HARI BUMI: Sebagian Mobil Eropa Ikut Gunduli Hutan Amazon
Penulis : Tim Betahita
Perubahan Iklim
Kamis, 22 April 2021
Editor :
BETAHITA.ID - Studi yang dirilis Rainforest Foundation Norway, Jumat pekan lalu menyebutkan bahwa pabrikan mobil asal Eropa seperti VW, BMW, Daimler, PSA dan Renault ternyata terhubung dengan praktek ilegal penggundulan hutan hujan Amazon. Bahan kulit yang menyelubungi jok mobil pabrikan asal Eropa itu diketahui diperoleh dari praktek deforestasi ilegal di hutan hujan Amazon, Brasil.
Sebagai negara pengekspor utama kulit sapi, selama ini Brasil memang menyediakan sekitar 30% bahan kulit bagi industri otomotif global. Sayangnya, kulit yang dihasilkan, diambil dari ternak yang dibesarkan di lahan hutan hujan Amazon yang telah digunduli secara ilegal.
"Tujuan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran umum tentang sektor yang perlu dipelajari dan membutuhkan transparansi," kata Joana Faggin, penulis utama studi tersebut, seperti yang ditulis DW. "Saat ini, tidak ada pabrikan yang dapat membuktikan bahwa mereka tidak terlibat dalam hal ini."
Dalam laporan disebutkan, laju deforestasi dunia terus meningkat, terlebih di hutan Amazon -hutan yang disebut sebagai paru-paru dunia. Tahun lalu, hutan hujan Amazon kehilangan lahan akibat deforestasi seluas 11.088 kilometer persegi (4.280 mil persegi).
Menurut Institut Penelitian Antariksa Nasional Brasil, INPE. angka itu merupakan angka deforestasi tahunan terbesar selama 12 tahun terakhir.
Dari data menunjukkan lebih dari 90% deforestasi di Amazon berasal dari aktivitas ilegal. Peternakan sapi yang sebagian produk akhirnya menjadi kulit jok mobil-mobil Eropaterus menjadi motor penyebab utama penebangan di hutan-hutan Brasil.
Mengikuti Rute Rumit Produk Kulit
Studi yang dirilis Rainforest Foundation Norway ini menelusur jauh hingga ke jejaring perdagangannya. Kompleks memang, sebab dari Brasil, kulit tidak langsung menuju produsen-produsen mobil Eropa. Namun berkait rumit ke seluruh dunia.
Antara Brasil dan importir besar di seluruh dunia. Penyelidikan masuk ke dalam hubungan rumit yang menelusuri tiap dokumen perusahaan. Studi ini akhirnya berhasil merinci kejahatan lingkungan yang dilakukan oleh peternakan sapi Brasil, hingga praktek ilegal di perdagangan global.
Analisis mengidentifikasi tiga jalur ekspor utama: Brasil ke Asia (Cina, Indonesia dan Thailand); Brasil ke Amerika Utara (Meksiko dan Amerika Serikat); dan Brazil ke Eropa (Italia, Jerman dan Slovenia).
Pada mulanya, sesuai catatan studi ini, kulit yang bermuara pada jok mobil-mobil Eropa itu berasal dari 9 negara bagian yang berada di Lembah Amazon -tempat di mana ternak dirawat dan dibesarkan. Brasil memang negara dengan ternak terbesar di dunia. Jumlah mencapai sekitar 214 juta ekor sapi. Namun tidak semua sapi dibesarkan seacra legal.
Sebagian dari jutaan hewan ini dibesarkan di Amazon, di lahan yang akhirnya dalam studi diketahui melanggar batas hutan. Banyak pemasok di Brasil menipu undang-undang lingkungan untuk menyembunyikan bahwa mereka menjual ternak yang dipelihara di ruang yang gundul dan menerabas kawasan lindung.
Bagaimana cara mereka menjadi ilegal? Praktik yang paling umum diterjemahkan sebagai ”pencucian ternak”. Caranya dengan memindahkan hewan dari peternakan ilegal ke peternakan resmi sebelum melakukan penjualan akhir. Mereka menghindari sistem pemantauan pemerintah.
“Semua orang, termasuk perusahaan-perusahaan ini, tahu bahwa masalahnya ada pada pemasok tidak langsung. Meski perusahaan besar sudah menandatangani kesepakatan untuk menghentikan ini, tidak ada yang banyak kemajuan dalam memantau pemasok tidak langsung,” kata Faggin.
