Obat Covid-19 Unair Diklaim Efektif, Diragukan Epidemiolog UI

Penulis : Betahita.id

Covid-19

Senin, 17 Agustus 2020

Editor :

BETAHITA.ID -  Tim gabungan dari Universitas Airlangga, Badan Intelijen Negara, TNI AD, dan BPOM telah menyelesaikan uji klinis fase 3 kombinasi obat Covid-19 untuk pasien yang dirawat tanpa ventilator. Obat ini diklaim memiliki efektivitas hingga 98 persen. Rektor Unair, M. Nasih, mengatakan kombinasi ini menggunakan rujukan dari berbagai jenis obat tunggal yang dipakai di banyak negara termasuk oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Ternyata setelah kami kombinasikan daya penyembuhannya meningkat dengan sangat tajam dan baik. Untuk kombinasi tertentu itu sampai 98 persen efektivitasnya," dalam konferensi pers di Mabes TNI AD, Jakarta, Sabtu, 15 Agustus 2020.

Ada tiga kombinasi obat yang dihasilkan Unair dan telah mengikuti uji klinis. Pertama, Lopinavir/Ritonavir dan Azithromycin. Kedua, Lopinavir/Ritonavir dan Doxycycline. Ketiga, Hydrochloroquine dan Azithromyci.

Menurut Nasih, status obat ini siap untuk diproduksi dan diedarkan. Namun sebelumnya mereka harus menunggu izin dari BPOM.

Ilustrasi Obat Covid-19 (wikipedia)

Nasih berujar penelitian obat Covid-19 sudah mengikuti berbagai macam aspek yang dipersyaratkan BPOM. Ia pun berharap izin produksi dan izin edar bisa segera keluar. "Sehingga gak ada celah yang kemudian bisa menghalangi ini untuk tidak berlanjut pada proses berikutnya," tuturnya.

Dewan Perwakilan Rakyat mendukung langkah Badan Intelijen Negara (BIN) dan TNI AD untuk menindaklanjuti hasil uji klinis fase 3 kombinasi obat Covid-19.

"Kami, tidak ada kata lain selain mengapresiasi," kata Ketua Komisi I DPR Meutya Viada Hafid, saat sosialisasi uji klinis fase 3 kombinasi obat Covid-19, di Mabes AD, Jakarta, Sabtu, 15 Agustus 2020.

"Kami terharu melihat hasil karya anak bangsa yang insya Allah menjadi salah satu obat Covid-19 temuan pertama di dunia," ujarnya.

Komisi I DPR, kata politikus Partai Golkar itu, mendukung TNI AD dan BIN selaku mitra kerja, serta kepolisian dan pihak terkait dalam pengembangan obat Covid-19. "Ini karya anak bangsa yang selain kita apresiasi perlu kita dukung, dan beri kesempatan," ucap Meutya.

Diragukan Validitasnya

Namun Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono meragukan validitas obat Covid-19 hasil penelitian Universitas Airlangga bekerja sama dengan BIN dan TNI. Pasalnya, menurut dia, penelitian itu telah melanggar sejumlah prosedur.

"Validitas riset itu tidak boleh dilanggar, tidak boleh sama sekali, ini integritas ilmu pengetahuan harus dijaga oleh siapa pun walau pun secara politis nggak bisa. Karena kalau nggak, publik dirugikan," kata Pandu saat dihubungi SINDOnews, Minggu (16/8/2020).

Pandu mengatakan, dalam sebuah penelitian itu ada prosedur resmi yang harus dilewati. Pertama, obat itu hakikatnya adalah untuk orang yang sakit, menimbulkan gejala dan harus dirawat di rumah sakit (RS). "Jika obat itu diuji cobakan untuk orang positif COVID-19 tanpa gejala (OTG) untuk apa. Yang diobati siapa? OTG. Itu sudah melanggar hukum pertama bahwa pengobatan itu harus orang yang membutuhkan pengobatan," paparnya.

Menurut dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI itu, tanpa itu semua, hasilnya tidak bisa dipercaya sama sekali. Apalagi kalau sudah dipublikasikan. Sementara, penelitian ini belum direview oleh dunia akademis kedokteran, bagaimana hasilnya dikritik, dievaluasi,  seperti apa metodenya, dan paling tidak bagaimana pengukurannya.

"Selama itu tidak dipenuhi, jangan sekali-kali percaya hasil penelitian itu walaupun itu dilakukan oleh lembaga yang paling berwenang seperti Unair, nggak ada artinya itu," kata Pandu.

TEMPO.CO | SINDONEWS | TERAS.ID