Drama Kudeta di Koloni Lebah Madu
Penulis : Aryo Bhawono
Satwa
Sabtu, 01 November 2025
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Pergantian kekuasaan koloni lebah ibarat drama politik zaman kerajaan. Sang raja atau ratu yang lemah karena sakit akan digulingkan oleh rakyatnya.
Peristiwa ini disebut supersedure. Puluhan ribu lebah pekerja dalam sebuah koloni yang merasa ratu mereka tidak lagi bertelur dalam jumlah yang cukup, berkoordinasi untuk menggantinya dengan ratu baru yang lebih sehat.
Meski dapat membantu koloni liar beradaptasi, strategi bertahan hidup ini berisiko menimbulkan masalah bagi sarang. Strategi ini menyebabkan kesenjangan dalam bertelur, populasi koloni melemah, dan pada akhirnya mengurangi penyerbukan dan produksi madu.
Para peneliti di University of British Columbia telah menemukan hal penting yang menjelaskan pemberontakan ini terjadi hingga bagaimana mereka terkoordinasi dengan sinkronisitas yang begitu luar biasa.
Penelitian mereka yang diterbitkan dalam jurnal PNAS menemukan infeksi virus umum menyusutkan ovarium ratu, mengurangi kapasitas bertelur dan produksi metil oleat, feromon yang biasanya menjaga kesetiaan lebah pekerja. Ketika kadar metil oleat turun, lebah pekerja akan merasakan kelemahan ratu dan mulai mempersiapkan penggantinya.
"Seekor ratu yang sehat dapat bertelur sebanyak 850 hingga 3.200 butir telur per hari, yang lebih banyak daripada berat badannya," kata penulis senior Dr. Leonard Foster, seorang profesor biokimia dan biologi molekuler di Fakultas Kedokteran UBC dan Laboratorium Michael Smith.
Namun dalam percobaan kami, kata dia, ratu yang terinfeksi virus bertelur lebih sedikit dan menghasilkan lebih sedikit metil oleat. Penurunan feromon tersebut tampaknya menjadi sinyal bagi lebah pekerja bahwa ratu tidak lagi layak untuk melanjutkan hidupnya.
Lebah menyerbuki sekitar sepertiga tanaman pangan dunia, menjadikannya penting bagi sistem pangan yang sehat, ketahanan pangan, dan kesehatan manusia serta komunitas di seluruh dunia.
Peternak lebah telah melaporkan masalah kegagalan ratu dan penggantian ratu prematur selama bertahun-tahun. Survei terbaru mengidentifikasi ratu yang buruk sebagai penyebab paling sering dilaporkan dari kehilangan ratu selama musim dingin.
Penelitian ini menyoroti bagaimana infeksi virus menjadi faktor pendorong di balik tantangan ini, mengganggu keseimbangan sinyal kimia yang menjaga ketertiban dalam sarang.
Temuan terpenting penelitian ini juga menunjukkan cara praktis bagi peternak lebah untuk melakukan intervensi dan mengelola penggantian ratu. Uji coba lapangan berbasis bukti menunjukkan, koloni yang diberi campuran feromon sintetis mengandung metil oleat, jauh lebih kecil kemungkinannya untuk membesarkan ratu baru dibandingkan dengan koloni yang menerima campuran tanpa metil oleat.
"Itu bisa menjadi masalah besar bagi peternak lebah. Pengganti ratu bisa mengganggu dan mahal, tetapi melengkapi koloni dengan metil oleat dapat membantu menstabilkan sarang selama periode ketika produktivitas berkelanjutan paling penting," kata Foster.
Temuan ini membuka pintu strategi manajemen baru bagi peternak lebah komersial yang menghadapi wabah virus, terutama selama periode puncak penyerbukan atau produksi madu untuk mencegah kehilangan ratu sebelum waktunya.
Penulis utama laporan sekaligus peneliti di Laboratorium Michael Smith UBC dan Universitas Negeri Carolina Utara, Dr. Alison McAfee, menyebutkan risetnya benar-benar menekankan bagaimana infeksi virus pada ratu dapat menjadi masalah besar bagi peternak lebah.
"Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ratu yang gagal berkembang biak terinfeksi virus secara parah, dan sekarang kita tahu bahwa infeksi tersebut dapat menyebabkan supersedure, yang berisiko bagi koloni dan mahal bagi peternak lebah untuk mengelolanya."
Penelitian ini juga menyoroti peran tungau varroa, hama parasit yang dapat menyebarkan virus yang terkait dengan kegagalan ratu, yang menggarisbawahi pentingnya menjaga koloni tetap sehat dan bebas parasit.
Infeksi ratu sejauh ini merupakan masalah yang kurang diperhatikan, kata McAfee, yang berharap penelitian ini akan mengubah hal tersebut.
Menjaga kesehatan ratu lebah adalah satu alasan lagi mengapa sangat penting untuk berpikir ke depan dan mengendalikan tingkat varroa (tungau yang menjadi hama bagi lebah madu).
"Saat ini belum ada pengobatan untuk virus di koloni lebah madu, tetapi setelah kita lebih memahami dampaknya, kita dapat mengubah cara kita mengelola varroa agar ratu lebah memiliki peluang lebih baik,” tambah McAfee.


Share

