Riset Obat Covid-19: dari Empon-empon sampai Eucalyptus
Penulis : Betahita.id
Covid-19
Jumat, 25 September 2020
Editor :
BETAHITA.ID - Pandemi Covid-19 belum akan mereda dalam waktu dekat karena vaksin dan obatnya sedang dalam penelitian. Di beberapa belahan dunia, wabah kembali merebak membangun serangan gelombang kedua. Sedang di bagian lainnya, termasuk Indonesia, puncak gelombang pertamanya pun belum tampak.
Baca juga: UGM Temukan Alat Uji Covid-19, Tanpa Swab Cukup Hembusan Nafas
Pandemi penyakit itu memaksa kebiasaan baru di tengah masyarakat dunia untuk menghindari paparan yang lebih besar dari infeksi corona. Sejumlah protokol kesehatan diciptakan termasuk memacu riset obat atau vaksin penangkalnya, tak terkecuali riset atas senyawa alami dan obat herbal.
Beberapa senyawa alami dan obat herbal yang selama ini dikenal memiliki khasiat antivirus di berbagai daerah di tanah air ditelaah dan dibawa ke laboratorium untuk diteliti lebih dalam. Beberapa bahkan sudah diuji secara klinis kepada pasien Covid-19.
Berikut ini delapan di antaranya yang dihimpun Tempo.co sejak pandemi Covid-19 ditetapkan di Indonesia, Maret lalu. Dari kulit jeruk sampai madu tawon tak bersengat, dari empon-empon hingga eucalyptus.
1. Empon-empon
Tim peneliti di Professor Nidom Foundation (PNF) di Surabaya sedang menguji formula curcumin, zat aktif dalam rimpang atau empon-empon, untuk melawan patogen (virus, bakteri, dan parasit) pada hewan. Terbuka kemungkinan untuk mengujinya pula sebagai obat infeksi virus corona Covid-19.
Riset praklinis dengan curcumin pernah dilakukan terhadap virus corona penyebab flu burung atau virus H5N1. Formulasi Curcumin, seperti yang juga ada di teh putih dan cokelat yang pahit terbukti efektif menangkal virus flu burung yang disebutkan, "Keganasannya melebihi virus COVID-19 saat ini."
Polaritas empon-empon sebagai bekal menambah daya tahan tubuh melawan infeksi virus corona Covid-19 belakangan goyah setelah ada hasil penelitian yang menyatakan curcumin meningkatkan ekspresi enzim ACE2--ini adalah senyawa protein yang menjadi pintu masuk infeksi virus corona Covid-19.
2. Daging Jambu Biji Merah
Penelitian jambu biji termasuk 20 proposal penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) terkait Covid-19 yang mendapat pendanaan senilai Rp 6.950.435.000 dari Konsorsium Riset dan Inovasi, Kementerian Ristek/Badan Riset dan Inovasi Nasional, pada Juni lalu.
Penelitian tentang suplementasi jambu biji terhadap eliminasi virus dilakukan setelah jambu biji tersaring dari analisis "big data" dan "machine learning" dari basis data HerbalDB yang dikembangkan oleh Laboratorium Komputasi Biomedik dan Rancangan Obat Fakultas Farmasi UI.
Pada jambu biji daging merah disebut terkandung senyawa antara lain, hesperidin, rhamnetin, kaempferol, kuersetin, dan myricetin. Di antara pemetaan farmakofor dilakukan terhadap 1.377 senyawa herbal dan evaluasi aktivitas antivirusnya, senyawa-senyawa itu dianggap berpotensi menghambat dan mencegah virus SARS-CoV-2 atau virus corona penyebab Covid-19.
3. Kulit Jeruk
Kulit jeruk bersama daun kelor melalui proses yang sama oleh tim yang sama yang meneliti jambu biji daging merah. Tentang khasiat kulit jeruk untuk menambah daya tahan tubuh, situs web IPB University juga pernah memuat artikel berjudul 'Buat Jus Jeruk, Jangan Lupa Masukkan Sedikit Kulitnya' sembari menyebut: hasil kajian ini masih perlu penelitian lebih lanjut.
Artikel itu mengutip keterangan Guru Besar yang juga Kepala Pusat Biofarmaka Tropika (TropBRC), Profesor Irmanida Batubara, yang menyebut hesperidin, yang ada di pahitnya kulit jeruk, bisa memberikan perlindungan terhadap mikroba dan virus. Senyawa yang berpotensi untuk meningkatkan imunitas tersebut didapati dari golongan flavonoid.
