Orangutan Borneo Menderita ISPA Akibat Asap Karhutla

Penulis : Redaksi Betahita

Konservasi

Kamis, 19 September 2019

Editor : Redaksi Betahita

Betahita.id – Puluhan orangutan Borneo yang sedang direhabilitasi di Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah, menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) akibat kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan.

Hingga 17 September 2019, tercatat 37 individu terserang ISPA. Enam di antaranya individu dewasa dan 31 orangutan muda, baik yang tinggal di kandang maupun yang sedang menjalani sekolah hutan, menurut pernyataan dari Yayasan Penyelamatan Orangutan (Yayasan BOS).

“Semua masih dianggap infeksi ringan. Namun, empat orang utan muda kami dinilai gejalanya sedikit lebih berat, karena itu kami beri pengobatan menggunakan nebulizer,” kata Staf Komunikasi Yayasan BOS Nico Hermanu pada Betahita melalui pesan teks, Rabu, 18 September 2019.

Akibat asap karhutla tersebut, kesehatan 355 orangutan di Nyaru Menteng menjadi rentan, baik yang sedang dirawat di pusat rehabilitasi maupun di pulau-pulau prapelepasliaran di sekitarnya. Karena itu, Nico menerangkan, saat ini tim medis di Nyaru Menteng fokus menjaga kondisi orangutan dan melakukan  pengobatan menggunakan nebulizer, multivitamin, dan antibiotik terhadap orangutan yang sakit.

Orangutan Borneo (Pongo pygmaeus) di kawasan rehabilitasi di Nyaru Menteng, Kalimantantan Tengah. Foto: Yayasan BOS.

Nico memastikan saat ini tidak ada titik api di dekat pusat rehabilitasi Nyaru Menteng. Khusus orangutan yang telah dilepasliarkan, Nico mengatakan masih aman dari ancaman karhutla.

“Orangutan yang telah dilepasliarkan aman karena mereka berada di kawasan hutan lindung dan taman nasional yang jauh dari pembukaan lahan,” kata Nico.

Baca Juga: Indonesia Darurat Asap

Sebelumnya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sempat mengancam Pusat Rehabilitasi Orangutan Nyaru Menteng yang terletak tidak jauh dari Kota Palangkaraya. Nico menerangkan api sempat mendekat hingga jarak 300 meter dari batas Nyaru Menteng. Api kemudian berhasil dipadamkan.

Sementara itu, asap karhutla juga menyambangi Pusat Rehabilitasi Orangutan Samboja Lestari. Sebagai upaya pencegahan, tim medis Samboja Lestari memberikan susu dan multivitamin bagi 130 individu orangutan beberapa hari terakhir.

Kegiatan sekolah hutan juga dibatasi hanya beberapa jam bagi orang utan muda. Sedangkan orangutan dewasa di kompleks kandang, dilakukan penyemprotan untuk menjaga suhu kandang tetap sejuk.

“Saat ini tim kami di Nyaru Menteng dan Samboja Lestari melakukan patroli dan pengawasan ketat terhadap kemungkinan munculnya titik api di seluruh wilayah kerja, sekaligus untuk mencegah resiko kebakaran,” kata CEO Yayasan Bos Jamartin Sihite.

“Sampai saat ini kami belum melakukan penyelamatan atau evakuasi orang utan yang terancam kebakaran hutan dan lahan,” tambahnya.

Baca Juga: 175 Individu dan 4 Korporasi Tersangka Kasus Karhutla

Palangkaraya merupakan salah satu wilayah dengan kondisi udara terburuk akibat karhutla. Menurut data Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), saat ini kota tersebut berada di level berbahaya, dengan partikulat meter (PM10) di level 500. Untuk diketahui, level udara baik berada di level 0-50.

Polusi udara akibat asap karhutla juga telah menyebabkan aktivitas pendidikan berhenti total. Pemerintah Kalimantan Tengah meliburkan sekolah dari tingkat TK hingga perguruan tinggi per tanggal 16 September 2019 hingga seminggu ke depan. Penerbangan dari dan ke Bandara Tjilik Riwut Kota Palangkaraya pun banyak dibatalkan.