Terjerat Sero, Hiu Paus Berhasil Dilepaskan Nelayan Bajo

Penulis : Redaksi Betahita

Konservasi

Minggu, 06 Januari 2019

Editor : Redaksi Betahita

Betahita.id – Setelah seharian terdampar di pesisir Pulau Bokori,  Sulawesi Tenggara, Sabtu, 5 Januari 2018, hiu paus yang terperangkap di sero nelayan akhirnya berenang bebas ke laut. Hiu paus itu digiring menggunakan perahu nelayan.

Baca juga:  Lima Kasus Kematian Hewan Laut Akibat Makan Sampah Plastik

Evakuasi hewan laut dengan nama latin Rhyncodon Typus ini dilakukan Bajo Bangkit, komunitas pemuda suku Bajo yang bergelut di bidang konservasi laut bersama 10 nelayan setempat. “Kejadiannya jam 09.00 WITA. Seorang nelayan Sapruddin datang menyampaikan ada ikan besar yang terdampar di sero miliknya,” kata Parman dari Bajo Bangkit kepada Tempo Sabtu malam.

Untuk membebaskan hiu yang dikenal dengan sebutan hiu bodoh atau hiu totol ini ke laut bebas membutuhkan waktu sekitar tujuh jam. Sekitar pukul 17.00 WITA, hiu paus mampu digiring ke Laut Banda menggunakan enam perahu nelayan.

Hiu Paus. shutterstock.com

Menurut Parman, cukup sulit menggiring hiu paus jantan yang diperkirakan berukuran 7 meter itu ke laut. Berkali-kali hiu paus menolak untuk dikeluarkan dari sero. Hiu hanya berputar-putar di permukaan air laut.

“Komunitas Bajo Bangkit memang sebelumnya sudah pernah diberi pelatihan untuk penyelamatan satwa dan mamalia laut. Jadi untuk evakuasi tadi kami dipandu petugas BPSPl melalui telepon seluler saja, ujar Parman, menceritakan aksinya bersama nelayan mengevakuasi satwa yang tergolong satwa dalam perlindungan penuh ini.

Koordinator Wilayah Kendari Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar Jufri mengaku evakuasi hewan yang dilindungi itu dilakukan oleh nelayan dan Bajo Bangkit. “Kami apresiasi apa yang dilakukan Bajo Bangkit dan nelayan. Kami berharap kedepan semakin banyak orang ataupun komunitas yang peduli terhadap kelestarian hewan-hewan laut yang dilindungi,” ujarnya.

Jufri menjelaskan, hiu paus ini bisa terdampar karena memang mereka biasa berenang ke permukaan. Hal itu dilakukan untuk mengejar ikan-ikan kecil dan plankton yang menjadi makanan hiu paus.

Menurut Jufri, sepanjang 2017 hingga awal 2019, ada tiga laporan kasus serupa. Terkait hal itu Jufri menduga periaran Sulawesi Tenggara (Sultra) khususnya laut Banda merupakan jalur migrasi hiu paus. “Kondisi hiu paus jantan menurut laporan nelayan saat dievakuasi dalam kondisi sehat. Tak ditemukan luka ataupun cacat lainya,” ujarnya.

TERAS.ID | TEMPO.CO