Perdagangan Ikan Global Sebarkan Zat Kimia ke Seluruh Dunia

Penulis : Kennial Laia

Polusi

Minggu, 28 Desember 2025

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Mengonsumsi ikan mungkin baik untuk Anda, namun ada risiko tersembunyi berupa paparan terhadap apa yang disebut "bahan kimia selamanya" yang ikut tersaji saat Anda menyantapnya. Studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Science mengungkapkan bahwa perdagangan makanan laut global menjadi sebuah sistem pengiriman besar-besaran zat per- dan polifluoroalkil (PFAS), polutan industri yang bertahan di lingkungan selama beberapa dekade.

Bahan kimia selamanya ini digunakan dalam banyak produk, mulai dari peralatan masak antilengket dan kosmetik hingga kemasan makanan dan busa pemadam kebakaran. Bahan-bahan ini sangat tahan terhadap kerusakan lingkungan dan telah dikaitkan dengan berbagai penyakit serius seperti kanker dan penyakit hati.

PFAS dapat melakukan perjalanan jarak jauh mengelilingi planet ini melalui udara dan air. Begitu mereka tersapu ke laut, mereka diserap oleh organisme kecil di dasar rantai makanan, seperti plankton dan alga. Karena bahan kimia ini tidak terurai, mereka menumpuk di dalam mereka, dan ketika ikan kecil memakannya, zat beracun tersebut berpindah ke rantai makanan. Ikan predator besar, jenis yang ada di piring makan kita, memakan makhluk laut yang lebih kecil ini, dan akibatnya, konsentrasi kimiawi menumpuk di jaringan dan organ mereka.

Dalam makalah mereka, para peneliti memetakan bagaimana bahan kimia ini berpindah begitu mereka berada di dalam ikan. Mereka membuat model komputer yang mencakup 212 spesies berbeda untuk melacak bagaimana racun terakumulasi dalam rantai makanan dan kemudian memvalidasinya dengan uji laboratorium pada ikan dari berbagai negara. Tim tersebut lalu menggabungkan data ini dengan catatan perdagangan global untuk melihat bagaimana ikan dan PFAS berpindah dari satu negara ke negara lain.

Impor risiko polutan plastik 

Ilustrasi industri perikanan. Dok. Science Media Centre

Salah satu temuan paling signifikan adalah perdagangan ikan internasional bertindak seperti ban berjalan global, mendistribusikan kembali PFAS dari wilayah yang terkontaminasi ke konsumen yang jauhnya ribuan mil.

Sebelum penelitian ini, secara umum diasumsikan bahwa bahan kimia selamanya merupakan masalah lokal. Jika sungai dan laut di negara Anda bersih, ikan pun juga bersih. Namun, negara yang mempunyai air bersih masih bisa terkena PFAS tingkat tinggi melalui makanan laut yang diimpornya dari belahan dunia lain. Misalnya, para peneliti menemukan bahwa orang Italia hanya membeli 11% ikan mereka dari Swedia, namun hal ini menyumbang lebih dari 35% paparan PFAS mereka.

Para peneliti mengatakan diperlukan strategi global terpadu untuk melindungi kesehatan masyarakat mengingat masalah ini tidak kenal batas negara. 

“Studi kami menyoroti pentingnya memperkuat kerja sama dan kebijakan global untuk memfasilitasi minimalisasi paparan PFAS pada manusia dari konsumsi ikan laut, khususnya melalui pengembangan pedoman yang relevan untuk perdagangan ikan internasional dan memperketat kontrol PFAS rantai panjang,” tulis para peneliti dalam makalah tersebut.

Ada bukti bahwa pendekatan ini berhasil. Upaya global untuk menghapuskan PFOS (asam perfluorooctanesulfonic) telah membantu mengurangi risiko kesehatan dari bahan kimia selamanya pada pada ikan laut sebesar 72% sejak 2009.