AMAN: Lima Isu Masyarakat Adat Dalam Pertemuan Iklim Global

Penulis : Redaksi Betahita

Lingkungan

Senin, 27 Agustus 2018

Editor : Redaksi Betahita

Betahita.id – Dalam pertemuan aksi iklim global (Global Climate Action Summit/GCAS) di San Fransisco, Amerika Serikat, 12- 14 mendatang. Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) akan bergabung dengan kelompok-kelompok masyarakat adat dari negara kawasan lain untuk menyampaikan isu dalam masyarakat adat.

Mina Susana Setra selaku Deputi Bidang Kelembagaan, Komunikasi dan Penggalangan Sumber Daya PB Aman mengatakan AMAN akan bergabung dengan kelompok masyarakat adat, global seperti Coordinator of Indigenous Organization of the Amazon (COICA) dan the Brazilian Indigenous Organization AIPB.

Menurutnya ada lima isu yang akan disuarakan AMAN dalam pertemuan dengan pemangku kepentingan global yang dihadiri GCAS, termasuk di antaranya hak atas tanah dan wilayah adat, hak masyarakat adat untuk diutamakan mendapat informasi dan berkeputusan dalam negara; dan penghentian kriminalisasi dan pembunuhan masyarakat adat.

“Isu ini masih banyak dihadapi masyarakat adat di dunia, termasuk di Indonesia, di Amerika Serikat maupun di Amerika Latin. Dan jumlahnya tinggi sekali,” kata Mina melalui keterangan resminya di Jakarta, Senin (27/8).

Kartinus bersama tokoh adat Desa Kinipan, membacakan syair ratapannya dalam Aksi Meratap Massal dan Tanam Pohon di lokasi lahan yang sudah dibabat dan dibersihkan untuk perkebunan sawit PT SML, Sabtu (19/1/2019)./ Foto: Raden Ariyo Wicaksono Betahita.id

Data menyebutkan bahwa 45 persen korban dalam 250 kasus pembunuhan merupakan masyarakat adat, dan dalam dua tahun terakhir jumlahnya bertambah, terutama di Amerika Latin dan Afrika, di mana kasus yang dihadapi kebanyakan konflik dengan korporasi yang mendapat dukungan pemerintah setempat. Isu lain yang akan disampaikan berkenaan dengan akses langsung pendanaan, mengingat selama ini komitmen dunia pada masyarakat adat besar tetapi selalu tidak pernah sampai.

Selain itu mereka akan menyuarakan pentingnya pengakuan terhadap pengetahuan tradisional masyarakat adat. Mina menjelaskan bahwa pada 2018, UNFCCC mengeluarkan platform pengetahuan masyarakat adat terkait teknologi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. “Ini platform untuk transfer teknologi masyarakat adat,” ujar Mina.

Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia, dia menjelaskan, sudah menyebutkan secara spesifik mengenai hal itu, bahkan ada pengakuan tidak langsung soal Indigenous People di Indonesia.

GCAS di San Francisco antara lain akan dihadiri oleh Sekretaris Eksekutif UNFCCC Patricia Espinosa, Perwakilan Khusus untuk Urusan Perubahan Iklim dari Tiongkok Menteri Xie Zhenhua, Ketua Kelompok Mahindra Anand Mahindra, Utusan Sekretaris Jenderal PBB tentang Pemuda Jayathma Wickramanayak, Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Aksi Iklim Michael R. Bloomberg dan Gubernur California Edmund G. Brown Jr.

Mantan Wakil Presiden Amerika Serikat Al Gore, musisi Dave Matthews, CEO Unilever Paul Polman, aktor Alex Baldwin, hingga mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry juga dijadwalkan hadir.