Hari Noken Sedunia, Ini Maknanya bagi Orang Asli Papua

Penulis : Kennial Laia

Konservasi

Sabtu, 05 Desember 2020

Editor :

BETAHITA.ID - Tanah Papua identik dengan noken. Tas tradisional ini memiliki makna filosofis dan merupakan simbol identitas bagi Orang Asli Papua. Pada umumnya, noken terbuat dari serat kayu. 

Pada 4 Desember 2019, noken menjadi warisan budaya dunia tak benda, ditetapkan oleh United Nations Educational, Science, and Cultural Organization (UNESCO). Noken masuk kategori “in need of urgent safeguarding” atau warisan yang membutuhkan perlindungan mendesak. Tujuannya untuk menjaga keberlanjutan noken yang semakin ditinggalkan.

Memperingati peristiwa bersejarah itu, Google memasang noken sebagai doodle pada Jumat, 4 Desember 2020.

Koordinator Umum Papua Forest Watch Ema Malaseme mengatakan, makna filosofis dari bentuk noken yang lebar itu menyerupai rahim perempuan.   

Pedagang noken dan kerajinan khas Papua di Merauke. (Betahita)

Ilustrasi noken di Google Doodle, sebagai hari peringatan Hari Noken Sedunia, jatuh pada 4 Desember

“Dari bentuknya, noken itu menyerupai rahim yang menampung banyak hal. Artinya, ketika bayi di dalam kandungan membutuhkan sesuatu, semuanya tersedia di situ,” kata Ema kepada Betahita, Jumat, 4 Desember 2020.

Ema melanjutkan, makna noken juga erat dengan kekayaan alam Papua. Menurutnya, noken itu hutan dan alam yang merupakan sumber kehidupan bagi orang Papua. Tas tersebut menjadi wadah penampung di dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari mengangkat air, bahan makanan, hasil kebun atau buruan, hingga menggendong anak.

“Dalam konteks hutan, kita bisa temukan sumber makanan dan kepercayaan leluhur juga dari sana. Ini juga budaya kita,” jelas Ema.

Bahan baku noken berasal dari hutan, yakni serat kayu. Serat ini kemudian diproses menjadi benang yang kuat, lalu dianyam menjadi satu. Pohon yonggoli dan pohon huisa adalah jenis pohon yang umum digunakan untuk membuat noken. Dalam prosesnya, perempuan Papua (kerap disebut mama-mama) lebih banyak terlibat, terutama saat kegiatan merajut atau menganyam noken.

“Kebanyakan prosesnya dilakukan oleh perempuan, tetapi laki-laki juga terlibat,” kata Ema.

Nama lain noken

Ada berbagai macam bentuk noken, tergantung dari wilayah mana di Papua. Namun sebutan noken juga beragam tergantung penyebutan dari masing-masing wilayah di Papua. Di Papua sendiri terdapat sekitar 250 suku. 

Noken berasal dari Bahasa Biak yakni “inoken” yang berarti tas atau tempat menampung barang. Menurut Ema, kata “noken” kemudian menjadi dikenal untuk menyebut tas tradisional Papua.

“Sebenarnya di setiap wilayah Papua itu ada sebutan tersendiri terhadap noken. Misalnya, di Tanah Moi, noken disebut “wok”. Atau dalam Bahasa Wamena, disebutnya “su”. Kalau di Paniai, sebutannya beda lagi yaitu "agia". Tapi semua maknanya sama," jelas Ema.

Selain itu, dari modelnya juga berbeda untuk yang dipakai perempuan dan laki-laki. Di Tanah Moi, misalnya, laki-laki memakai noken dengan satu tali, sementara noken yang digunakan perempuan bertali dua.