Menyelamatkan Tahu Tropodo Jadi Ramah Lingkungan
Penulis : Yustinus Ade Stirman, PUSAT PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP JAWA
OPINI
Jumat, 30 Mei 2025
Editor : Yosep Suprayogi
PUSAT Pengendalian Lingkungan Hidup Jawa (Pusdal LH Jawa) Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) menggelar rapat teknis untuk mencari solusi masalah lingkungan di kawasan industri tahu Tropodo di Sidoarjo pada Rabu (28/5). Forum ini melibatkan pemerintah, pelaku industri kecil dan menengah (IKM), praktisi lingkungan, dan akademisi. Rapat bertema "Bahan Bakar Ramah Lingkungan pada Industri Tahu di Jawa Timur" yang digelar secara hibrid ini bertujuan untuk menghasilkan rekomendasi konkret, mulai dari penggunaan bahan bakar alternatif hingga inovasi teknologi tepat guna dan ramah lingkungan.
Ibarat bom waktu yang bisa meledak kapan saja, begitulah situasi yang dihadapi Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Sidoarjo, saat ini. Di balik kelezatan tahu tradisional yang menjadi primadona dan penggerak ekonomi lokal, tersembunyi masalah serius yaitu, penggunaan limbah plastik, termasuk sampah impor, sebagai bahan bakar dalam proses produksi tahu. Ironisnya, praktik ini telah berlangsung lebih dari dua dekade. Tak mengherankan jika Tropodo kini menjadi sorotan nasional dan internasional.
Isu ini mencuat setelah YouTuber asal Australia, Andrew Fraser, merilis film dokumenter berjudul "Indonesia TOXIC TOFU Timebomb: Poisoning Millions Daily", yang telah ditonton lebih dari 2,6 juta kali. Video tersebut menggugah perhatian publik dan mendorong berbagai pihak, termasuk DPR RI dan Badan POM, untuk mendesak pemerintah segera bertindak.
Ancaman yang mengendap
Menurut laporan Ecoton, sekitar 40% bahan bakar pabrik tahu di Tropodo berasal dari sampah plastik impor. Sisanya terdiri dari limbah karet, sol sepatu, styrofoam, serta sebagian kecil bahan alami seperti kayu dan batok kelapa. Praktik ini telah menyebabkan pencemaran udara parah, dengan kadar PM2.5 mencapai 690 µg/m³ dan PM10 sebesar 820 µg/m³—jauh melebihi ambang batas aman WHO. Warga mulai merasakan dampaknya, dari sesak napas hingga iritasi saluran pernapasan.

Menyikapi situasi tersebut, Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, membentuk Tim Gakkum untuk turun ke lapangan, menegaskan bahwa pemerintah daerah tak boleh saling lempar tanggung jawab. Polisi pun mengamankan tiga orang, dua pelaku usaha dan satu pemasok limbah plastik—langkah awal yang menunjukkan keseriusan penegakan hukum.
Beberapa waktu lalu, sebanyak 51 pemilik pabrik tahu telah menandatangani komitmen untuk menghentikan penggunaan sampah plastik dan beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan, seperti kayu dan gas. DLHK Sidoarjo memberi tenggat waktu seminggu untuk membersihkan limbah plastik dari lokasi produksi.
Namun, tantangan belum usai. Beberapa pengusaha keberatan karena biaya operasional akan meningkat jika harus menggunakan bahan bakar alternatif. Pemerintah daerah pun mulai turun tangan, menawarkan bantuan dalam transisi menuju energi bersih.
Solusi yang berkelanjutan
Krisis di Tropodo telah membuka mata publik akan pentingnya perubahan sistemik dan mendasar. Untuk menciptakan transisi energi bersih yang adil dan berkelanjutan, dibutuhkan pendekatan yang holistik, multidisiplin ilmu (ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, dan penegakan hukum tegas namun tetap humanis), dan koordinasi lintas sektor.
Dari sisi ekonomi misalnya, keberhasilan transisi tidak bisa dibebankan sepenuhnya kepada pelaku industri kecil-menengah (IKM). Pemerintah perlu hadir melalui kebijakan subsidi energi bersih, seperti bantuan harga LPG industri atau instalasi pembakar biomassa.
Selain itu, akses pembiayaan hijau melalui kredit lunak perlu difasilitasi agar IKM mampu memperbarui teknologi pembakaran mereka. Sertifikasi produk ramah lingkungan seperti “Tahu Hijau” juga dapat menjadi insentif ekonomi dan reputasi yang mendorong transformasi positif.
Di ranah sosial, upaya edukasi publik menjadi sangat penting, terutama terkait bahaya dioksin dan partikel halus terhadap kesehatan anak-anak dan ibu hamil. Kesadaran warga perlu dibangun melalui kampanye langsung dan intensif. Komunitas lokal pun bisa diberdayakan melalui pembentukan forum pemantau lingkungan, lengkap dengan pelatihan dan peralatan sederhana.
Pemerintah juga dapat memfasilitasi pelatihan keterampilan baru bagi pekerja terdampak, membuka jalan menuju wirausaha hijau dan sektor ekonomi alternatif yang berkelanjutan.
Dari sisi budaya, tahu Tropodo adalah bagian dari identitas kuliner Jawa Timur. Maka, upaya revitalisasi cara produksi yang bersih dan alami perlu dihidupkan kembali. Festival Tahu Sehat dapat menjadi ruang promosi sekaligus simbol transformasi menuju produksi pangan yang ramah lingkungan.
Di samping itu, dokumentasi narasi perubahan oleh seniman, jurnalis, dan akademisi lokal akan menjadi bagian penting dari sejarah perlawanan terhadap pencemaran dan transisi budaya yang lebih beradab.
Sementara itu, aspek lingkungan dan hukum juga tak kalah penting. Penegakan hukum harus berjalan konsisten terhadap pelaku dan jaringan pemasok limbah ilegal. Program pemulihan ekologis jangka panjang, seperti remediasi tanah, reboisasi mikro, dan pengelolaan limbah secara tepat, harus segera dijalankan. Sistem pemantauan kualitas udara yang terbuka dan dapat diakses publik perlu dipasang secara permanen di Tropodo dan desa sekitarnya untuk mendorong transparansi dan akuntabilitas. Energi terbarukan yang ramah lingkungan dan pemanfaatan tekonologi tepat guna yang nyaman, ramah lingkungan dengan harga terjangkau adalah alternatf yang perlu dipertimbangkan dalam mengurai permasalahan industri tahu Tropodo.
Akhirnya, penegakan hukum harus dilakukan. Tidak hanya untuk memberikan efek jera, tetapi juga membuka ruang perbaikan. Pendekatan humanis melalui sistem peringatan bertahap bisa diterapkan sebelum sanksi tegas dijatuhkan, terutama bagi pelaku IKM yang telah menunjukkan komitmen untuk berubah. Hendaknya penegakan hukum sebagai langkah terakhir dipakai manakalah tidak ada pilihan lain lagi. Kampanye yang menekankan bahaya dioksin serta manfaat ekonomi dari energi bersih juga perlu digalakkan, agar perubahan dilihat bukan sekadar kewajiban, tetapi sebagai investasi masa depan
Kampanye atau edukasi lingkungan ini dapat dilakukan para penyuluh lingkugan di daerah dengan bekerja sama dengan para penyuluh lingkungan di derah atau dengan Pusat pengendalian Lingkungan Hidup Jawa (Pusdal LH Jawa) KLH, dalam membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan yang sehat sebagai investasi untuk masa depan anak-anak di Desa Tropodo.