Ambisi Bali: 100% Energi Terbarukan pada 2045
Penulis : Kennial Laia
Energi
Rabu, 16 Juli 2025
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Pemerintah Pulau Bali berambisi untuk menggunakan energi terbarukan seratus persen pada 2045. Ambisi ini, yang tertera dalam peta jalan terbaru, membutuhkan investasi sebesar US$47,26 miliar atau sekitar Rp768,5 triliun.
Dalam peta jalan tersebut, yang diluncurkan Selasa, 15 Juli 2025, rencana Bali menuju energi terbarukan 100% dilakukan secara bertahap, dengan pengurangan emisi karbon dioksida yang signifikan hingga 2045.
Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Energi Sumber Daya Mineral Ida Bagus Setiawan mengatakan, saat ini pasokan listrik Bali disokong oleh pembangkit listrik dengan kapasitas total 1.461 mega watt. Di sisi lain pertumbuhan kebutuhan listrik tinggi, mencapai 7-8 persen. Kondisi tersebut, menurut Setiawan, menjadikan Bali rentan mengalami krisis listrik karena cadangannya di bawah 30 persen.
“Sebagai provinsi kepulauan dengan ketergantungan terhadap pasokan energi dari luar, Bali menghadapi risiko keamanan energi yang tinggi. Kemandirian energi menjadi sangat penting, tidak hanya untuk ketahanan dan keandalan sistem kelistrikan, yang mendukung sektor-sektor strategis, seperti pariwisata, dan ekonomi kreatif,” katanya pada peluncuran peta jalan tersebut di Sanur, Bali, Selasa, 15 Juli 2025.

“Peta jalan (ini) memiliki peran penting sebagai langkah strategis dalam merancang upaya transisi energi Bali secara terarah dan terukur,” ujarnya.
Setiawan mengatakan pemerintah Bali berharap peta jalan tersebut dapat menjadi rujukan penting dalam mendorong pemanfaatan atau implementasi energi bersih dan energi baru terbarukan dan mempercepat kemandirian energi di Bali dengan menggunakan energi bersih.
Sebanyak 76 persen pasokan listrik Bali saat ini berasal dari pembangkit energi fosil. Gas menyumbang paling banyak, dengan kapasitas 688 MW dan batu bara sebesar 380 MW.
Berdasarkan analisis Institute for Essential Services Reform (IESR) yang merancang peta jalan tersebut, potensi energi terbarukan Bali mencapai 22.04 gigawatt. Porsi energi surya paling besar, sekitar 21 GW, disusul angin (515 MW), dan panas bumi (127 MW). Menurut IESR, Bali akan mampu memenuhi kebutuhan energi listriknya hanya dari energi terbarukan pada 2045 jika dikelola secara maksimal.
Analis Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan IESR Alvin Putra Sisdwinugraha mengatakan, ambisi ini dapat tercapai dalam empat tahap. Periode pertama (2025-2029), penerapan energi terbarukan sebesar 1,5 GW dengan kebutuhan investasi sebesar US$5,8 miliar.
Tahap kedua, Bali perlu menambah kapasitas energi terbarukan sebesar 1,4 GW dan penyimpanan energi sebesar 400 MWh. Periode waktu ini berlangsung pada 2030-2034 dengan perkiraan pendanaan sebesar US$1,7 miliar.
Kemudian pada 2035-2039, penambahan kapasitas 1,24 GW membutuhkan investasi sebesar US$ 1,76-4,76 miliar dan berpotensi menurunkan emisi hingga 9 juta ton setara karbon dioksida.
Selanjutnya, pada periode 2040-2045, dibutuhkan penambahan kapasitas energi terbarukan hingga 17 GW dan penyimpanan energi sebesar 54 GWh, dengan estimasi investasi mencapai US$ 35 miliar.
Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa mendorong PLN untuk mendukung visi Bali untuk mencapai 100 persen energi terbarukan. Hal ini dapat dilakukan dengan penyelarasan dalam rencana usaha pengadaan tenaga listrik atau RUPTL, dengan penguatan kebijakan dan infrastruktur. Pemerintah pusat juga diharapkan untuk mendukung melalui kerangka kebijakan dan insentif, serta pendanaan energi terbarukan.