Dua Harimau Sumatera Kembali Masuk ke Ladang Warga Bengkulu

Penulis : Sandy Indra Pratama

Satwa

Selasa, 23 Februari 2021

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Kepolisian Resor Mukomuko, Provinsi Bengkulu, mengatakan sejak beberapa hari ini dua harimau sumatera yang diduga berasal dari kawasan hutan lindung di daerah itu kembali masuk ke ladang warga di Desa Lubuk Bangko, Kecamatan Selagan Raya.

“Dua harimau ini masuk ke ladang cabai merah milik warga Desa Lubuk Bangko, Kecamatan Selagan Raya. Ladang cabai merah berada di areal persawahan di wilayah ini,” kata Kepala Kepolisian Resor Kabupaten Mukomuko, AKBP Andy Arisandi, dalam keterangannya di Mukomuko, Selasa, 23 Februari 2021.

Andy mengatakan kepolisian telah menerima laporan harimau yang masuk ke areal ladang milik warga Desa Lubuk Bangko, Kecamatan Selagan Raya, dari Polsek Teras Terunjam. Ia menyebutkan, dua orang warga di wilayah ini yang memergoki harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) itu, yakni Jubir, usia 32 tahun, warga Desa Aur Cina dan Kangoro (22) warga Desa Lubuk Bangko, Kecamatan Selagan Raya.

Kronologi kejadian, menurut kepolisian, Senin malam kemarin, sekitar pukul 19.30 WIB, Jubir dan Kangoro sedang menginap di kebun cabai di areal persawahan Narangko sebelum bendungan Desa Lubuk Bangko.

Anak harimau sumatera koleksi Kebun Binatang Taronga, Sydney, yang lahir 17 Agustus 2019. (Taronga.org.au)

Kemudian Narangko berada di bawah pondok dan melihat dua harimau terdiri dari satu harimau dewasa dan satu masih anak. Awalnya Narangko melihat anaknya dan mengira itu adalah kucing hutan dan saat dilihat lebih dekat kelihatan yang besar dengan ukuran panjang sekitar 1,5 meter.

Setelah mengetahui itu harimau, Narangko lari masuk ke dalam pondok dan menghubungi keluarga serta warga yang berada di dusunnya, kemudian setelah itu setengah jam rombongan warga datang dengan jumlah sebanyak 100 orang untuk menjemput orang ini.

“Warga itu dalam keadaan aman dan sehat bersama dengan rombongan warga yang menjemputnya. Korban jiwa tidak ada,” ujarnya.

Selanjutnya langkah yang diambil menghubungi pihak Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) agar mengajak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) mengecek tempat kejadian peristiwa, memberikan imbauan kepada kepala desa agar warga tidak membunuh harimau dan menyampaikan imbauan kamtibmas agar tidak mendekat ke lokasi.

TEMPO| ANTARA