Isu Krisis Iklim Masuk ke Kurikulum, KLHK: Dalam Proses

Penulis : Kennial Laia

Perubahan Iklim

Selasa, 29 September 2020

Editor :

BETAHITA.ID - Dhitri Adhityani mengaku kaget saat mengetahui anaknya belajar tentang krisis iklim di sekolah. Pasalnya, sekolah dasar di Jakarta yang diikuti anaknya itu mempelajari dampak perubahan iklim terhadap Brazil, bukan Indonesia.

“Anak saya kelas 5 SD, belajar tentang perubahan iklim. Tapi nggak terkait dengan Indonesia,” katanya dalam diskusi virtual, Jumat, 25 September 2020.

Baca juga: LIPI: Bencana Akibat Perubahan Iklim Makin Sering Terjadi

Dhitri, yang juga merupakan direktur eksekutif Yayasan Indonesia Cerah, mengatakan integrasi isu mengenai krisis iklim sangat penting ke dalam kurikulum pendidikan. Hal itu agar membantu mengarusutamakan narasi krisis iklim di Indonesia, serta tidak menjadi isu yang terpinggirkan.

Beberapa anak pulang sekolah di tengah asap akibat bencana kebakaran hutan dan lahan 2015. Foto: Greenpeace

“Integrasi perubahan iklim ke dalam kurikulum itu penting banget,” tutur Dhitri.

Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Ruandha Agung Sugardiman mengatakan, saat ini pihaknya telah mulai mengarustutamakan isu krisis iklim kepada masyarakat maupun anak muda. Salah satunya adalah dengan peningkatan kapasitas tenaga pengajar terkait isu tersebut 

“Hari ini di Gorontalo, KLHK mengadakan peningkatan kapasitas terhadap pemahaman perubahan iklim kepada guru-guru di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama,” kata Ruandha Agung Sugardiman.

Sebelumnya KLHK melakukan hal serupa di Jakarta, Surabaya, dan Semarang. Menurut Ruandha, hal itu merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk melibatkan pemuda dalam aksi mitigasi perubahan iklim.

Ruandha mengatakan, saat ini KLHK dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tengah merancang agar isu perubahan iklim dapat masuk ke dalam kurikulum dan mata pelajaran di sekolah.

“Tidak dimasukkan jadi mata pelajaran tapi diselipkan. Misalnya, ke dalam pelajaran IPA, IPS, atau Bahasa. Isu ini dikenalkan sejak dini,” katanya.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kemendikbud Totok Suprayitno mengatakan pemahaman dan kesadaran tentang perubahan iklim dan isu lingkungan urgen bagi pelajar di Indonesia. "Saat ini dalam proses perancangan awal, bagaimana memasukkanya dalam proses pembelajaran paling efektif," katanya kepada Betahita.  

"Biasanya masuk secara kombinasi dalam materi mata pelajaran, ekstra dan co-curriculair via project-based learning, dan juga melalui pembiasaan dalam kegiatan sehari-hari," tambahnya. 

Musisi sekaligus peneliti sosial budaya Rara Sekar mengatakan mendukung upaya tersebut. Menurutnya, hal itu merupakan salah satu cara mengakui adanya bahaya krisis iklim. “Dengan begitu, kita jadi tahu apa yang harus dilakukan,” katanya.

Dhitri menyambut baik hal tersebut. “Rencana ini ide baik,” katanya.