Greenpeace Tuding Sawit untuk Biskuit Ini Rusak Habitat Orangutan

Penulis : Redaksi Betahita

Konservasi

Kamis, 15 November 2018

Editor : Redaksi Betahita

Betahita.id – Investigasi Greenpeace International menemukan bahwa antara 2015 dan 2017, sebanyak 22 pemasok minyak sawit bagi Mondelez telah merusak 25 ribu hektar habitat orangutan di Indonesia. Mondelez adalah salah satu pembeli minyak sawit terbesar di dunia, yang digunakan di banyak produknya  termasuk cokelat batangan Cadbury, biskuit Oreo dan Ritz.

Baca juga: Orangutan di Aceh Ini Buta Akibat Luka Tembak

“Penyelidikan kami menemukan bahwa pemasok Mondelez masih merusak hutan dan menghancurkan habitat orangutan, mendorong makhluk-makhluk cantik dan cerdas ini ke jurang kepunahan. Mereka terancam karena biskuit,” kata Kiki Taufik, Kepala Kampanye Hutan Global Greenpeace Indonesia dalam situs resminya di Jakarta, Kamis, 15 November 2018.

Padahal, kata Kiki Taufik, sepuluh tahun lalu Mondelez berjanji membersihkan pasokan minyak kelapa sawitnya dari perusakan hutan. Menurut Greenpeace, pemasok sawit Mondelez menggunduli lebih dari 70 ribu hektar hutan di Kalimantan.  bahkan lebih luas dari kota Chicago di Amerika Serikat, kantor pusat Mondelez berada.

Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus). Dok.menlhk.go.id

Greenpeace International juga menyebutkan, pemasok minyak sawit Mondelez mempekerjakan anak-anak, di bawah umur, penebangan ilegal, hingga masalah kebakaran hutan dan perampasan tanah. Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa deforestasi akibat pengembangan kelapa sawit merupakan ancaman serius bagi orangutan dan spesies terancam punah lainnya.

Tahun lalu, sebuah studi meta komprehensif menyimpulkan bahwa jumlah orangutan Borneo telah berkurang separuh selama 16 tahun terakhir. Studi terbaru juga menunjukkan bahwa orangutan Sumatera dan orangutan Tapanuli yang baru ditemukan telah kehilangan lebih dari separuh habitat mereka antara 1985 dan 2007.

Ketiga spesies ini diklasifikasikan sebagai Terancam Parah, bersama dengan Harimau Sumatera dan Badak Sumatera.

“CEO Mondelez, Dirk Van de Put, berjanji untuk menawarkan konsumen  cemilan yang baik. Tapi tidak ada yang benar jika minyak sawit yang digunakan berasal dari perusakan hutan yang mengancam orangutan dan memicu perubahan iklim, “kata Kiki.

Deforestasi di kawasan tropis telah menghasilkan lebih banyak emisi gas rumah kaca setiap tahun daripada seluruh Uni Eropa; mengungguli setiap negara kecuali Amerika Serikat dan Cina. Pada Oktober 2018, Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) menyerukan penghentian segera deforestasi untuk membatasi suhu global yang meningkat  1,5 °C.

Pekan lalu, Sekretaris Eksekutif PBB dari Sekretariat Konvensi Keanekaragaman Hayati, Cristiana PaÈ™ca Palmer, memperingatkan bahwa hilangnya keanekaragaman hayati adalah  pembunuh diam-diam dan sebagai ancaman serius seperti perubahan iklim.

Mondelez International belum menanggapi temuan Greenpeace ini, namun pada siaran persnya, 12 November 2018, disebutkan perusahaan telah memperkuat seruannya bagi pemasok minyak sawit untuk menjamin industrinya 100% berkelanjutan dan 100% transparan.

“Selama bertahun-tahun, MondelÄ“z International terus meningkatkan standar untuk dirinya dan pemasoknya dan ada kemajuan substansial pada pemasok,” tulis perusahaan ini. Namun diakui, masih banyak yang harus dilakukan   dalam rantai pasokan minyak sawit untuk mencegah deforestasi.

Greenpeace menegaskan, Mondelez harus membuktikan minyak sawit yang digunakannya berasal dari penanam yang tidak menghancurkan hutan, habitat orangutan atau mengeksploitasi orang .