Lebih dari 800 ekor Mamalia Laut Terdampar di Pesisir Indonesia
Penulis : Sandy Indra Pratama
Konservasi
Senin, 08 Maret 2021
Editor :
BETAHITA.ID - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) serius melakukan pendalaman terhadap sejumlah kasus penyebab mamalia laut terdampar massal di berbagai daerah di Indonesia. Pendalaman ini melibatkan beberapa lembaga dan pakar kelautan.
Menurut Dirjen Pengelolaan Ruang Laut KKP Tb Haeru Rahayu, kemarin, perairan Indonesia merupakan salah satu jalur migrasi mamalia laut (paus, lumba-lumba, duyung) dunia. Dari 90 jenis mamalia laut yang ada di dunia, 35 jenisnya ada di Indonesia.
“Pendalamani dilakukan untuk mengantisipasi agar kejadian serupa (seperti paus pilot terdampar massal di Madura) tidak terjadi lagi di kemudian hari," kata Haeru Rahayu.
Data KKP Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut (KKHL) mencatat pada tahun 2015 terjadi peristiwa terdampar 103 ekor mamalia laut, kemudian tahun 2016 tercatat sebanyak 255 ekor, tahun 2017 ditemukan sebanyak 143 ekor, tahun 2018 sebanyak 154 ekor, tahun 2019 sebanyak 142 ekor, dan tahun 2020 sebanyak 107 ekor.
Sedangkan pada tahun 2021 hingga Februari, telah tercatat 66 individu mamalia laut yang terdampar, termasuk kasus terdamparnya 52 ekor paus pilot di Desa Patereman, Modung, Bangkalan, Madura, beberapa waktu lalu.
Haeru menjelaskan, kecepatan dan ketepatan dalam penanganan setiap kejadian terdampar hidup menjadi hal yang sangat penting dan berdampak besar terhadap keselamatan biota laut tersebut.
"Mengetahui penyebab kejadian mamalia laut terdampar sangat penting untuk penanganan ke depan. Karenanya, saya mengajak para pakar dari Unair, IPB, WSI (Whale Stranding Indonesia), RASI (Rare Aquatic Species Indonesia), dan Flying Vet untuk mendiskusikan fenomena ini," jelasnya.
Ahli biologi Yayasan Konservasi RASI, Danielle Kreb mengatakan upaya mengungkap keberadaan mamalia laut sangat penting bagi keseimbangan ekosistem laut. Menurutnya, mamalia laut memberikan sumbangan ekologis yang sangat penting bagi ekosistem di bumi dan manusia yang memanfaatkan atau berasosiasi dengan biota tersebut.
Sementara, peneliti Whale Stranding Indonesia (WSI), Putu Lisa Mustika mengatakan secara umum ada 11 penyebab kejadian mamalia laut terdampar, yaitu akibat terjebak di air surut, penyakit, predasi, kebisingan, aktivitas perikanan, tertabrak kapal, pencemaran laut, gempa dasar laut, cuaca ekstrim, blooming alga, dan badai matahari.
Sedangkan Dosen FPIK IPB, Adriani Sunudin menambahkan, Selat Madura merupakan habitat berlindung yang ideal bagi mamalia laut. Berdasarkan data oseanografi, pada saat kejadian kondisi perairan cenderung sejuk akibat pengaruh hujan ekstrim di seluruh Jawa, Sumatera, Kalimantan dengan kondisi salinitas rendah.
Berdasarkan pendekatan patologi, peneliti FKH Unair, Bilqisthi Putra menuturkan ada sebab kematian mamalia laut saat terdampar, yaitu emasiasi, dehidrasi, sun burnt, dan strespernapasan.
"Untuk memastikan penyebab pastinya paus pilot terdampar, perlu ada gelar perkara dari masing-masing sisi keilmuan/pakar," ujar Bilqisthi.