Dan celakanya, para peembeli di tingakt global tidak mau tahu dengan kecurangan apa yang terjadi di tingkat lokal.
Rantai menuju Pabrikan Eropa
Untuk menuju produsen mobil Eropa, bahan kulit yang sudah disamak kasar dari brasil sebagian besar melewati Italia. Setelah satu putaran pemrosesan tambahan, bahan tersebut dijual ke pabrik jok mobil.
Republik Ceko dan Jerman masing-masing menguasai 22% dan 13% dari pasar global ini. Di sini, jok diselesaikan dan kemudian baru dikirim ke pabrikan mobil.
Menurut studi tersebut, pembeli tidak dapat memastikan bahwa bahan dari pemasok utama Brasil tidak berasal dari area yang terdeforestasi.
"Sebaliknya, laporan ini menunjukkan kemungkinan besar bahwa deforestasi merupakan faktor dalam rantai pasokan kulit," kata dokumen itu.
Pemasok terbesar untuk industri Eropa - JBS Couros, Minerva Couros, Vancouros, Fuga Couros, Durlicouros, Mastrotto Brasil dan Viposa - semuanya memiliki semacam kaitan dengan deforestasi, meskipun belum tentu ilegal.
Apa Jawaban eksportir kulit?
Dari tujuh eksportir yang dikutip dalam laporan tersebut, empat membalas DW pada saat penulisan.
JBS, raksasa dalam industri daging dan produk sampingan, membantah ada hubungannya dengan deforestasi, mengutip alat online yang dapat digunakan untuk melacak sumber kulitnya.
Perusahaan menyatakan sedang menangani masalah produk ilegal dari pemasok tidak langsung dengan platform bernama Transparent Livestock. Diluncurkan pada tahun 2020, ia memperluas "jangkauan untuk memantau pemasok pemasoknya," dan akan membawa "solusi pasti" pada tahun 2025.
Minerva mengatakan telah menandatangani komitmen untuk menghilangkan deforestasi ilegal dari rantai pasokannya, dan berencana untuk mengintegrasikan alat baru "ke sistem pemantauan geografis Amazon yang menilai risiko terkait pertanian yang merupakan pemasok tidak langsung." Garis waktunya tidak jelas.
Namun, perusahaan mengatakan masih menjadi tantangan untuk melacak secara akurat asal-usul kulit tersebut. Tetapi mereka tetap mempertahankan bahwa mereka memiliki sistem pelacakan untuk bahan tersebut setelah meninggalkan perusahaan daging dan penyamak kulit untuk menjamin sumber "100% kulit yang diproses di fasilitasnya di Brasil."
Vancouros dan Viposa mengatakan mereka memiliki kebijakan dan sertifikasi untuk melacak bahan mentah mereka.
Apa kata produsen?
Menanggapi laporan tersebut, Volkswagen mengkritik dugaan ketidakakuratannya. "Untuk merek di Grup Volkswagen, kami dapat menyatakan: Kulit dari Brasil biasanya berwarna kecokelatan krom. Namun, Grup Volkswagen hanya menggunakan kulit kecokelatan bebas krom di Eropa," katanya.
Produsen tersebut mengatakan memiliki "perjanjian tertulis" dari semua pemasoknya bahwa tidak ada bahan mereka yang dapat dikaitkan dengan deforestasi ilegal di Amazon.
BMW mengatakan mendapat jaminan yang sama dari pemasoknya. Kulit Brasil saat ini mewakili 5% dari total stoknya, menurut perusahaan.
"Ini akan mencapai 1% pada akhir tahun depan. Ini akan turun menjadi 0% dalam jangka menengah karena kami merestrukturisasi rantai pasokan kulit kami dan tidak lagi bergantung pada kulit dari Amerika Selatan," katanya dalam sebuah pernyataan.
Daimler, yang memproduksi Mercedes-Benz, mengatakan dalam kontraknya dengan pemasok bahwa produk tersebut tidak terkait dengan deforestasi ilegal.
PSA memilih untuk tidak memberikan pernyataan sampai memiliki akses ke laporan lengkap, sementara Renault tidak menanggapi permintaan komentar.
DW| BETAHITA