Hari Orangutan Sedunia, Nanda Lahir di Taman Safari Prigen

Penulis : Betahita.id

Biodiversitas

Kamis, 20 Agustus 2020

Editor :

BETAHITA.ID - Orangutan (Pongo pygmaeus) di Taman Safari Prigen, Pasuruan, Jawa Timur, melahirkan bayi yang diberi nama Nanda pada 11 Maret 2020. Kehadiran Nanda dianggap kado pada perayaan International Orangutan Day atau Hari Orangutan Sedunia yang jatuh pada Rabu 19 Agustus 2020.

Dokter hewan Taman Safari Prigen, Nanang Tedjo Laksono, mengatakan, Nanda lahir secara normal pada 11 Maret 2020 dari induk bernama Naning (40 tahun) dan pejantan bernama Bima (27 tahun). Kondisi sang bayi betina itu disebutkannya sehat dan dirawat oleh induknya."Bayi orangutan terpantau menyusu dalam kurun waktu dua jam dan beraktivitas secara normal di exhibit-nya," katanya.

Nanang menjelaskan dengan adanya Nanda, maka jumlah orangutan di Taman Safari Prigen saat ini bertambah menjadi 22 ekor. Dia menekankan kelahiran Nanda sebagai keberhasilan pelestarian satwa di Taman Safari Prigen. "Sebagai lembaga konservasi, tentu saja menjaga populasi satwa yang terancam punah menjadi salah satu kewajiban Taman Safari Prigen," kata dia. 

Terpisah, melalui diskusi virtual Hari Orangutan Sedunia yang diselenggarakan Pusat Kebudayaan Amerika Serikat @america, Direktur Program International Animal Rescue (IAR) Indonesia Karmele Llano Sanchez mengungkap kekhawatirannya akan dampak pandemi Covid-19 yang sedang menjangkiti manusia. 

Bayi orangutan di Taman Safari Prigen Pasuruan Jawa Timur, Rabu 19 Agustus 2020. (Antara Jatim/Taman Safari Prigen/IS)

"Sejauh ini kita masih belum bisa membuktikan secara sains apakah Covid-19 bisa ditransmisikan kepada orangutan, tapi karena memiliki kesamaan dengan manusia ada kemungkinan penyakit itu bisa menular," kata Karmele.

Ancaman penyakit itu, kata Karmele, tidak hanya akan terjadi kepada orangutan di tempat rehabilitasi tapi juga di penangkaran dan yang berada di alam bebas. Ada juga dampak tidak langsung terkait finansial di mana krisis ekonomi global dapat membuat dukungan dana untuk melakukan penyelamatan satwa itu semakin berkurang.

Selain itu, Covid-19 juga memberikan tekanan antropogenik, atau bahaya yang disebabkan oleh aktivitas manusia, terhadap sumber daya alam yang penting dalam konservasi orangutan. "Orang yang kehilangan mata pencahariannya bisa jadi satu-satunya pilihan mereka adalah pergi ke hutan untuk menebang pohon atau berburu hewan," kata Kemele.

Karena itu dia mendorong adanya solusi terintegrasi untuk mendukung konservasi orangutan sambil menjaga juga penghidupan masyarakat yang tinggal di sekitar habitat orangutan.