Ekspedisi Nusa Manggala LIPI di Pulau Terdepan Indonesia

Penulis : Redaksi Betahita

Konservasi

Minggu, 25 November 2018

Editor : Redaksi Betahita

Betahita.id – Untuk memberikan rekomendasi dalam pengelolaan pulau-pulau terdepan wilayah Indonesia, Pusat Penelitian Oseanografi LIPI melakukan Ekspedisi Nusa Manggala yang berlangsung sejak 16 Oktober 2018 sampai 23 Desember 2018 di delapan pulau terluar di provinsi Papua, Papua Barat dan Maluku Utara yang berada di kawasan Samudera Pasifik yakni pulau Yiew, Budd, Fani, Miossu, Fanildo, Bras, Bepondi, dan Liki.

Baca juga: Kebun Sawit Serobot Hutan Adat Papua, Indofood Klaim Tidak Tahu PT BAPP

Dirhamsyah, Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI mengatakan Ekspedisi Nusa Manggala ini penting bagi Indonesia karena akan memberikan rekomendasi kepada Pemerintah untuk kebijakan pengelolaan pulau-pulau terluar yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta karakteristik sumber daya alam.

Menurut Dirhamsyah, selama ini informasi mengenai potensi pulau-pulau terluar masih belum cukup lengkap. “Kita tidak ingin kejadian hilangnya dua pulau terluar Sipadan dan Ligitan terulang kembali karena kurangnya informasi pengelolaan pulau terluar. Beberapa penduduk di kawasan pulau terluar bahkan masih menggangap presiden Indonesia sekarang adalah Susilo Bambang Yudhoyono,” ujarnya dalam siaran persnya di Jakarta, Jum’at (23/18).

Ilustrasi-Pusat Penelitian Oseanografi melakukan Ekspedisi Nusa Manggala yang berlangsung sejak 16 Oktober lalu sampai 23 Desember mendatang di delapan pulau terluar di provinsi Papua, Papua Barat dan Maluku Utara yang berada di kawasan Samudera Pasifik yakni pulau Yiew, Budd, Fani, Miossu, Fanildo, Bras, Bepondi, dan Liki. foto/LIPI-Pusat Penelitian Oseanografi

Dirhamsyah mengungkapkan, perlu ada informasi yang berbasis hasil penelitian yang lengkap dari berbagai aspek mulai pertahanan dan keamanan wilayah, keanekaragaman hayati, geografi kawasan, sampai sosial dan ekonomi masyarakat.

betahita.id

Pusat Penelitian Oseanografi foto:LIPI-Pusat Penelitian Oseanografi

Ekspedisi didukung Bank Dunia ini dibagi menjadi tiga leg dengan durasi setiap leg selama 20 hari pelayaran. Tim ekspedisi yang terdiri dari peneliti LIPI, Badan Informasi dan Geospasial, personel TNI Angkatan Laut, jurnalis Media Indonesia, serta dosen dan mahasiswa dari enam perguruan tinggi se-Indonesia melakukan kegiatan penelitian di kapal riset Baruna Jaya VIII milik LIPI. Leg pertama telah selesai dilakukan pada Rabu (14/11/2018) lalu setelah menyelesaikan etape Pelabuhan Bitung di Sulawesi Utara hingga bersandar di Pelabuhan Biak.

Temuan leg pertama. Koordinator Penelitian leg I, Hadiyanto mengungkapkan untuk leg pertama tim peneliti telah melakukan observasi di pulau Yiew, Budd, Fani, Bras, dan Fanildo. Beberapa pulau seperti Yiew dan Budd adalah pulau tak bepenghuni. “Untuk pulau tak berpenghuni, kami melakukan pemetaan keanekaragaman hayatinya, status pencemaran, dan topografi pulau. Sementara untuk yang berpenghuni kami mempelajari kehidupan penduduknya, juga latar sosial budayanya,” ungkap Hadiyanto.

Di Bras dan Fanildo tim peneliti menemukan atol dengan lingkaran cincin terumbu karang yang utuh. Atol ini menjadi pelindung alami dari gelombang laut untuk terumbu karang tumbuh. “Di atol ini ditemukan beberapa spesies terumbu karang dari jenis Lobophylia dan Tubipora yang banyak terdapat di kawasan Oceania,” ujar Hadiyanto. Menurut peneliti bidang biologi laut Pusat Penelitian Oseanografi LIPI ini, terumbu karang jenis ini punya nilai ekonomi tinggi di pasar dunia.

Sedangkan di pulau Fani, tim peneliti sosial mencatat perlunya perbaikan fasiltas patroli penjaga perbatasan seperti perahu karet yang bocor, solar cell yang tidak berfungsi, serta perlengkapan navigasi yang perlu diperbaiki.

“Pulau ini merupakan pulau terluar yang berbatasan dengan wilayah negara Palau. Infrastruktur sudah cukup memadai namun untuk logistik tergantung operasional kapal Sabuk Nusantara yang mengangkut bahan-bahan kebutuhan pokok tiap dua minggu sekali dari Biak,” katanya.
Menurut Hadianto, dalam satu setengah bulan terakhir kapal milik Pelni ini terkendala operasi karena gelombang tinggi di wilayah perairan Papua.

betahita.id

Pusat Penelitian Oseanografi. foto: LIPI-Pusat Penelitian Oseanografi

Ekspedisi Nusa Menggala dilanjutkan di leg kedua pada Sabtu (17/11). Dari Pelabuan Biak, kapal Baruna Jaya VIII akan berlayar di pulau-pulau terluar di kawasan Papua yakni Bepondi, Liki dan Miosu. Titik akhir dari leg kedua ini adalah Pelabuhan Sorong. Untuk memberikan rekomendasi dalam pengelolaan pulau-pulau terdepan wilayah Indonesia.