Hari Cinta Satwa: 7 Spesies Ini Makin Langka di Indonesia

Penulis : Redaksi Betahita

Konservasi

Senin, 05 November 2018

Editor : Redaksi Betahita

Betahita.id – Bentang wilayah negara kepulauan menjadi berkah bagi Indonesia. Salah satunya adalah keanekaragaman hayati yang melimpah, baik puspa maupun satwa. Sayangnya, kekayaan itu terancam dengan kian menyusutnya beberapa satwa yang justru menjadi ikon Indonesia. Tujuh satwa berikut masuk dalam kategori langka dan terancam punah.

Betahita.id pada Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional, yang jatuh pada hari ini, Senin, 5 November 2018, menurunkan berita tentang ketujuh satwa yang terancam punah itu.

Badak Jawa

Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) . Dok.menlhk.go.id

Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) termasuk salah satu mamalia besar paling langka di dunia. Saat ini, badak bercula satu ini cuma bisa ditemui di habitat aslinya di Taman Nasional Ujung Kulon, Provinsi Banten. Padahal dulunya badak jawa tersebar luas di Pulau Sumatera dan seluruh dataran Jawa. Kini jumlahnya tak seberapa, yakni 68 ekor saja. Maraknya perburuan liar dan degradasi habitat menjadi penyebab utama.

International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) memasukkan badak jawa sebagai spesies dengan status sangat kritis atau terancam punah. Artinya, tinggal satu tahap lagi sampai spesies tersebut dinyatakan punah.

Badak Sumatera

Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis). Dok. Menlhk.go.id

Spesies dengan nama Latin Dicerorhinus sumatrensis ini merupakan satu-satunya badak Asia yang memiliki dua cula. Dibandingkan sub-spesies badak lainnya, badak ini memiliki ukuran lebih kecil. Sesuai namanya, badak ini ada di Pulau Sumatera, dan juga ditemukan di Sabah dan Semenanjung Malaysia dalam jumlah sedikit. Saat ini populasinya di alam liar diperkirakan 300 ekor.

Sama seperti badak jawa, badak ini juga berstatus kritis. Penurunan populasinya disebabkan oleh perburuan liar untuk cula, yang dipercaya sebagai bahan obat tradisional. Tingginya deforestasi juga ikut menyebabkan penurunan jumlah badak.

Harimau Sumatera

Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae). Dok.menlhk.go.id

Tahun ini, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Dirjen KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyatakan jumlah harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) diperkirakan 400 ekor saja. Harimau sumatera, satu dari enam sub-spesies harimau yang masih bertahan hidup, dapat ditemui di Taman Nasional Ulu Mansen serta tersebar mulai dari Swaka Margasatwa Kerumutan, Rimbang Baling, Bukit Tiga Puluh, hingga ke Lampung.

Maraknya perdagangan ilegal dan perubahan fungsi lahan hutan di dataran Sumatera menjadikan satwa ini berstatus kritis (critically endangered).

Orangutan Kalimantan

Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus). Dok.menlhk.go.id

Ada tiga sub-spesies orangutan yang tinggal di Pulau Kalimantan. Ketiganya yaitu Pongo pygmaeus di barat Kalimantan, Pongo pygmaeus wurmbii di bagian tengah Borneo, serta Pongo pygmaeus morio di timur laut Borneo. Per 2004 ilmuwan memperkirakan terdapat 54 ribu orangutan dari total tiga sub-spesies. Pongo pygmaeus, yang berhabitat di Provinsi Kalimantan Barat dan sedikit di Sarawak, merupakan sub-spesies paling sedikit dan paling terancam. Estimasinya 3 ribu-4.500 ekor atau kurang dari 8 persen dari total orangutan Kalimantan.

Orangutan Sumatera

Orangutan Sumatera. (Foto Taman Nasional Gunung Leuser)

Dibandingkan dengan orangutan di Borneo, Orangutan Sumatera (Pongo abelii) paling terancam keberadaannya. Menurut IUCN, populasi Orangutan Sumatera menurun sebanyak 80 persen selama 75 tahun terakhir. Saat ini populasinya 14.600 ekor. Satwa ini masuk dalam daftar IUCN dengan status kritis akibat dari penebangan hutan dan perburuan liar.

Gajah Sumatera

Menurut World Wildlife Fund Indonesia, saat ini populasi Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) terus menyusut. Pada 2007, gajah sumatera diperkirakan berjumlah antara 2400-2800 ekor. Namun, degradasi habitat akibat penebangan hutan, pembunuhan dan perburuan liar serta konversi hutan alam menyumbang drastisnya penurunan populasi gajah sumatera. Gajah sumatera berstatus kritis.

Gajah Kalimantan

Gajah Kalimantan (Elephas maximus borneensis) ini juga disebut gajah kerdil Borneo karena ukuran tubuhnya yang kecil. Nasibnya tidak jauh dari gajah sumatera, yakni sama-sama berstatus kritis atau terancam punah. Laporan WWF Indonesia pada 2012 menyatakan populasi gajah kerdil di alam liar saat ini sekitar 20-180 ekor saja.