4. Propolis
Senyawa propolis yang dihasilkan dari lebah Tetragonula biroi aff ditemukan mirip N3 hasil penelitian di Shanghai Tech University pada Januari 2020. Senyawa itu bisa membentuk ikatan dengan virus corona Covid-19 sehingga berpotensi menghalanginya untuk bisa menginfeksi sel dan berkembang biak.
Berdasarkan uji di kampus Universitas Indonesia menggunakan struktur model virus corona Covid-19 yang ada, tiga dari sembilan senyawa yang ada di propolis asli Indonesia memiliki kekuatan menempel yang cukup baik pada virus itu. Bila senyawa N3 memiliki nilai -8, senyawa propolis Sulawesins a memiliki nilai -7,9; Sulawesins b -7,6; dan deoxypodophyllotoxin -7,5. Semakin negatif nilai yang dimiliki menunjukkan semakin besar kemampuan senyawa itu menempel pada virus.
5. Jamur Cordyceps Militaris dan Kombinasi Ekstrak Herbal Jahe Merah-Daun Meniran-Sambiloto-Daun Sembung
Uji klinis atas ekstrak jamur dan herbal lainnya ini telah dilakukan di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, di bawah koordinasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). "Saat ini sedang tahap verifikasi data, locking data, kemudian analisis statistik. Analisis hasil akhir kira-kira sebulan lagi," kata Inggrid Tania, Ketua Umum Persatuan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia, yang terlibat dalam riset uji klinis itu, Rabu 23 September 2020.
Khusus Cordyceps militaris, bahan herbal jamur ini dipilih karena sudah lama digunakan dan terbukti aman sebagai obat herbal untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan bersifat sebagai antiinflamasi. Kuncinya adalah pada senyawa aktif Adenosine, Cordycepin dan Polisakarida yang berpotensi sebagai antivirus, antiinflamasi, serta memiliki aktivitas immunomodulator, antioksidan, anti-tumor dan anti-penuaan dini.
6. Daun Ketepeng dan Benalu
Melalui metode uji in silico, terbukti senyawa-senyawa aktif yang terdapat di dalam daun ketepeng badak (Cassia alata) dan daun benalu (Dendrophtoe sp) aktif dalam menghambat pertumbuhan virus SARS-CoV-2, sehingga potensial dikembangkan menjadi obat antiviral virus corona jenis baru itu. Senyawa-senyawa yang mempunyai aktivitas antiviral di dalam tanaman ketepeng dan benalu adalah kaempherol, aloeemodin, quercitrin, dan qurcetin.
Pengujian obat herbal antiviral itu di laboratorium LIPI baru sampai pada uji keamanan di hewan, namun belum pada uji praklinis yakni pada hewan model yang terinfeksi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Alasannya, belum ada yang bisa mengerjakannya di Indonesia.
7. Eucalyptus
Uji minyak dari pohon Eucalyptus Sp. sebagai antivirus corona dilakukan melalui molecular docking, mencocokkan ke virus, dan uji pada sel terinfeksi virus itu di laboratorium (in vitro). Sampai di sana, senyawa eucalyptol atau 1,8-cineole yang menjadi komponen kunci minyak eucalyptus mampu membunuh 60 hingga 80 persen virus.
Tapi Balitbang Kementerian Pertanian mengakui uji baru dilakukan terhadap virus corona yang bukan penyebab Covid-19. Belum ada kabar kelanjutan penelitiannya yang lebih jauh menggunakan SARS-CoV-2, virus corona penyebab Covid-19.
8. Bengalai, Temu Ireng, Madu Kelulut
Ini adalah trio obat herbal yang diteliti di kampus Universitas Mulawarman. Senyawa aktif pada bengalai masuk di antara riset nasional obat herbal Covid-19 karena air rebusannya yang sudah dikenal mampu menurunkan kadar kolesterol dan meningkatkan imunitas tubuh.
Riset diperluas ke temu ireng yang penelitiannya sudah lebih maju karena sudah ada hak patennya sebagai obat asma. Adapun Madu Kelulut diuji langsung melawan infeksi virus corona Covid-19 di Jepang. Madu ini dihasilkan oleh spesies lebah kecil yang tidak memiliki sengat yang antara lain disebut tawon klanceng (Trigona sp).
Di alam, madu kelulut ini diproduksi terbatas hingga membuat produknya lebih mahal dibandingkan madu dari lebah jenis lain.
TEMPO.CO | TERAS.ID