Orangutan Tapanuli Masuk Daftar Primata Paling Terancam di Dunia

Penulis : Redaksi Betahita

Konservasi

Senin, 14 Oktober 2019

Editor : Redaksi Betahita

Betahita.id – Baru ditemukan pada 2017, kini orangutan Tapanuli masuk ke dalam spesies primata paling terancam punah di dunia. Aktivitas manusia, mulai dari konversi habitat orangutan untuk lahan pertanian, degradasi lahan, dan perburuan liar menjadi penyebab utama menurunnya populasi satwa langka itu secara signifikan.

Saat ini hanya ada 767 individu orangutan Tapanuli di alam, seperti dilaporkan oleh kelompok studi dari Bristol Zoological Society (BZS), Primate Specialist Group of the International Union for Conservation of Nature (SSC IUCN), International Primatological Society (IPS), dan Global Wildlife Conservation (GWC).

Baca Juga: Inilah Orangutan Tapanuli yang Terancam PLTA Batang Toru

Laporan itu, berjudul “The World’s 25 Most Endangered Primates 2018-2020”, terbit Senin 7 Oktober 2019, menyatakan saat ini orangutan Tapanui (Pongo tapanuliensis) merupakan spesies primata paling sedikit di dunia. Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis) termasuk dalam delapan spesies primata paling terancam untuk pertama kalinya.

Orangutan Tapanuli. Foto: Tim Laman melalui morphobank.org

Konversi lahan yang terus menerus terjadi, meningkatnya interaksi antara manusia dan orangutan, hingga pengembangan pembangkit panas bumi di sekitar habitat orangutan telah menyumbang penurunan populasi satwa itu.

Direktur Konservasi Global Wildlife Conservation Dirck Byler mengatakan masuknya orangutan Tapanuli ke dalam daftar primata paling terancam di Bumi bukanlah sebuah kejutan. Hal ini, katanya, dapat dilihat dari banyaknya ancaman terhadap keberlangsungan hidup satwa itu. Namun, Byler mengatakan belum terlambat untuk melakukan upaya pelestarian.

“Sebagai rumah bagi orangutan Tapanuli dan dua spesies orangutan lainnya, Indonesia punya kesempatan untuk menjadi penggerak dalam melestarikan primata besar dengan melaksanakan upaya-upaya yang tidak hanya melindungi satwa ini beserta habitatnya, tetapi juga yang berdampak positif terhadap ekonomi lokal dan mata pencaharian masyarakat melalui ekoturisme,” kata Byler dalam sebuah pernyataan baru-baru ini.

Byler mendesak agar semua pihak bahu-membahu menyelamatkan spesies langka itu, mulai dari pemerintah, konservasionis, masyarakat adat, dan pihak swasta.

Baca Juga: Orangutan Borneo Menderita ISPA Akibat Asap Karhutla

Satu-satunya populasi orangutan Tapanuli yang diketahui terletak di  Ekosistem Batang Toru, Sumatera Utara. Ditemukan pertama kali pada 2017, saat ini orangutan Tapanuli tinggal di wilayah yang terisolasi seluas 133.841 hektare.

Selain orangutan Tapanuli, tujuh primata lainnya juga masuk dalam daftar paling terancam, termasuk siamang hoolock (Hoolock tianxing) di Cina dan Myanamar, lemur tikus Bemanasy ( Microcebus manitatra) di Madagaskar, serta tamarin dua warna (Saguinus bicolor) di Brazil.