Program COREMAP Hasilkan Data Signifikan Terumbu Karang
Penulis : Redaksi Betahita
Konservasi
Selasa, 11 Desember 2018
Editor : Redaksi Betahita
Betahita.id – Pogram COREMAP CTI telah menghasilkan data dan informasi serta timbangan ilmiah yang signifikan dalam upaya restorasi dan pengelolaan ekosistem pesisir khususnya terumbu karang di Indonesia. Hal ini disampaikan Kepala Pusat Oseanografi LIPI, Dirhamsyah Senin (9/12) di Jakarta.
Baca Juga: Peneliti: Peningkatan Temperatur Air Laut Picu Pemutihan Terumbu Karang
"Capaian penting yang telah dihasilkan di antaranya indeks kesehatan ekosistem terumbu karang dan padang lamun, monitoring kesehatan ekosistem terumbu karang dan padang lamun, penyusunan basis data ekosistem pesisir nasional, pelatihan dan sertifikasi, riset prioritas berbasis kebutuhan serta penyelenggaraan ekspedisi pulau-pulau terluar," katanya.
Hasil kegiatan monitoring dan pengukuran terkini menunjukkan luas terumbu karang Indonesia mencapai 25.000 km2 atau sekitar 10 % total terumbu karang dunia yaitu seluas 284.300 km2.
"Sebagai pusat segitiga karang dunia, Indonesia memiliki keanekaragaman jenis karang paling tinggi yaitu 569 jenis dari 82 marga dan 15 suku atau sekitar 70 % lebih jenis karang dunia dan 5 jenis di antaranya merupakan jenis yang endemik," katanya.
Dirinya menjelaskan, Aktivitas manusia dan gejala alamiah sangat berpengaruh dalam kesehatan ekosistem terumbu karang ini. Selain itu juga tengah dilakukan Ekspedisi Nusa Manggala sampai 23 Desember untuk memetakan potensi sumber daya pesisir di pulau-pulau terdepan Indonesia di provinsi Papua, Papua Barat dan Maluku Utara yang berada di kawasan Samudera Pasifik yakni Pulau Yiew, Budd, Fani, Miossu, Fanildo, Bras, Bepondi, dan Liki.
"Ekspedisi ini mencakup empat tema yaitu ekologi, daya dukung lingkungan, geomorfologi, dan sosial-ekonomi," ujar Dirhamsyah.
Hasil ekspedisi menunjukkan pulau Yiew memiliki tutupan karang dengan kondisi sedang (26%) dengan 44 spesies ikan karang, 29 spesies moluska dan 12 spesies burung, 2 diantaranya adalah spesies endemik. Sedangkan Brass-Fanildo diketahui memiliki atol yang sangat luas dengan tutupan karang yang baik (65%) dan beragam karang hias. Atol tersebut menjadi tempat perlindungan bagi beragam biota laut dari kondisi ekstrim Samudera Pasifik untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
Himpunan data, informasi dan pengetahuan selama riset disimpan dalam Pusat Data Ekosistem Pesisir (PUSDEP) yang merangkum seluruh data, informasi dan hasil riset. "Lewat PUSDEP data dapat dengan mudah dan cepat diakses lewat aplikasi portal internet yang mudah digunakan," jelas Dirhamsyah. Data-data ini, lanjutnya, akan berguna untuk berbagai kepentingan terkait pemantauan ekosistem, edukasi dan studi lanjut.
Sementara untuk mengembangkan jejaring kerjasama regional, telah didirikan Regional Training and Research Center for Marine Biodiversity and Ecosystem Health (RTRC MARBEST). Dan untuk menjamin kompetensi sumber daya manusia pemonitor terumbu karang dan ekosistem terkait, telah dibentuk Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP). Saat ini, katanya telah ada empat tempat uji kompetensi yang dapat digunakan untuk mensertifikasi SDM tersebut yakni Loka Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Manusia Oseanografi LIPI, Universitas Diponegoro, Universitas Maritim Raja Ali Haji, dan Universitas Sam Ratulangi.
Ekspose 20 Tahun COREMAP akan diisi dengan kegiatan seperti talk show eksplorasi perairan Indonesia, paparan hasil penelitian, serta pameran hasil-hasil kegiatan COREMAP selama tahun 2018. "Selain akan menyampaikan hasil monitoring ekosistem pesisir dan terumbu karang, kegiatan ini juga akan menggali potensi ekstensifikasi kegiatan monitoring yang dapat bermanfaat bagi kepentingan nasional," kata Dirhamsyah.