Great Barrier Reef Kembali Terancam Rusak Parah  

Penulis : Redaksi Betahita

Konservasi

Sabtu, 22 Februari 2020

Editor : Redaksi Betahita

Betahita.id - Kawasan ekosistem terumbu karang Great Barrier Reef, Australia, kembali terancam pemutihan karang. Hal itu diperkirakan terjadi dalam dua pekan ke depan jika suhu permukaan laut di kawasan itu tidak menurun. Jika benar terjadi, pemutihan itu adalah yang ketiga kalinya dalam jangka waktu lima tahun sejak 2016.

Menurut ilmuwan dan ahli konservasi, saat ini proses pemutihan karang telah terjadi di kawasan terumbu karang terbesar dunia itu. Namun tidak dalam skala masif.

“Kami masih menunggu apa yang akan terjadi,” kata Profesor Terry Hughes, dikutip Guardian Australia, Kamis, 20 Februari 2020. Hughes merupakan direktur ARC Centre of Excellence for Coral Reef Studies di James Cook University.

Menurut Otoritas Taman Laut Great Barrier Reef, suhu panas di kawasan itu terus menyebar, terutama di wilayah tengah dan selatan yang merupakan area padat wisatawan. Saat ini suhu permukaan air laut di wilayah tersebut 1,5 derajat celcius di atas rata-rata.

Pemutihan karang mengubah warna terumbu karang secara drastis di Great Barrier Reef, Australia, pada 2016. Foto: AFP

Sementara itu, dua pertiga dari ekosistem terumbu karang yang terletak di wilayah selatan Port Douglas berada di atas suhu rata-rata, di antara 2 derajat dan 3 derajat celcius.

Dikutip dari The Guardian, pemutihan karang adalah reaksi stres yang terjadi akibat karang terekspos suhu air yang lebih hangat di atas suhu rata-rata dalam periode waktu yang panjang. Akibatnya, alga yang menjadi sumber makanan dan memberi warna pada terumbu karang melepaskan diri dari biota tersebut.

Dalam level parah, pemutihan karang dapat membunuh karang, serta melemahkan lainnya. Terumbu karang juga dapat mati akibat stres perubahan suhu ekstrim.  Meningkatnya suhu permukaan laut erat kaitannya dengan naiknya tingkat emisi rumah kaca di lapisan atmosfer.

Hughes mengatakan, suhu permukaan laut di kawasan Great Barrier Reef saat ini mengkhawatirkan. Sebab, dalam empat minggu, suhu akan mencapai suhu puncak musim panas yang diperkirakan pada pertengahan Maret.

“Pola sejauh ini mirip dengan yang terjadi pada 2016-2017. Bahkan lebih panas dibandingkan dengan periode tersebut,” kata Hughes.

Menurut Hughes, kemungkinan pemutihan karang besar bila suhu permukaan air laut saat ini bertahan. Kerusakan parah bahkan dapat terjadi bila suhu bertambah hangat beberapa pekan ke depan.

“Hal ini tergantung pada anomali cuaca dua minggu ke depan,” tambahnya.

Pada musim panas 2016 dan 2017, Great Barrier Reef kehilangan setengah dari populasinya akibat pemutihan karang berturut-turut. Saat ini taman laut itu memiliki lebih dari 2.900 terumbu karang serta 900 pulau, dengan bentang ekosistem sepanjang 2.300 kilometer.

Sebelumnya, Otoritas Taman Laut Greet Barrier Reef juga mengubah kategori outlook taman laut tersebut dari “poor” menjadi “very poor” untuk pertama kalinya.

Ketua Divisi Kelautan WWF Australia Richard Leck mengatakan saat ini Great Barrier Reef berada di ujung tanduk. “Hal ini akan kita ketahui dalam dua pekan ke depan. Kita akan melihat apakah pemutihan karang masal terjadi untuk ketiga kalinya hanya dalam jangka waktu lima tahun,” katanya.

Saat ini Komite Warisan Dunia (World Heritage Committee) telah menjadwalkan pertemuan untuk mengevaluasi status Great Barrier Reef Juni mendatang di Cina. Ada kemungkinan kawasan itu akan diubah statusnya menjadi “dalam bahaya”.