Pesawat Listrik, Bisakah Kurangi Polusi Udara?

Penulis : Betahita.id

Lingkungan

Minggu, 31 Mei 2020

Editor :

BETAHITA.ID - Sekitar setahun terakhir gerakan anti-naik pesawat yang dalam bahasa Inggris disebut "flight shame" - atau flygskam dalam bahasa Swedia, tempat gerakan itu bermula - semakin marak di Eropa.

Istilah ini jadi perbincangan masyarakat global, yang secara dramatis mengurangi emisi gas rumah kaca. Mafhum, UNWTO mencatat pada 2008, penerbangan sipil menyubang lima persen polusi dunia. Salah satu harapan, agar pelesiran dengan pesawat tanpa menimbulkan polusi, tentu saja dengan menggunakan pesawat listrik.

Teknologi motor listrik pada Kamis, 28 Mei 2020, jadi tonggak sejarah dalam industri penerbangan ketika pesawat eCaravan dengan sembilan kursi penumpang berhasil mengudara. Tentu saja, di masa depan, kapasitas penumpangnya kian besar. eCaravan merupakan kolaborasi antara perusahaan mesin magniX dan perusahaan aerospace AeroTEC.

Dinukil dari CNN, eCaravan menggunakan basis pesawat Cessna Caravan 208B. Sesuai rilis dari magniX, pesawat itu berhasil mengudara pada 28 Mei di lapangan terbang Negara Bagian Washington pukul 08.00 waktu setempat.

Pesawat listrik eCaravan

Basis Cessna Caravan dipilih, karena pesawat ini terbukti tangguh yang digunakan bermil-mil di seluruh dunia. Produksinya lebih dari 2.600 pesawat dan beroperasi di 100 negara. Versi all-electric akan menggunakan sistem propulsi magni500 berkekuatan 750 tenaga kuda (560kW).

"Sebagai pesawat listrik terbesar di dunia, penerbangan pertama ini merupakan tonggak penting dalam mengganggu industri transportasi dan mempercepat revolusi penerbangan listrik," demikian bunyi siaran pers magniX.

"Tujuan utama magniX untuk menghubungkan masyarakat dengan lebih baik, dengan membawa ke pasar sistem propulsi all-electric canggih yang menawarkan biaya operasi yang lebih rendah, bahkan nol," ulas manigX

Perusahaan juga menyediakan sistem propulsi listrik, dengan kapasitas enam kursi yang diterbangkan untuk pertama kalinya pada Oktober tahun lalu.

Operator Harbour Air menyebut penerbangan pada Oktober yang bersejarah itu, merupakan penerbangan pesawat komersial pertama. Pesawat terbang sekitar 15 menit setelah lepas landas dari Vancouver, Kanada.

Pada saat itu, CEO magniX Roei Ganzarski mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa sektor transportasi - dan industri penerbangan pada khususnya - "siap untuk gangguan besar."

Ganzarski menambahkan bahwa penerbangan membuktikan bahwa perjalanan udara listrik komersial berbiaya rendah dan ramah lingkungan, dapat dimungkinkan pada masa depan yang sangat dekat.

Pesawat bertenaga listrik juga sedang dikembangkan di tempat lain di dunia, termasuk di Inggris.

Cranfield Aerospace Solutions (CAeS) di Inggris mengumumkan pada bulan November, mengenai produksi pesawat listrik. CAeS memperkirakan bahwa penerbangan komersial diperkirakan pada awal 2023.

Meskipun teknologi mesin listrik untuk pesawat besar, belum benar-benar diuji, pesawat kecil semisal eCaravan bisa jadi titik awal, perjalanan panjang penerbangan tanpa polusi.

TEMPO.CO | TERAS.ID