2 Katak Bertaring di Pegunungan Meratus

Penulis : Gilang Helindro

Biodiversitas

Sabtu, 19 Juli 2025

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID - Tim peneliti dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi (PRBE), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), bekerja sama dengan Aichi University of Education, Kyoto University, dan Universitas Palangka Raya, berhasil mengidentifikasi dua spesies baru katak bertaring di kawasan Pegunungan Meratus, Kalimantan.

Dua spesies tersebut masing-masing diberi nama Limnonectes maanyanorum dan Limnonectes nusantara. Keduanya merupakan bagian dari kelompok Limnonectes kuhlii, namun melalui pendekatan integratif yang memadukan analisis molekuler (gen 16S rRNA) dan kajian morfologis mendalam, kedua spesies ini diakui secara ilmiah sebagai entitas evolusioner yang terpisah dan sah sebagai spesies baru.

Limnonectes maanyanorum ditemukan di kawasan Gunung Karasik, Kalimantan Tengah. Penamaan spesies ini ditujukan sebagai penghormatan kepada masyarakat adat Dayak Maanyan yang mendiami wilayah tersebut. Di kalangan masyarakat lokal, katak ini dikenal dengan sebutan “Senteleng Watu”, yang berarti “katak batu”. Sementara itu, Limnonectes nusantara ditemukan di daerah Loksado dan Paramasan, Kalimantan Selatan. Nama “Nusantara” dipilih sebagai simbol identitas nasional Indonesia serta merujuk pada lokasi Ibu Kota Negara yang baru di Kalimantan. Katak ini dikenal oleh masyarakat Dayak Meratus dengan nama “Lampinik”.

Profesor Riset Bidang Herpetologi PRBE BRIN, Amir Hamidy, menyatakan bahwa penemuan ini merupakan kontribusi penting dalam upaya dokumentasi keanekaragaman herpetofauna Kalimantan. “Penemuan ini menegaskan peran penting wilayah Pegunungan Meratus dalam konservasi spesies endemik. Kerusakan habitat, eksploitasi spesies, perubahan iklim, dan munculnya penyakit merupakan ancaman serius terhadap kelangsungan hidup amfibi endemik Kalimantan,” ujar Amir dalam keterangan tertulisnya, dikutip Rabu, 16 Juli 2025.

Dua spesies baru katak bertaring di kawasan Pegunungan Meratus, Kalimantan. Foto: BRIN

Kedua spesies katak ini memiliki ukuran tubuh sedang, dengan ciri khas berupa tonjolan tulang menyerupai taring di rahang bawah, terutama pada individu jantan. Ciri morfologis lainnya mencakup jari-jari kaki yang berselaput penuh, kulit tubuh berbintil, serta pola warna tubuh yang khas. Variasi bentuk bintil dan ukuran taring menjadi pembeda utama antara kedua spesies tersebut.

Analisis genetik dan morfologis menunjukkan bahwa L. maanyanorum dan L. nusantara merupakan dua garis keturunan yang berbeda secara signifikan, baik berdasarkan jarak genetik pada sekuens gen 16S rRNA maupun dari kombinasi karakter morfologis. Analisis filogenetik juga mengonfirmasi bahwa kedua spesies membentuk klad monofiletik dengan dukungan statistik yang sangat kuat.

Lebih lanjut, Amir menegaskan pentingnya eksplorasi keanekaragaman hayati dan penguatan kebijakan konservasi berbasis data ilmiah di wilayah tropis yang masih minim penelitian, khususnya Kalimantan sebagai bagian dari kawasan Sundaland yang sangat kaya akan spesies endemik.

“Penemuan ini membuktikan bahwa Kalimantan masih menyimpan banyak misteri biologis. Oleh karena itu, eksplorasi dan penelitian lebih lanjut sangat diperlukan, terutama di wilayah-wilayah yang belum banyak dijangkau,” ujar Amir.

Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah internasional Zootaxa edisi 5575 (3): 387–408 pada 24 Januari 2025, dengan judul “Two new species of fanged frog from Southeastern Borneo, Indonesia”. Peneliti berharap temuan ini dapat mendorong kajian lanjutan serta menjadi dasar dalam penetapan prioritas konservasi di salah satu wilayah dengan keanekaragaman hayati tertinggi namun paling terancam di dunia.