Inovasi BPPT: Suburkan Lahan Gambut dengan Mikroba, Tak Perlu Membakar
Penulis : Redaksi Betahita
Gambut
Minggu, 04 November 2018
Editor : Redaksi Betahita
Betahita.id – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi membuat inovasi penyubur lahan gambut dari mikroba sehingga tidak perlu lagi membakar lahan.
Direktur Pusat Teknologi Bio Industri BPPT Asep Riswoko dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat, 2 November 2018, mengatakan mikroba berupa fungsi yang dikembangkan dengan limbah nanas menjadi biopeat pine punya kemampuan mengurangi keasaman tanah.
Baca juga: Kolaborasi Lindungi Gambut, Pemerintah Indonesia Resmikan Sekretariat Internasional
Hasil rekayasa bioteknologi ini juga membantu mikroba bertahan hidup dan bisa memenuhi kebutuhan keasaman tanah untuk pertanian dan perkebunan sehingga mikroba memiliki kemampuan mengolah lahan gambut secara alami tanpa perlu pembakaran lahan gambut.
Dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 2015 tentang Perkebunan, disebutkan setiap pelaku usaha perkebunan dilarang membuka, dan atau mengolah lahan dengan cara membakar. Ini menjadi salah satu alasan dikembangkannya biopeat tersebut, sehingga jadi solusi untuk kebijakan Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB).
Sebelumnya, Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi Eniya Listiani Dewi mengatakan inovasi biopeat pine ini diharapkan mampu memberi kesuburan lahan gambut dengan menambah tingkat keasaman atau kadar pH, menggantikan budaya membakar yang menghasilkan abu.
“Stop bakar lahan, biopeat pine ini mampu memberi kesuburan lahan gambut dengan menambah tingkat keasaman atau kadar pH, menggantikan budaya membakar untuk menghasilkan abu,” kata Eniya.
Menurut Eniya, luas lahan gambut seperti di Riau yang mencapai 4,3 juta hektare, tentu perlu diberikan solusi pupuk hayati agar mengubah budaya petani yang membakar lahan sebelum menanami lahan.
Dari data setempat, total penyebaran gambut di Provinsi Riau mencapai luasan 4.360.740 ha dan Indragiri Hilir merupakan Kabupaten dengan luasan gambut terbesar, yaitu sekitar 998.610 ha. Tentunya, menurut dia, areal gambut yang sangat luas ini perlu dikelola dan diolah dengan cara yang baik dan benar agar dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
BPPT melakukan kemitraan dengan PT. Riau Sakti United Plantations (RSUP) untuk kaji terap Teknologi BioPeat dan membangun Laboratorium dan Pusat Informasi Teknologi BioPeat (LPITB).
Menurut dia, ini merupakan langkah nyata peran BPPT dalam memberikan solusi dan akses kepada industri untuk memanfaatkan sumber daya dan hasil rekayasa teknologi yang ada di BPPT.
“Teknologi BioPeat tersebut dapat menjadi solusi bagi pemanfaatan lahan gambut untuk pertanian tanpa pembakaran. Bersama mitra kerja kami sudah terapkan di perkebunan milik PT RSUP, biopeat pine sudah diterapkan di lahan percobaan RSUP seluas empat hektare. Kita sudah buktikan bisa panen buah naga, mangga dan sato imo di lahan gambut,” ujar Eniya.
Baca juga: Pakar Lingkungan: Pusat Lahan Gambut Tidak Menyelesaikan Masalah
Dengan teknologi BioPeat, ke depan BPPT bersama dengan PT. RSUP, Badan Restorasi Gambut (BRG), Pemprov Riau, Pemkab Indragiri Hilir dan Universitas Riau akan bekerja sama dan bersinergi untuk mewujudkan “Desa Peduli Gambut Sejahtera”.
Untuk mendukung program tersebut, PT. RSUP sedang membangun unit produksi biopeat pine. Unit ini diharapkan mampu mengolah limbah nanas menjadi produk penyubur tanah gambut sebesar kapasitas sekitar 15 ton per hari.