Ilmuan: Sampah Plastik Setiap Hari Keluarkan Gas Rumah Kaca

Penulis : Redaksi Betahita

Konservasi

Jumat, 03 Agustus 2018

Editor : Redaksi Betahita

Betahita- Plastik yang digunakan setiap hari berupa botol dan kemasan mengeluarkan gas rumah kaca ketika terpapar sinar matahari, demikian kutipan dalam penelitian baru-baru ini seperti dilansir antaranews, Sehingga memicu keprihatinan global mengenai dampak pada pertumbuhan samudra di dunia.

Polusi plastik telah menjadi perhatian para pecinta lingkungan hidup sementara besarnya maslah telah jelas. Pada tahun ini, polusi sangat tinggi dan berasal dari limbah plastik di Samudera Pasiik berukuran jauh lebih besar dari perkiraan.

Ilmuan telah mendapati bahwa plastik yang biasa digunakan untuk menghasilkan metana serta etilena yang berpotensi menjadi gas rumah kaca, demikian laporan Reuters yang dilansir antaranews di Jakarta.

Penelitian tersebut, disiarkan di jurnal Plos One, mengatakan plastik tampaknya menjadi unsur tidak penting bagi anggaran (Metana) global karena sedikitnya jumlah yang dihasilkan.

Jonathan Nichlos, seorang asisten profesor Ilmu Bumi di Columbia University di New York mengatakan hal tersebut sangat penting.

Buangan metana terutama akibat pembakaran bahan bakar fosil, adalah pengendali utama pemanasan global, dan menempatkan di persimpangan perang global melawan perubahan iklim.

Jennifer Provencher, seorang peneliti polusi plastik di Acadia University di Kanada, mengatakan hasil itu menunjukan bahwa pembuangan plastik ke lingkungan tidak bagus.

Lebih dari sembilan milia ton plastik telah dihasilkan sejak 1950 dan kebanyakan dibuat di tempat pembuangan sapah atau lingkungan hidup, demikian hasil penelitian sebelumnya.

Para ilmuan telah berulang kali mengaitkan beberapa bahan kimia plastik, seperti bisphenol A (BPA), beresiko terhadap kesehatan.

Apa yang dinamakan tumpukan sampah plastik yang mengambang di Samudera Pasifik berisi 16 kali lebih banyak daripada sampah yang sebelumnya diduga, sehingga menimbulkan ancaman besar terhadap rantai makanan, demikian temuan para ilmuan pada maret.