Telur dan Tahu Tercemar Dioksin Dampak Pembiaran Impor Sampah Plastik

Penulis : Redaksi Betahita

Sampah

Selasa, 26 November 2019

Editor : Redaksi Betahita

Betahita.id – Proses pembuatan tahu yang menggunakan sampah plastik impor untuk bahan bakar serta temuan kontaminasi dioksin pada telur sebagai dampaknya dinilai sebagai akibat pemerintah membiarkan impor sampah plastik.

Baca juga: Jokowi Diminta Investigasi Kasus Impor Limbah Sampah

Hal tersebut dipaparkan dalam publikasi laporan yang berjudul “Sampah Plastik Meracuni Rantai Makanan Indonesia” oleh Nexus3, Arnika, Ecoton dan IPEN (International Pollutans Elimination Network).

“Lima tahun lalu, belum seganas sekarang,” kata Penasehat Senior BaliFokus/Nexus, Yuyun Ismawati, Sabtu, 23 November 2019.

Sebanyak 1.262 sampai 1.380 kontainer yang berisi sampah plastik dan kertas dari negara maju. Sampah tersebut dikirim dengan dalih sebagai bahan baku industri di Tanah Air. doc Balifokus

Menurutnya, masih belum terlihat hubungan antara penggunaan sampah plastik impor dengan keberadaan dioksin di telur yang dikonsumsi seperti biasa.

gilang helindro

Proses pembuatan tahu yang menggunakan sampah plastik impor untuk bahan bakar serta temuan kontaminasi dioksin pada telur sebagai dampaknya. doc Balifokus

Dioksin adalah polutan bersifat karsinogen yang sangat beracun dan sebenarnya banyak ditemukan di lingkungan sekitar kita. Dihasilkan dari proses pembakaran yang tidak sempurna dari sampah komersial atau penggunaan bahan bakar. Saat sudah terlepas ke lingkungan atau terjatuh ke tanah, dioksin akan dimakan oleh ternak atau diserap oleh rumput.

“Jadi, masuknya lewat mulut atau pencernaan, bukan hanya lewat udara,” ungkapnya.

Kemudian, kata Yuyun, praktik penggunaan sampah plastik untuk bahan bakar di pabrik tahu sendiri sudah marak dilakukan di Indonesia, dengan jumlah lebih dari 30 perusahaan tahu Indonesia menggunakannya karena faktor harga yang murah sekitar sepersepuluh dari kayu bakar.

Meningkatnya impor sampah plastik di Indonesia terjadi karena sejak 3 tahun yang lalu, terjadi peningkatan impor plastik ke Indonesia karena China menutup pintu untuk impor plastik ke negaranya.

Sebanyak 1.262 sampai 1.380 kontainer yang berisi sampah plastik dan kertas dari negara maju. Sampah tersebut dikirim dengan dalih sebagai bahan baku industri di Tanah Air. doc Balifokus

Banjirnya produk sampah plastik ini juga terlihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2018. Data menunjukkan peningkatan impor sampah plastik Indonesia sebesar 141 persen atau menjadi 283.152 ton. Jumlah itu merupakan puncak tertinggi impor sampah plastik selama 10 tahun terakhir.

Padahal, impor sampah plastik Indonesia sekitar 124.433 ton pada 2013. Selain itu, peningkatan impor sampah plastik ini tidak diikuti dengan ekspor yang justru menurun 48 persen menjadi 98.450 ton pada 2018.

gilang helindro

Sebanyak 1.262 sampai 1.380 kontainer yang berisi sampah plastik dan kertas dari negara maju. Sampah tersebut dikirim dengan dalih sebagai bahan baku industri di Tanah Air. doc Balifokus

Dwi Saung Pengkampanye Energi dan Perkotaan Walhi mengatakan impor sampah ini ditengarai karena adanya dumping sampah plastik dari negara maju.

“Ujung-ujungnya sampahnya dibakar. Padahal, undang-undang persampahan ada larangan membakar sampah dan mengimpor sampah,” katanya melalui keterangan resminya.

Kurangnya kontrol pemerintah terhadap masalah impor sampah menyebabkan terjadinya kasus ini. Pembakaran sampah plastik untuk bahan bakar tersebut menghasilkan asap dan abu yang mengandung racun salah satunya adalah dioksin.

Menurut laporan, sampel telur diambil di Tropodo dan Bangun, Sidoarjo, Jawa Timur yang dipilih sebab ayam peliharan warga daerah tersebut sehari-harinya mencari makan di antara gundukan limbah plastik.

