Emisi Karbon Kebakaran Hutan Capai 109 Juta Ton
Penulis : Redaksi Betahita
Uncategorized
Rabu, 11 September 2019
Editor : Redaksi Betahita
Betahita.id – Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Ruandha Agung Sugardiman mengatakan emisi karbon dioksida kebakaran hutan dan lahan (karhutla) per 31 Agustus 2019 mencapai 109 juta ton ekuivalen.
Dari angka tersebut, emisi dari gambut (below ground) sebesar 82.7 juta ton karbon dioksida ekuivalen, serta 27 juta ton ekuivalen dari biomas. Angka itu, kata Ruandha, lebih rendah dari total emisi karbon 2018, yakni 121 juta ton karbon dioksida ekuivalen.
“Emisi karbon saat ini kami hitung berdasarkan luas kebakaran hutan dan lahan per 31 Agustus 2019,†kata Ruandha dalam konferensi pers, Selasa, 10 September 2019.
Baca Juga: KLHK Tetapkan Tiga Perusahaan Sawit Tersangka Pembakaran Hutan
Hingga 31 Agustus 2019, luas karhutla di seluruh Indonesia mencapai 324.724 hektare. Rinciannya, 89.563 hektare di lahan gambut dan 239.161 hektare di tanah mineral. dibandingkan dengan 2018 adalah 510 ha untuk satu tahun. itu sekitar 65 persen, masih rendah dibandingkan 2018.
Direktur Pengendalian kebakaran Hutan dan Lahan KLHK Raffles B Panjaitan mengatakan, penanganan karhutla di daerah terus dilakukan, mulai dari pemadaman di darat dan water bombing hingga patroli di desa-desa rawan titik api.
Hingga 9 September 2019, sebanyak 46 unit helikopter dan pesawat gabungan untuk pemadaman udara (water bombing) telah dikerahkan di provinsi-provinsi lokasi karhutla, seperti Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah. Per 6 September 2019, total air yang digunakan untuk memadamkan karhutla adalah 239.633.200 liter.
Khusus teknologi modifikasi cuaca (TMC), lebih dikenal dengan hujan buatan, baru dilakukan di Provinsi Riau dan Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Di kedua provinsi tersebut, sebanyak 160.816 kilogram garam telah dikerahkan untuk hujan buatan.
Baca Juga: Sanksi Pelaku Karhutla Makin Berat, Kebakaran Makin Meluas
“Namun untuk Kalimantan Barat dan Kalimantan Utara baru akan bergerak, kita sedang menyiapkan hujan buatan,†kata Raffles.
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab mengatakan hujan buatan tergantung kondisi bibit awan. Pasalnya, penyemaian garam baru dapat dilakukan bila ada awan yang cukup untuk menciptakan hujan buatan.
“Di Kalimantan Barat dan Kalimantan Utara sedang disiapkan penyemaian,†katanya.