Kisah Seru Petugas BKSDA Berpakaian APD Mengejar Orangutan

Penulis : Kennial Laia

Konservasi

Senin, 27 April 2020

Editor :

BETAHITA.ID - Upaya penyelamatan satwa langka seperti orangutan berubah selama pandemi Covid-19. Kini, petugas medis dan relokasi harus menggunakan alat pelindung diri (APD) saat terjun ke lapangan. 

Hal itu terjadi baru-baru ini saat rescue orangutan Borneo (Pongo pygmaeus) di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Saat itu seekor orangutan liar tersesat di kebun nanas warga.

Tim medis Borneo Orangutan Surival (BOS) Foundation Agus Fahroni yang terlibat dalam rescue itu mengatakan, proses penyelamatan itu lebih lama dari biasanya. Pasalnya, seluruh tim yang terlibat harus menggunakan APD terlebih dulu. 

"Rescue agak lama karena kita harus menggunakan APD terlebih dahulu. Jadi tidak secepat biasanya," kata Agus Fahroni kepada Betahita melalui pesan teks, Senin, 27 April 2020.

Ilustrasi petugas menggunakan APD lengkap saat melakukan rescue dan translokasi orangutan di Kalimantan Tengah. Foto: Istimewa.

Menurut Agus, penggunaan APD saat rescue itu untuk memastikan tidak ada kontak langsung antara petugas dan orangutan. Menurutnya, langkah itu berguna untuk memutus rantai penularan virus corona dari manusia ke orangutan maupun sebaliknya. 

Namun, pergerakan tubuh saat rescue kurang leluasa. Sebab, tim yang terdiri atas Wildlife Rescue Unit SKW I BKSDA Kalteng dan BOS Foundation itu dibatasi perlengkapan APD yang cukup berat.

“Saat melakukan pengejaran dengan menggunakan APD lebih lamban karena pakaian full protection sehingga tidak selincah biasanya,” kata Agus.

Meski demikian, proses penyelamatan itu berjalan lancar dan kini orangutan itu telah ditranslokasi ke Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam Bukit Rawi, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah.

"Ini pertama kali (saya) menggunakan APD lengkap seperti kemarin sehingga belum terbiasa,” ujarnya.

Menurutnya, upaya penyelamatan orangutan ke depannya akan menggunakan protokol kesehatan Covid-19 dengan menggunakan APD lengkap. Hal itu untuk memutus mata rantai penularan virus corona dari manusia ke satwa langka tersebut, begitu pun sebaliknya.