Jangan Mangap di Surabaya, Air Hujannya Mengandung Mikroplastik
Penulis : Aryo Bhawono
Polusi
Selasa, 18 November 2025
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Ancaman kandungan mikroplastik pada air hujan di Surabaya cukup memprihatinkan. Riset mikroplastik dalam air hujan yang dilakukan oleh Jaringan Gen Z Jatim Tolak Plastik Sekali Pakai (Jejak), Komunitas Growgreen, River Warrior, dan Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) menyebutkan cemaran mikroplastik ini mengkhawatirkan dan akan jadi ancaman serius bagi kesehatan warga.
Penelitian yang dilakukan pada 11-14 Nopember 2025 di 5 lokasi di kota itu menunjukkan lokasi paling tercemar mikroplastik adalah daerah Pakis Gelora sebanyak 356 partikel mikroplastik(PM) /liter, disusul Tanjung Perak pada posisi kedua dengan 309PM/L.
Kelimpahan mikroplastik di air hujan di lima lokasi Kota Surabaya. Data: Ecoton
“Tingginya tingkat pencemaran mikroplastik dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, semisal di Pakis Gelora menunjukkan kadar mikroplastik tinggi karena terdapat aktivitas pembakaran sampah dan lokasi yang berdekatan dengan pasar dan jalan raya,” ungkap koordinator Penelitian Mikroplastik Kota Surabaya, Alaika Rahmatullah.
Ia menyebutkan mikroplastik dalam air hujan berasal dari kegiatan pembakaran sampah plastik, aktivitas jalan raya berupa gesekan antara ban dengan aspal.
Peneliti Ecoton, Sofi Azilan Aini, menjelaskan pembakaran sampah plastik akan menghasilkan jenis mikroplastik fiber. Riset sebelumnya yang dilakukan di lokasi dekat tungku pembakaran sampah di Sidoarjo menunjukkan jenis fiber mendominasi mikroplastik di udara sekitar daerah pembakaran sampah.
Sedangkan penelitian mikroplastik pada air hujan di Kota Surabaya menunjukkan jenis mikroplastik yang ditemukan paling banyak adalah jenis fiber.
“Hanya dua jenis mikroplastik yang ditemukan di udara kota Surabaya yaitu jenis fiber atau jenis filamen,” ucap Sofi.
Penelitian ini sendiri dilakukan dengan menempatkan wadah aluminium, stainless steel, dan wadah mangkuk kaca dengan diameter 20-30 cm pada ketinggian lebih dari 1,5 meter selama 1-2 jam.
Peneliti Gowgreen dari Universitas Surabaya, Shofiyah, menyebutkan semua lokasi penelitian tercemar mikroplastik. Kondisi ini mengkhawatirkan dan akan jadi ancaman serius bagi kesehatan warga.
“Kami menghimbau agar warga tidak mangap sehingga menelan air hujan karena masuknya air hujan akan meningkatkan kontaminasi mikroplastik dalam tubuh,” kata dia.
Ia menjelaskan bahwa pencemaran mikroplastik harus menjadi warning bagi warga kota Surabaya untuk tidak membakar sampah terbuka, membuang sampah ke sungai, dan konsumsi plastik sekali pakai berlebihan.
Faktor lain penyumbang mikroplastik dalam air hujan kota Surabaya berasal pencemaran plastik air laut, dalam proses siklus air. Air laut berevaporasi menjadi uap air dan terkondensasi menjadi awan. Semakin tinggi tingkat polusi plastik atau mikroplastik dalam air laut maka akan berdampak pada tingginya tingkat pencemaran mikroplastik dalam air hujan.
Mereka pun merekomendasikan penghentian membakar sampah terbuka, membuang plastik di sungai dan pesisir, serta menggunakan plastik sekali pakai.
Selain itu warga mesti memberikan sanksi sosial berupa pemasangan foto oknum yang membakar sampah plastik dan membuang sampah plastik ke sungai atau pesisir.
Sementara itu, pemerintah harus melakukan uji mikroplastik regular udara kota Surabaya.


Share
