HARI BUMI: Catatan Spesies yang Punah dan Terancam Kritis
Penulis : Kennial Laia
Perubahan Iklim
Jumat, 23 April 2021
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Indonesia termasuk di antara negara dengan jumlah spesies tumbuhan punah dan terancam kritis di dunia. Hal itu terlihat dari daftar merah terbaru yang diterbitkan International Union for Conservation of Nature (IUCN) baru-baru ini.
Daftar merah IUCN mencatat pada 2021 terdapat 201 spesies tumbuhan punah atau punah di alam secara global. Sementara itu tumbuhan terancam kritis berjumlah 545 spesies.
Asesmen daftar merah IUCN terdiri atas sembilan kategori status hewan, mulai punah (extinct/EX), punah di alam (extinct in the wild/EW), terancam kritis (critically endangered/CR), terancam berbahaya (endangered/EN), rentan (vulnerable/VU), mendekati terancam (near threatened/NT), tidak mengkhawatirkan (least concern/LC), kekurangan data (data deficient/DD), dan tidak dievaluasi (not evaluated/NE).
Berdasarkan penelusuran Betahita, Indonesia menempati urutan kelima dari negara yang kehilangan spesies tumbuhan terbanyak, yakni 36 spesies. Dari jumlah tersebut, satu spesies dinyatakan punah, dua punah di alam, dan 33 terancam kritis.
Sementara itu, Madagaskar berada di posisi teratas dengan gabungan tiga kategori (punah, punah di alam, dan terancam kritis) sebanyak 118 spesies. Amerika Serikat menempati posisi kedua, sebanyak 65 spesies. Namun, negara Paman Sam paling banyak memiliki spesies tumbuhan punah yaitu 34 spesies.
Ekuador berada di posisi ketiga sebanyak 57 spesies, disusul Tanzania sebanyak 41 spesies. Kemudian Papua New Guinea sebanyak 35 spesies (semuanya berstatus terancam kritis), dan Haiti sebanyak 30.
Secara khusus, negara dengan jumlah kepunahan spesies tumbuhan terbanyak adalah Saint Helena (10), Afrika Selatan (5), Ekuador (9), Brazil (8), India (4), dan Indonesia (3).
Aktivitas manusia adalah faktor utama hilangnya spesies tumbuhan dan satwa liar. Agrikultur, polusi, pengenalan spesies eksotis, dan eksploitasi berlebihan adalah beberapa faktor utama. Hilangnya habitat dan perubahan iklim yang juga disebabkan oleh aktivitas manusia juga turut menyumbang pada kepunahan.
Direktur Hutan Yayasan Auriga Nusantara Supintri Yohar mengatakan, kerusakan hutan akibat deforestasi dan eksploitasi berlebihan menjadi faktor utama punahnya spesies tumbuhan, khususnya di Indonesia.
“Sejak tahun 2000, kerusakan hutan di Indonesia cukup tinggi dan ini berpengaruh pada hilangnya spesies tumbuhan maupun satwa liar di alam,” kata Supintri kepada Betahita, Kamis, 22 April 2021.
Menurut Supintri, kepunahan spesies tersebut berdampak pada rantai ekologis di alam. Ketidakseimbangan ekosistem terjadi karena hilangnya spesies dalam siklus rantai makanan. Ketika spesies harimau hilang, misalnya, dapat berakibat pada ledakan populasi hama yang selama ini dikendalikan harimau sebagai pemangsa. Hal yang sama berlaku pada tumbuhan.
“Ini berpengaruh terhadap manusia secara langsung maupun tidak langsung,” kata Supintri.
Supintri juga menyoroti perubahan iklim. Menurutnya, kondisi lingkungan di dunia tidak mendukung antisipasi dampak memburuknya iklim global. Sementara itu di tingkat tapak, habitat satwa dan tumbuhan pun ikut tergerus.
Pada 2019, jurnal ilmiah Nature Ecology and Evolution menyatakan bahwa 600 spesies tumbuhan telah punah selama 2,5 abad. Royal Botanic Gardens, Inggris dan Stockholm University bahkan mengatakan, banyak spesies tumbuhan hilang dari muka Bumi sebelum diketahui manusia, yang mengindikasikan angka kepunahan yang lebih tinggi dari data yang ada.
The Guardian pada 2019 juga melaporkan bahwa laju kepunahan spesies tumbuhan telah berada di taraf mengkhawatirkan, yakni 500 kali lebih tinggi dibandingkan dengan era sebelum Revolusi Industri. Angka itu bahkan bisa lebih kecil dari kondisi sebenarnya.
Walau tidak disadari manusia, spesies tumbuhan berperan besar dalam mendukung keberlangsungan peradaban manusia. Manfaatnya itu antara lain menyediakan oksigen, menyimpan cadangan karbon, habitat bagi satwa, sumber pangan, dan mengatur siklus air.