Pasar Hewan Wuhan Bukan Sumber Awal Covid-19

Penulis : Sandy Indra Pratama

Satwa

Minggu, 28 Februari 2021

Editor :

BETAHITA.ID - Badan Kesehatan Dunia (WHO) melakukan penyelidikan terkait dengan asal-usul virus corona SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19. Penyelidikan dilakukan dengan mendatangi Wuhan, China, tempat pertama kalinya virus itu diidentifikasi.

Ilmuwan Universitas Sydney, Dominic Dwyer mengatakan virus itu bukan berasal dari laboratorium sebagaimana yang beredar di internet. Dwyer, salah satu orang yang terlibat dalam penyelidikan itu menyimpulkan virus itu kemungkinan besar berasal dari hewan.

SARS-CoV-2, kata dia mungkin menyeberang ke manusia dari kelelawar, melalui hewan perantara yang belum diketahui dan juga di lokasi yang tidak diketahui. Pola itu sama seperti pandemi sebelumnya, seperti MERS atau SARS.

"Kami masih berupaya untuk memastikan rangkaian peristiwa yang tepat yang menyebabkan pandemi saat ini. Pengambilan sampel kelelawar di provinsi Hubei dan satwa liar di seluruh China belum mengungkapkan SARS-CoV-2 hingga saat ini," ujar Dwyer, melansir The Conversation.

Pasar Huanan ditutup tak lama setelah kasus Covid-19 meningkat di Wuhan, Cina. Pasar hewan ini diketahui publik sebagai awal bermulanya pandemi Covid-19. Foto: AFP

Selama di Wuhan, Dwyer dkk mengunjungi pasar basah Wuhan yang sekarang sudah tutup, yang pada hari-hari awal pandemi, dituding sebagai sumber virus. Mereka menemukan beberapa kios di pasar menjual produk satwa liar yang 'dijinakkan', seperti tikus bambu hingga musang.

Dalam penelitian, ditemukan bukti bahwa beberapa satwa liar peliharaan mungkin rentan terhadap SARS-CoV-2. Namun, tidak satupun dari produk hewani yang diambil sampelnya setelah penutupan pasar dinyatakan positif SARS-CoV-2.

"Kami juga tahu tidak semua dari 174 kasus Covid-19 awal pertama itu mengunjungi pasar, termasuk pria pertama yang didiagnosis (positif Covid-19) pada Desember 2019," ujarnya.

Meski demikian, Dwyer mengaku tidak begitu sulit untuk melihat bagaimana infeksi bisa menyebar di sana setelah mengunjungi pasar yang telah ditutup. Sebab, akan ada sekitar 10.000 orang yang berkunjung setiap hari, dalam jarak dekat, dengan ventilasi dan drainase yang buruk saat pasar itu masih dibuka.

Selain itu, ada juga bukti genetik yang dihasilkan selama misi cluster transmisi di Wuhan. Urutan virus dari beberapa kasus pasar, kata dia identik menunjukkan adaya cluster penularan.

"Namun, ada beberapa keragaman dalam urutan virus lainnya, yang menunjukkan rantai penularan lain yang tidak diketahui atau tidak tercontohkan," ujar Dwyer.

Melansir Business Insider, Dwyer berkata pemodelan rangkaian SARS-CoV-2 memperkirakan awal pandemi antara pertengahan November dan awal Desember 2019. Publikasi lain menyebut peredaran SARS-CoV-2 di berbagai negara sebenarnya lebih awal dari kasus di Wuhan. Namun versi kedua dinilai memerlukan konfirmasi.

"Pasar di Wuhan, pada akhirnya, lebih merupakan peristiwa yang menguatkan daripada sekadar titik nol yang sebenarnya. Jadi kita perlu mencari di tempat lain untuk asal-usul virus," ujarnya.

Teori lain menyebut kemungkinan penularan dari makanan beku. Teori ini berhopotesis kalau virus dibawa dari tempat lain lewat kegiatan pertanian, perikanan, dan pemrosesan makanan, yang kemudian dibekukan dan dikirim ke China.

Tapi, Dwyer menampik kemungkinan ini. Tidak terbukti bahwa hal ini dipicu oleh asal virus itu sendiri. Tidak diketahui juga sejauh apa cara ini berkontribusi pada penularan Covid-19.

Dalam investigasi saat itu, dia berkata pihaknya mengambilan sampel lingkungan di pasar yang menunjukkan kontaminasi virus. Namun, beberapa produk makanan beku yang ada di pasar Wuhan tidak diuji kandungan virusnya.

Tapi, pada pengambilan sampel lingkungan di pasar menunjukkan ada kontaminasi virus di permukaan. Ini mungkin menunjukkan masuknya SARS-CoV-2 melalui orang yang terinfeksi, atau produk hewani yang terkontaminasi dan produk makanan beku. Investigasi produk makanan beku dan kelangsungan hidup virus pada suhu rendah masih dilakukan.

CNN INDONESIA|