BMKG: Titik Panas Terus Meningkat
Penulis : Redaksi Betahita
Karhutla
Jumat, 14 September 2018
Editor : Redaksi Betahita
Betahita.id – Seminggu setelah penutupan Asian Games 2018, seolah angin lalu untuk komitmen Indonesia bebas asap. Menurut data Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada Kamis titik panas akibat kebakaran lahan di Pulau Sumatera meningkat.
Data hasil pencitraan satelit Terra dan Aqua yang terakhir diperbarui pukul 06.00 WIB, data menjelaskan Sumatera Selatan masih menjadi penyumbang terbanyak dengan 77 titik panas disusul Lampung 33 titik api. Kemudian, data BMKG terlihat Bangka Belitung 14 titik api, Bengkulu 13 titik api, Riau 9 titik api, Sumatera Barat 4 titik api, Jambi tiga titik api dan Kepulauan Riau.
Namun titik panas terbesar di Riau tersebar di Kabupaten Indragiri Hulu dengan empat titik api dan Rokan Hilir dua titik api, serta Bengkalis, Pelalawan, dan Kepulauan Meranti masing masing satu titik api. Menurut pantauan BMKG, Riau berada pada peralihan musim kemarau dengan musim penghujan sejak Agustus yang belum merata keseluruh daerah.
Muhammad Teguh Surya, Direktur Eksekutif Yayasan Madani Berkelanjutan mengatakan sudah seharusnya perketat pengawasan kebakaran hutan dan lahan gambut (karhutla) karena banyak terjadi di wilayah prioritas restorasi gambut.
Teguh mencatat, untuk periode 1-31 Agustus 2018, terdapat 280 titik panas terpantau di area prioritas dan moratorium gambut di Riau. Sedangkan yang terpantau di area prioritas restorasi, namun bukan moratorium ada 59 titik panas. Karhutla banyak terjadi di wilayah prioritas restotasi gambut.
"Jika memang prioritas dan masuk di fungsi lindung harusnya pengawasan diperkuat," kata Teguh.
Namun, berdasarkan pantauan di lapangan, menurut dia, tidak terlihat adanya pengawasan di wilayah gambut prioritas restorasi dengan fungsi lindung.
Banyaknya titik panas yang muncul di area yang kebetulan berada di wilayah prioritas restorasi gambut, menurut dia, mudah sekali terpantau dengan adanya teknologi penginderaan jauh atau satelit. Titik-titik panas bahkan banyak terlihat di wilayah prioritas restorasi sekaligus moratorium gambut.
Komandan Satgas Karhutla Riau, Komandan Resort Militer 031/WB Bridjen TNI Sonny Aprianto, telah memerintahkan jajarannya menembak pembakar hutan dan lahan. Dansatgas semestinya 'menembak' lemahnya penegakan hukum terhadap korporasi dan cukong, serta lemahnya pengawasan pemerintah pusat dan daerah terhadap kawasan hutan dan non kawasan hutan.
"Berani gak Dansatgas mengkritik langsung kinerja Polda Riau, Pemprov Riau, KLHK, BRG, Bupati se Riau, korporasi HTI dan Sawit? Jangan cuma beraninya dengan masyarakat kecil," kata Made Ali, Koordinator Jikalahari.
Justru menurut Made, APP dan APRIL Group anak perusahaan dan korporasi yang berafiliasi dengan kedua grup besar ini menjadi penyebab karhutla di Riau diberi kehormatan menjadi sponsor dan ikut serta dalam kirab obor Asian Games XVIII di Pekanbaru.
Di laman resmi Asian Games 2018 dicantumkan Tanoto Foundation menjadi sponsor resmi, APP Group sebagai partner resmi dan Sinar Mas sebagai lisensi resmi dari perhelatan akbar olahraga se-Asia tersebut.
Menurut Made, korporasi tidak jera melakukan pembakaran hutan dan lahan karena lemahnya penegakan hukum terhadap korporasi, bahkan ketika sudah masuk proses peradilan, hukuman yang diberikan juga tidak maksimal, sehingga efek jera dan memiskinkan korporasi tidak benar-benar berdampak.