Tropodo sendiri merupakan pusat pabrik tahu, sedangkan warga Bangun membakar tumpukan sampah plastik untuk mengurangi volume sampah yang menyumbat dan memenuhi jalan di sekitar rumah. Sampel diambil dari ayam buras, utamanya ayam kampung karena dianggap ideal karena potensinya lebih besar terpapar dioksin dengan tingginya mobilitas ayam tersebut.

Studi ini mengaitkan pengelolaan sampah yang tidak tepat dan pergerakan sampah plastik yang tidak terkontrol dengan kontaminasi rantai makanan di Indonesia. Bangun dan Tropodo hanyalah dua contoh dari banyak situs serupa di Asia Tenggara. Langkah-langkah rekomendasi untuk mengatasi masalah ini meliputi:

Pertama, memberitahu masyarakat yang terdampak tentang hasil penelitian ini, termasuk rekomendasi dari pemerintah kepada masyarakat untuk tidak mengkonsumsi atau menjual telur ayam buras yang dilepas dari kandang sampai ada arahan tindakan pembersihan dan pengujian lebih lanjut yang menunjukkan bahwa telur tersebut aman dikonsumsi.

Kedua, melarang pembakaran sebagai opsi pembuangan sampah plastik atau sebagai contoh ‘ekonomi sirkular.’ Membakar sampah plastik tidak boleh diterima sebagai praktik terbaik untuk pengelolaan limbah plastik. Ketiga, Melarang pembakaran plastik sebagai bahan bakar untuk operasi industri karena dioksin dan polusi terhalogenasi lainnya yang dihasilkan dalam emisi dan abu.

Keempat, batasi penggunaan bahan bakar sintetis yang mengandung halogen yang berasal dari plastik karena polutan organik persisten (POPs) akan terlepas dalam emisi pembakaran bahan bakar tersebut. Kelima, remediasi lokasi yang terkontaminasi dengan dioksin dan POPs lainnya untuk memastikan kesehatan manusia terlindungi dan kontaminasi rantai makanan tidak dapat terjadi.

Keenam, meningkatkan pemantauan bahan kimia POPs sesuai dengan ketentuan Konvensi Stockholm bersama dengan polutan lain yang menjadi perhatian bersama. Ketujuh, perbarui Rencana Implementasi Nasional Konvensi Stockholm Indonesia untuk mengevaluasi efektivitas tindakan pencegahan dan pengendalian POPs di Indonesia.

Secara ketat menerapkan ketentuan baru Konvensi Basel untuk menutup pintu bagi impor limbah berbahaya dan mengendalikan perpindahan lintas batas sampah plastik atau memberlakukan larangan impor sampah plastik.

Memperkenalkan batas yang lebih ketat, lebih protektif untuk POPs dalam limbah di Konvensi Stockholm. Menerapkan kerangka kerja kimia internasional Beyond 2020 yang lebih kuat yang mencakup pekerjaan untuk mengurangi dan menghilangkan PFAS sebagai sebuah kelas. Kurangi dan minimalkan produksi plastik serta penggunaannya, dan hindari penggunaan plastik terhalogenasi atau penambahan senyawa terhalogenasi dalam produksi plastik seperti brom, klor dan fluor.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI menanggapi kabar tercemarnya telur dan tahu oleh dioksin yang berasal dari pembakaran sampah plastik di pabrik tahu, di Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Sidoarjo, Jawa Timur. Peneliti Pusat Penelitian Kimia LIPI Muhammad Ghozali memberikan analisis proses dari tercemarnya telur dan tahu tersebut.

“Bisa jadi (tercemar). Karena plastik mengandung dioksin yang dapat terlepas saat plastik dibakar sehingga dapat mencemari sekitarnya,” ujar Ghozali seperti dikutip tempo.co, Jumat, 22 November 2019.

Sesuai dengan hasil penelitian, konsentrasi dioksin dalam telur di Tropodo mencapai 200 pg TEQ g-1 lemak. Angka itu tertinggi kedua di Asia, hanya kalah oleh kandungan dioksin di Bien Hoa di Vietnam, yang terpapar senjata kimia buatan Amerika Serikat. Senyawa berbahaya ini dapat memicu berbagai penyakit, seperti jantung, kanker, dan diabetes.

“Bila kadarnya (dioksin) berlebihan bisa mengganggu kesehatan, mengganggu sistem kekebalan tubuh,” tutur Ghozali. Untuk sementara, Ghozali mengaku LIPI belum melakukan penelitian lebih jauh mengenai hal tersebut. “Belum (penelitian), Itu analisisnya.”