Kasus Lumpur Panas Sorik Marapi: Bantahan SMGP Bahayakan Warga
Penulis : Aryo Bhawono
Energi
Selasa, 29 April 2025
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) menganggap bantahan PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) yang menyatakan munculnya lumpur panas di Desa Roburan, Desa Roburan Dolok, Kecamatan Panyabungan Selatan, Mandailing Natal, Sumatera Utara bukan karena pengeboran panas, merisikokan nyawa warga. Fenomena serupa juga terjadi di beberapa lokasi pengeboran panas bumi, seperti di Mataloko, Nusa Tenggara Timur.
"PT SMGP bersama Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mandailing Natal melakukan tinjauan lapangan langsung ke lokasi manifestasi yang ditampilkan dalam video tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa titik manifestasi tersebut berada di Lokasi lain di Desa Roburan Dolok dan tidak berada di area sumur Pad-E PT SMGP, jarak 1-2 kilometer (dari lokasi)," kata Corporate Communication Manager PT SMGP Agung Iswara dalam keterangannya, Sabtu (26/4/2025).
Menurutnya lumpur panas yang muncul itu merupakan fenomena alami yang terpantau sejak 2021. Sehingga tidak memiliki hubungan langsung dengan pengeboran yang sudah dilakukan oleh PT SMGP sejak 2017.
PT SMGP menguasai wilayah kerja panas Bumi (WKP) seluas 62.900 hektare atau 629 km², mencakup 138 desa di 10 kecamatan.

Kepala Divisi Simpul & Jaringan, Jaringan Advokasi Tambang (Jatam), Imam Shofwan, menganggap bantahan itu justru membahayakan warga karena menunjukkan bahwa perusahaan itu tidak memiliki mitigasi dan perhitungan keselamatan dalam operasi. Ia menyebutkan citra satelit menunjukkan jarak Wellpad E milik PT SMGP hanya berjarak kurang dari satu kilometer dari Desa Roburan Dolok.
“Warga juga menceritakan, sebelum ada pengeboran tidak ada fenomena semburan lumpur panas. Makanya jika mereka menganggap ini fenomena alam, ini menunjukkan bahwa tidak ada samasekali pertimbangan mereka atas keselamatan warga. Ini sangat membahayakan,” ujarnya ketika berbincang dengan redaksi.
Saat ini terdapat setidaknya sepuluh titik semburan lumpur panas yang seluruhnya berada di kebun garapan milik warga. Berdasarkan perhitungan citra satelit, lokasi semburan berada sekitar 900 meter dari wellpad E dan sekitar 317 meter dari permukiman warga di Desa Roburan Dolok, yang dihuni oleh 1.931 jiwa.
Ia menyebutkan fenomena serupa terjadi di berbagai lokasi kerja panas bumi, seperti Dieng di Jawa Tengah, Lahendong di Tomohon, hingga Ulumbu, Mataloko, dan Sokoria di Pulau Flores.
Proyek Geotermal Mataloko misalnya, menyisakan puluhan semburan lumpur sejak pengeboran yang dilakukan pada akhir masa orde baru, tahun 1998.
Proyek ini sempat ditutup, lalu dilanjutkan lagi dan hasilnya sama, memunculkan asal belerang dan lumpur. Alhasil pemandian air panas dan kebun warga rusak. Bahkan pengakuan petani menyebutkan hasil panen mereka merosot.
Imam menyebutkan perusahaan dan pemerintah tidak pernah menganggap serius bencana di seputar tambang panas bumi ini. padahal selama ini warga merasa trauma apalagi berkali-kali terjadi insiden kebocoran gas beracun yang menyebabkan warga pingsan massal hingga meninggal.
“Warga sangat trauma. apalagi ketika mereka mau ke kebun sudah mencium bau busuk yang menyengat. Mereka ingat betul insiden keracunan gas itu seperti apa,” kata dia.