Dua Spesies Gajah Afrika Terancam Punah
Penulis : Sandy Indra Pratama
Satwa
Senin, 29 Maret 2021
Editor :
BETAHITA.ID - Perburuan gading menyeret dua spesies gajah Afrika sekaligus ke tubir kepunahan. Keduanya secara resmi, untuk pertama kalinya, diklasifikasikan sebagai spesies-spesies yang terancam punah.
"Ini adalah momen yang sangat penting dan serius," kata Kathleen Gobush, anggota African Elephant Specialist Group di International Union for Conservation of Nature (IUCN).
IUCN kini menempatkan gajah hutan Afrika (Loxodonta cyclotis) dalam status sangat terancam atau critically endangered– status terdekat dengan kepunahan di habitat liar--dan gajah savana Afrika (Loxodonta africana) sebagai terancam atau endangered. Keduanya berubah status dari sebelumnya yang sama-ama 'rentan', satu level di bawah terancam punah.
Penilaian oleh IUCN yang memasukkannya ke Daftar Merah adalah yang pertama kalinya sejak gajah-gajah Afrika itu diklasifikasi ke dalam dua spesies yang berbeda--menyusul semakin banyaknya bukti genetik yang dikumpulkan. Populasi gajah hutan Afrika telah drop sedikitnya 86 persen dalam rentang 1984 sampai 2015, sedang sepupunya, gajah savana, berkurang 60 persen antara 1965 dan 2015.
Penghitungan dilakukan di 495 situs habitat liar kedua jenis gajah itu. Dari penghitungan itu juga didapat populasi gajah Afrika secara total tersisa 415 ribu ekor. Angka itu terdengar masih cukup besar tapi kalkulasi risiko kepunahan dihitung menurut laju penurunan populasi yang terjadi.
Faktor utama gajah Afrika menjadi terancam dan sangat terancam punah adalah perdagangan liar yang terus terjadi dengan pasar utamanya disebutkan di Asia Tenggara. Sejak memuncak pada 2011 lalu, tingkat perburuan liar gajah untuk diambil gadingnya telah menurun namun belum berhenti sama sekali. "Ini masih menjadi permasalahan, dan di beberapa area sangat mengancam," kata Gobush.
Gobush menambahkan, permintaan gading dari Asia Tenggara bukan satu-satunya tekanan untuk populasi gajah di Afrika. Semakin besarnya populasi manusia juga mendorong degradasi dan hilangnya habitat hewan besar tersebut. Tercatat hanya Botswana dan Gabon, dua negara yang dinilai berpihak kepada kelestarian gajah Afrika berdasarkan niat politik, pendanaan konservasi dan populasi manusianya. Di dua negara itu, populasi gajah dinilai stabil dan bahkan bertambah.
Gobush dkk khawatir penurunan tajam yang terjadi di wilayah lain akan sulit dipulihkan kembali. Gajah--terutama gajah hutan--disebutnya memiliki laju reproduksi yang lambat. Masa kehamilannya saja sepanjang dua tahun.
Di sisi lain, Gobush mengatakan tidak ingin berspekulasi mengenai berapa lama lagi sebelum gajah Afrika akan punah. Penetapan status yang sekarang diharapkannya akan memperbarui perhatian kepada kedua spesies itu, "Dan akan mengumpulkan dukungan baru untuk upaya monitoring, penghentian perburuan dan memutus rantai perdagangan gading."