Tahun 2050, Sampah Plastik Lebih Banyak dari Ikan di Laut Indonesia

Penulis : Redaksi Betahita

Konservasi

Selasa, 04 Desember 2018

Editor : Redaksi Betahita

Betahita.id – Penggunaan plastik dalam berbagai kegiatan manusia menyebabkan jumlah sampah plastik semakin meningkat, bahkan di laut Indonesia. Hal ini disampaikan Reza Cordova, peneliti Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) saat dihubungi Senin, 3 Desember 2018, di Jakarta.

Polusi plastik awalnya dilihat sebagai masalah estetika, tetapi banyak penelitian selama beberapa dekade terakhir menunjukkan biota laut terkena dampak negatif dengan adanya plastik terutama karena salah makan dan tersangkut atau terjerat.

Baca: Paus Sperma Tewas di Wakatobi, Ada 5,9 Kg Sampah Plastik di Perutnya

Reza menjelaskan pada 2050 diprediksi jumlah sampah plastik akan melebihi jumlah ikan, dan jumlah mikroplastik melebihi plankton laut sehingga dapat mengancam kehidupan laut dan juga manusia. “Indonesia dianggap sebagai salah satu penghasil sampah plastik di laut terbesar kedua di dunia,” katanya.

Paus sperma berukuran 9,5 meter ditemukan terdampar di perairan Desa Kapota Kecamatan Wangiwangi Kabupaten Wakatobi. Paus yang terdampar ini ditemukan sudah mati dan membusuk juga ditemukan sampah plastik seberat 5,9 kilogram dari dalam perut paus. Rosniawanti Fikri/WWF

Informasi polusi sampah dan dampaknya terhadap organisme laut secara resmi di Indonesia masih terbatas. Di sisi lain penelitian tentang sampah plastik di ekosistem perairan laut masih sedikit dilakukan di Indonesia. Pemecahan masalah sampah plastik di laut perlu dilakukan untuk mendukung Sustainable Development Goal 2030.

Pada World Ocean Summit tahun 2017, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman menyatakan, Pemerintah Indonesia hingga 2025 akan mengalokasikan dana sebesar Rp13 triliun per tahun untuk menurunkan 70% sampah laut. Hal tersebut menunjukkan pentingnya kajian penelitian terkait sampah laut. Sampah plastik secara umum terbagi menjadi ukuran besar dan ukuran mikroskopis.

Jenis sampah yang ditemukan di seluruh area monitoring pantai adalah kategori plastik dan karet, logam, kaca, kayu (olahan), kain,  serta bahan berbahaya. Sampah dominan berasal dari plastik 36 hingga 38 persen di seluruh area kajian. Berdasarkan perhitungan kasar dengan asumsi sederhana diperkirakan 100.000 - 400.000 ton sampah plastik pertahun dari masyarakat Indonesia masuk ke laut Indonesia.

Senin, 19 November 2018, pukul 08.00 WITA lalu, Staf World Wildlife Fund (WWF) menemukan bangkai paus sperma di Pulau K apota, Penemuan tersebut kemudian dilaporkan ke Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wakatobi Wilayah I Wangi-Wangir.

Hasil identifikasi tim menemukan berbagai sampah di dalam perut paus tersebut. Di antaranya, yaitu 115 buah gelar plastik seberat 750 gram, plastik 140 gram (19 buah), botol plastik seberat 150 gram (4 buah), dan kantong plastik seberat 260 gram (25 buah).

Selain itu juga ada sampah kayu seberat 740 gram (6 potong), sandal jepit dua buah dengan berat 270 gram, karung nilon seberat 200 gram (1 potong), dan tali rafia seberat 3,2 kilogram (lebih dari 1.000 potong). “Total sampah mencapai 5,9 kilogram,” ujar Kepala Balai Taman Nasional Wakatobi Heri Santoso dalam keterangannya, Senin, 19 November 2018.

Heri mengatakan, bangkai paus rencananya akan dikubur di sekitar Pantai Kolowawa, DesaKapota Utara. Menurut dia, penguburan akan dilakukan saat air pasang untuk memudahkan menarik bangkai ke darat. Dengan demikian  penggunaan plastik dalam berbagai kegiatan manusia menyebabkan produksi plastik semakin meningkat, khususnya perairan laut Indonesia.