga melakukan penanaman pohon gula aren di lahan seluas 11,5 hektare. “Jenis yang ditanam itu hibrida, beda dengan varietas lokal. Katanya ini bisa lebih cepat panen, mungkin empat-lima tahun lagi sudah bisa disadap,” kata Urdi.
Menurut Urdi, pendirian dapur bersama itu menjadi momen bersejarah bagi para petani gula aren. “Mudah-mudahan dengan adanya dapur bersama, ini akan bisa menjadi semangat baru bagi anggota dalam menjalankan rencana usaha bersama kelompok,” ujarnya.
Para petani gula aren berkumpul dan berdiskusi di dapur bersama, Cibarengkok, Lebak. Dok. Absolute Indonesia
Ata, anggota Kelompok Tani Aren Jaya 1, berharap dapur bersama itu dapat menjadi media dalam meningkatkan ekonomi para anggota dan keluarganya. "Dengan adanya dapur bersama ini anggota sangat berharap usaha usaha yang dijalankan dapat meningkatkan ekonomi bagi para anggotanya, khususnya para petani aren," ujarnya.
Kini dapur itu tak pernah tak sibuk. Urdi mengatakan setiap hari ada saja anggota yang berkumpul. “Sedikitnya satu bulan sekali para pengurus dan anggota berkumpul. Pada momen ini masing-masing anggota menyampaikan dan membagikan pengalaman praktik yang dilakukan. Baik itu yang keberhasilan, maupun kendala yang dijadikan pembelajaran bersama,” kata Urdi.
Kosar mengatakan, pihaknya berharap dapur bersama tersebut dapat menjadi model untuk direplikasi oleh kelembagaan petani gula aren lainnya di asa depan. “Kami juga berharap agar perusahaan dan pemerintah setempat terus mendorong dan mendukung kegiatan yang dilakukan para petani gula aren.”
Produk gula aren PT Mahorahora. Dok. Absolute Indonesia