Paus Sperma Telan Sampah Plastik, WWF: Alam Butuh Solusi dari Hulu

Penulis : Redaksi Betahita

Konservasi

Kamis, 29 November 2018

Editor : Redaksi Betahita

Betahita.id – Temuan paus sperma yang menelan hampir enam kilogram sampah plastik menyakitkan kalangan yang peduli pada konservasi dan lingkungan. Direktur Kampanye Global WWF International, Zach Abraham, mengatakan temuan bangkai paus yang perutnya berisi samah plastik menjadi peringatan tentang kerusakan kehidupan laut.

Baca juga: Paus Sperma Tewas di Wakatobi, Ada 5,9 Kg Sampah Plastik di Perutnya

WWF merupakan satu di antara organisasi non-pemerintah global yang datang di Konferensi Keanekaragaman Hayati atau United Nations Biodiversity Conference di Sharm El Sheikh, Mesir. Konferensi itu digelar pada 13-29 November 2018.

Konferensi itu menaruh perhatian tentang kerusakan laut dan keanekaragaman hayati dalam satu sesi khusus. Hari khusus itu dinamakan Sustainable Ocean Day: Ocean Voices di Hotel Hyatt Regency.

Paus sperma berukuran 9,5 meter ditemukan terdampar di perairan Desa Kapota Kecamatan Wangiwangi Kabupaten Wakatobi. Paus yang terdampar ini ditemukan sudah mati dan membusuk juga ditemukan sampah plastik seberat 5,9 kilogram dari dalam perut paus. Rosniawanti Fikri/WWF

“Pemerintah dan pebisnis harus berbuat lebih banyak untuk mencegah polusi plastik memasuki sungai dan lautan,” kata Zach dihubungi melalui surat elektronik di Sharm El Sheikh, Ahad malam, 25 November 2018.

Polusi plastik, kata dia, menjadi masalah lintas batas dan krisis global yang membutuhkan solusi global dari pemerintah dan bisnis. Pemerintah dan pebisnis bertanggung jawab untuk memperbaiki sistem yang rusak, yang memungkinkan kebocoran plastik ke lingkungan. Pemerintah atau industri tidak dapat memecahkan masalah ini sendiri karena plastik dan polusi bertambah terus menerus. Perlu tindakan nyata dan mendesak untuk mengatasi masalah ini.

Sebagian besar pencemaran laut berasal dari daratan termasuk sungai. “Kami membutuhkan solusi hulu, bukan hanya di hilir. Pembersihan pantai tidak cukup menyelesaikan masalah ini,” kata dia.

Solusi yang diperlukan untuk menyelesaikannya adalah tata kelola global untuk melawan krisis global ini, seperti untuk perubahan iklim. Bisnis harus bertanggung jawab atas siklus produk mereka dan harus memainkan peran mereka dalam membantu pemerintah menangani masalah ini. “Kami mendesak perusahaan dan pemerintah untuk bekerja sama mengatasi masalah ini segera untuk mencegah kebocoran plastik lebih lanjut ke lautan,” kata spesialis spesies laut WWF-Indonesia, Dwi Suprapti.

Hasil identifikasi tim dari Balai Taman Nasional Wakatobi menunjukkan di dalam perut bangkai paus tersebut ditemukan banyak sampah plastik, kayu, dan karet. Staf WWF menemukan bangkai paus di Pulau Kapota, Senin, 19 November 2018.

TEMPO.CO | TERAS.ID