Limbah Detergen di Kali Bisa Sebabkan Kematian Massal Ikan di Laut
Penulis : Redaksi Betahita
Konservasi
Sabtu, 05 Januari 2019
Editor : Redaksi Betahita
Betahita.id – Detergen sebagai limbah rumah tangga yang dibuang ke kali bisa berdampak rusaknya ekosistem di laut. Hal ini karena deterjen tersebut akan terbawa air menuju dan bertahan di laut.
Baca Juga: Semua Kali Jakarta Tercemar Deterjen
Kepala Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup DKI, Andono Warih menjelaskan dampak jangka pendek dan jangka panjang dari limbah detergen yang mengalir ke kali, waduk, sungai hingga laut.
Menurut Andono, dalam jangka pendek, limbah deterjen akan menimbulkan busa di kali. Contohnya seperti di Kali Sentiong yang beberapa hari ini viral di media sosial. “Buih sudah kita saksikan,” kata Andono kepada Tempo, Jumat, 4 Januari 2019.
Andono menjelaskan detergen mengandung senyawa kimia fosfat yang biasa terkandung dalam pupuk. Menurut dia, senyawa tersebut dapat membebani kali atau waduk sehingga enceng gondok tumbuh subur. “Kalau dibiarkan saja, sudah tertutup Waduk Pluit dengan enceng gondok,” kata Andono.
Efek jangka panjangnya, kata Andono, bisa lebih besar dari hal tersebut. Menurut dia, limbah detergen di kali dan sungai pada ujungnya akan berlabuh ke laut dan mengganggu ekosistem di sana.
Senyawa fosfat yang tinggi di laut akan membuat ganggang atau alga tumbuh subur. Sampai pada suatu saat, bisa muncul ledakan pertumbuhan ganggang. “Kalau itu terjadi bisa mengakibatkan kematian massal ikan,” kata Andono.
Andono mengatakan ancaman dari limbah detergen sebenarnya telah berlangsung. Namun, tidak banyak warga yang menyadari dan peduli. “Kami menyebutnya silent danger, atau bahaya yang sunyi. Ketika suatu saat meledak, akan membuat kekagetan yang luar biasa,” ujarnya.
Sebagai gambaran, Andono mengatakan takaran limbah detergen di Kali Sentiong atau Kali Item telah melewati batas aman. “Di Kali Sentiong detergennya sudah 2500 miligram per liter, padahal batasnya hanya 200 miligram per liter,” kata dia.
Andono mengungkapkan, kondisi yang sama juga terjadi di hampir seluruh kali dan sungai yang ada di Ibu kota. Rata-rata unsur limbah detergen melebihi batas aman, yakni 200 miligram per liter.
“Data pemantauan kami di 90 titik di Jakarta, hanya dua titik yang dibawah 200 miligram per liter,” kata Andono. “Salah satu yang masih bagus atau tidak melebihi batas adalah Kalimalang”.
Baca: Busa di Kali Sentiong, Anies akan Batasi Pemakaian Detergen Keras
Menurut Andono, tingginya tingkat pencemaran limbah detergen di kali tidak terlepas dari perilaku warga. Menurut dia, kebanyakan warga membuang limbah detergen ke got, lantas mengalir di saluran air dan berakhir di kali hingga laut.
Karena itu, untuk mencegah resiko limbah detergen, Andono mengatakan perlu penanganan yang komprehensif dari hulu ke hilir. Di hilir, kata Andono, langkah yang bisa dilakukan adalah dengan memperbanyak pembangunan Instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Instalasi tersebut berfungsi mengolah limbah rumah tangga warga. “Tapi memang pembangunannya butuh waktu,” kata dia.
Sementara di hulu, Andono mengatakan perlu adanya standar baru untuk produksi detergen. Langkah ini sebelumnya pernah dinyatakan oleh Gubernur DKI Anies Baswedan. Anies berencana membicarakan pengaturan detergen yang lebih ramah lingkungan dengan Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan.
“Kita harap ada Standar Nasional Indonesia (SNI) yang lebih ramah lingkungan untuk detergen. Karena di Jakarta ini selain warganya banyak, kalinya juga bukan kali yang mengalir,” kata Andono.