KKP Perkenalkan Teknologi Rendah Karbon dalam Pariwisata
Penulis : Redaksi Betahita
Konservasi
Jumat, 14 Desember 2018
Editor : Redaksi Betahita
Betahita.id – Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia mempromosikan teknologi rendah karbon dan praktik ramah lingkungan dalam pariwisata berbasis ekosistem sebagai langkah serius untuk mengelola ekosistem laut dan pesisir yang berkelanjutan. demikian disampaikan Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Brahmantya Satyamurti Poerwadi pada acara yang di gelar di indonesia Paviliun yang diinisiasi oleh Kementerian Koordinasi Maritim, pada sesi di sela-sela perhelatan akbar Konferensi pengendalian perubahan iklim pada pertemuan tahunan negara United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) ke-24 di Katowice, Polandia, 8 Desember 2018.
Brahmantya juga menjelaskan konsep tentang “Ekonomi Biru Berkelanjutan” berbasis kelautan yang tentunya harusnya dapat memberikan manfaat sosial, ekonomi untuk generasi saat ini dan masa depan serta dapat mengembalikan, melindungi dan mempertahankan keragaman, produktivitas, ketahanan (untuk bencana dan dampak perubahan iklim), selain itu konsep ekonomi biru berkelanjutan juga harus mengadopsi fungsi inti dan nilai-nilai ekosistem laut dan juga berdasarkan teknologi bersih, energi terbarukan.
Ada 3 prinsip yang ditekankan Brahmantya dalam presentasinya terkait dengan prinsip dasar pengelolaan keberlanjutan ekonomi biru yang dikelola dengan baik di antaranya ; 1) Efisiensi alam: dimana pengelolaan ekosistem berdasarkan ketersediaan sumber daya alam dari kelangkaan akan menjadi berlimpah ;2) Tanpa limbah: Jangan sia-siakan sampah, sampah juga dapat diolah kembali sebagai sirkular ekonomi :3) Kemandirian untuk semua; dimana pekerjaan akan lebih banyak dan kesempatan bekerja untuk semua.
Kementerian kelautan dan perikanan juga mengenalkan contoh “Best Practice” dari konsep ini salah satunya terkait pengembangan penurunan karbon rendah dengan melakukan pengembangan ekowisata kelautan berbasis ekosistem pesisir dan restorasi hutan bakau untuk ekowisata masyarakat di Kabupaten Malang Selatan, Jawa Timur.
“Ekowisata ini telah berhasil mengadopsi konsepsi ekonomi biru untuk memastikan keberlanjutan sumber daya ekosistem, membawa kapasitas sambil memastikan keuntungan ekonomi bagi pemegang saham lokal dan regional. Dan secara signifikan meningkatkan ekonomi lokal dan mendorong keterlibatan dan tanggung jawab lokal yang aktif dalam mengelola sumber daya pesisir dan perikanan, tutur Brahmantya.
Di akhir presentasi Brahmantya menyampaikan bahwa ‘ jika kita berbuat baik pada LAUT kita, pasti LAUT akan berbuat baik pada kita” katanya.
Dampak Iklim di Lingkungan Laut
Pada sesi lainnya pada event yang sama dari sesi “The global commitment in reducing climate impact in marine environment; Our Ocean Our Legacy” Brahmantya juga menyatakan bahwa “perlu dan pentingnya komitmen seluruh stakeholder untuk tetap mempertahankan dan mengembangkan komitmen yang dihasilkan pada acara tahunan “Our Ocean Conference” yang diselenggarakan di Bali pada akhir Oktober lalu. salah satu komitmen terkait “climate change” yang menghasilkan 39 Komitmen baru dengan jumlah total anggaran yang akan di gunakan sebesar 500 juta US Dollar” .
Brahmantya menyampaikan bahwa seluruh stakeholder perlu menyebarluaskan dan berbagi komitmen global yang dibuat baik oleh negara, LSM dan sektor swasta, Perusahaan Global, perorangan, filantropis, dan pemimpin lokal dalam mengatasi tantangan global terkait dengan dampak perubahan di lingkungan laut.