Peneliti: Mikroplastik Ancam Pertumbuhan Ikan Laut

Penulis : Redaksi Betahita

Konservasi

Selasa, 04 Desember 2018

Editor : Redaksi Betahita

Betahita.id –  Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) , Reza Cordova, mengatakan mikroplastik ditemukan pada seluruh lokasi kajian baik pada permukaan air, sedimen maupun pada tubuh ikan.

Mikroplastik terbanyak ditemukan di permukaan air Sulawesi Selatan dan Teluk Jakarta (7.5-10 partikel per m3). Pada sedimen ditemukan >100 partikel per kg di Aceh, Sulawesi Selatan dan Biak. Hal ini disampaikan saat dihubungi Senin, 3 Desember 2018, di Jakarta.

Baca: Menteri KLHK: Kematian Paus Sperma di Wakatobi Diselidiki

Menurut Reza, Indonesia  menjadi penghasil sampah plastik di laut terbesar kedua di dunia. Pada World Ocean Summit 2017, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman menyatakan, Pemerintah Indonesia hingga 2025 akan mengalokasikan dana sebesar Rp 13 triliun per tahun untuk menurunkan 70 persen sampah laut. Hal tersebut menunjukkan pentingnya kajian penelitian terkait sampah laut. Sampah plastik secara umum terbagi menjadi ukuran besar dan ukuran mikroskopis.

Ilustrasi-Pusat Penelitian Oseanografi melakukan Ekspedisi Nusa Manggala yang berlangsung sejak 16 Oktober lalu sampai 23 Desember mendatang di delapan pulau terluar di provinsi Papua, Papua Barat dan Maluku Utara yang berada di kawasan Samudera Pasifik yakni pulau Yiew, Budd, Fani, Miossu, Fanildo, Bras, Bepondi, dan Liki. foto/LIPI-Pusat Penelitian Oseanografi

Kajian penelitian sampah laut dan mikroplastik di Indonesia saat ini menjadi salah satu isu penting. Tim peneliti LIPI mengkaji 18 pantai di Indonesia sebagai area monitoring setiap bulan untuk pemantauan sampah terdampar, 13 pesisir di Indonesia dijadikan area sampling mikroplastik di permukaan air, delapan lokasi untuk mikroplastik di sedimen dan satu genus ikan (Stolephorus sp) dari 10 lokasi se-Indonesia.

Mikroplastik ditemukan pada seluruh lokasi kajian baik pada permukaan air, sedimen maupun pada tubuh ikan. Mikroplastik terbanyak ditemukan di permukaan air Sulawesi Selatan dan Teluk Jakarta (7.5-10 partikel per m3). Pada sedimen ditemukan lebih dari 100 partikel per kg di Aceh, Sulawesi Selatan dan Biak. Mikroplastik ditemukan antara 58-89% pada Ikan teri (Stolephorus sp) 0.25-1.5 partikel per gram.

Walaupun relatif rendah, hal ini perlu diwaspadai mengingat dampak lain dari mikroplastik yang belum banyak diketahui. Oleh karena itu P2O LIPI tengah melakukan monitoring sebaran mikroplastik serta dampak pengaruhnya pada ekosistem laut serta dapat memberikan kontribusi dalam pengelolaan sampah laut.

Mengingat penggunaan plastik yang tinggi, P2O LIPI merencanakan kajian penelitian mikroplastik untuk jangka panjang yakni pengaruh mikroplastik pada biota laut, lingkungan serta pada kesehatan manusia.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan adanya korelasi positif antara kepadatan penduduk dengan sampah plastik serta mikroplastik pada lingkungan. Selain itu plastik dan mikroplastik yang ditemukan didominasi dari jenis plastik jenis sekali pakai.

Dalam menganggulangi permasalahan sampah laut, khususnya sampah plastik dan mikroplastik diperlukan peran seluruh pihak, dari pemerintah, pemerintah daerah, perguruan tinggi, pihak swasta dan industri serta LSM untuk mengurangi konsumsi plastik (khususnya plastik sekali pakai) dan menghindari penggunaan mikroplastik dalam bahan kosmetik; sehingga membantu kelestarian laut Indonesia dan dunia.